Sri Mulyani Harus Jual Mahal kepada JP Morgan

Pemerintah Indonesia sudah bersikap tegas dengan memutus kontrak kerja sama JP Morgan.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 17 Jan 2017, 15:46 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2017, 15:46 WIB
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memutuskan untuk menghentikan segala hubungan kemitraan dengan JP Morgan Chase Bank NA.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memutuskan untuk menghentikan segala hubungan kemitraan dengan JP Morgan Chase Bank NA.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati diminta tidak langsung berbaikan dengan JP Morgan Chase Bank NA setelah lembaga keuangan tersebut memperbaiki rekomendasi kepemilikan ekuitas atau saham Indonesia. JP Morgan telah menaikkan rating ekuitas dari underweight ke netral.

"‎Pemerintah belum harus respons (JP Morgan). Jual mahal dulu. Keputusan pemerintah kemarin (putus kontrak) sudah cukup," tegas Kepala Mandiri Institute, Moekti P Soejachmoen di Auditorium CSIS, Jakarta, Selasa (17/1/2017).

Pemerintah Indonesia sudah bersikap tegas dengan memutus kontrak kerja sama JP Morgan baik sebagai agen penjual (dealer utama) Surat Utang Negara Indonesia maupun sebagai bank persepsi.

Moekti bahkan menilai sudah seharusnya JP Morgan menyadari kesalahan dengan meningkatkan kembali rekomendasi atau rating ekuitas Indonesia. Karena putusnya kontrak kerja sama dengan pemerintah Indonesia hanya akan membuat JP Morgan rugi.

"‎Akhirnya mereka sadar juga. Kita kan punya pasar yang besar, bodoh saja mereka kalau tidak baik-baik dengan kita. Suspend, berapa bisnisnya yang hilang dari kita, makanya baik-baik lagi mereka. Pemerintah juga tegas, jangan macam-macam sama kita, ngapain jualan sama yang jelek-jelekin Indonesia," tegas Moekti.

Untuk diketahui, JPMorgan Chase & Co dongkrak penilaiannya terhadap bursa saham Indonesia menjadi netral dari sebelumnya underweight. Hal itu dilakukan usai pemerintah Indonesia memutus hubungan dengan JP Morgan Chase Co.

Analis bank asal Amerika Serikat tersebut menaikkan penilaian taktikalnya terhadap saham Indonesia sebanyak satu level ke netral dalam laporannya. Pihaknya menilai volatilitas di obligasi pasar negara berkembang akibat kemenangan Donald Trump sudah mereda.

"Penurunan penilaian kami dua bulan lalu diakibatkan risiko Indonesia yang tertinggal di Asia Pasifik. Walau begitu, penebusan dan volatilitas obligasi risiko sekarang telah mereda menurut penilaian kami," ungkap analis Adrian Mowat dilansir dari Bloomberg, Senin (16/1/2017).

Pemerintah Indonesia menyambut penilaian baru JP Morgan tersebut. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut, rekomendasi tersebut lebih searah dengan fundamental yang ada.

Tim analis JP Morgan menilai, fundamental makro Indonesia kuat dengan tingkat potensi pertumbuhan yang tinggi dan hutang yang rendah. Ini juga dilakukan dengan reformasi ekonomi. (Fik/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya