Lifting Migas Indonesia Capai Target 2016

Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu telah memberikan kontribusi untuk lifting minyak dan gas bumi pada 2016.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 23 Des 2016, 20:12 WIB
Diterbitkan 23 Des 2016, 20:12 WIB
Peluang yang Diciptakan oleh Industri Hulu Minyak dan Gas Bumi
Dibutuhkan kerja sama untuk serangkaian aktivitas panjang mulai dari eksplorasi sampai tahap produksi Migas.

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan, lifting minyak dan gas bumi (migas) atau lifting migas telah melampaui target yang ditetapkan dalam Anggaran, Pendapatan, dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2016.

Kepala Bagian Humas SKK Migas Taslim Z. Yunus mengatakan,‎ realisasi lifting mencapai 822 ribu barel per hari (bph) untuk minyak dan 6.643 juta kaki kubik (MMSCFD) ‎ untuk gas. Realisasi itu lebih tingg ‎dari target APBN-P, sebesar 820 ribu barel per hari (bph) untuk minyak dan 6.438 MMSCFD untuk gas.

"Dari awal tahun sampai akhir November, Kontraktor KKS produksi telah mengerjakan 212 pengeboran sumur pengembangan, 1.055 kegiatan work over, dan 33,925 kegiatan perawatan sumur," kata Taslim, di Jakarta, Jumat (23/12/2016).

Taslim mengungkapkan, salah satu yang berkontribusi signifikan atas pencapaian lifting minyak adalah Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu. Blok tersebut mulai berproduksi pada kapasitas penuh 185 ribu bph‎ semenjak Januari 2016.

Produksi tersebut berasal dari 67 wilayah kerja migas yang sudah berproduksi. Kontributor terbesar lifting minyak lainnya adalah  Blok Rokan, Pertamina EP, Mahakam, dan Offshore Northwest Java (ONWJ). Sedangkan lima kontributor terbesar untuk gas adalah Blok Mahakam, Berau, Pertamina EP, Corridor, dan Senoro-Toili.

Sebagian besar lapangan migas pada wilayah-wilayah kerja tersebut sudah dikategorikan sebagai lapangan tua (mature field) dengan produksi yang terus menurun secara alamiah.

Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) yang mengerjakan wilayah kerja ini melakukan tiga program utama untuk menekan laju penurunan produksi alamiah ini, yaitu pengeboran sumur pengembangan, kerja ulang (work over), dan perawatan sumur (well service).

"kegiatan-kegiatan tersebut berperan mengurangi laju penurunan produksi alamiah dari lapangan-lapangan tua tersebut," tutur dia.

Sedangkan untuk  menambah cadangan dengan signifikan, satu-satunya cara adalah dengan melakukan eksplorasi dan mengembangkan sumber cadangan baru. Untuk kegiatan eksplorasi, dari Januari sampai November 2016, kontraktor telah melakukan 10 survei seismik, 11 survei nonseismik, 36 pengeboran sumur eksplorasi dan 3 re-entry sumur eksplorasi.

Dari pengeboran sumur eksplorasi yang dilakukan, 20 kegiatan sudah selesai dilakukan dengan hasil 7 sumur ditemukan migas (discovery), 7 sumur tidak ditemukan (dry), 5 sumur memiliki indikasi adanya hidrokarbon, dan 1 sumur masih dalam proses evaluasi.

Sumur-sumur yang menghasilkan penemuan adalah Bambu Besar (BBS)-4 (Pertamina EP); Tiung-3 (PetroChina International Jabung Ltd.); Meliwis-1 (Santos (Madura Offshore) Pty Ltd); Lumbian-2 (Seleraya Merangin 2); AAL-4X (Santos Northwest Natuna B.V); ABG-3 (Pertamina EP); dan Sidayu-4 (Saka Indonesia Pangkah Ltd).

Pada 2016 ini, SKK Migas juga telah menyetujui 28 rencana pengembangan lapangan baik dalam bentukPlan of Development (POD) maupun Plan of Further Development (POFD). Pengembangan lapangan baru ini diharapkan akan menambah cadangan minyak sebesar 142,45 juta barel dan cadangan gas sebesar 0.645 TSCF.

Pengembangan lapangan ini akan membutuhkan investasi sebesar US$ 2,94 miliar dan diharapkan dapat menghasilkan penerimaan negara sebesar US$ 6,85 miliar.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya