Terkuak, Alasan Hacker Wannacry Minta Tebusan Berbentuk Bitcoin

Hacker ransomware WannaCry meminta tebusan pada pemilik komputer yang terinfeksi dengan mentransfer US$ 600 dalam bentuk bitcoin.

oleh Vina A Muliana diperbarui 16 Mei 2017, 21:01 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2017, 21:01 WIB
Ilustrasi Bitcoin
Ilustrasi Bitcoin

Liputan6.com, Jakarta - Serangan ransomware WannaCry sukses membuat heboh masyarakat dunia setelah menginfeksi komputer di 99 negara termasuk Indonesia. Sebagai timbal baliknya, hacker di balik serangan ini meminta tebusan pada pemilik komputer yang terinfeksi dengan mentransfer US$ 600 dalam bentuk bitcoin.

Ada alasan mengapa para hacker ini menginginkan bitcoin sebagai alat pembayaran. CEO Bitcoin Indonesia Oscar Darmawan mengungkap, hacker banyak menggunakan bitcoin karena merupakan alat pembayaran yang mudah.

"Karena memang alat tukar dengan teknologi terbaik saat ini untuk pembayaran di internet yang perlu lintas benua adalah teknologi blockchain yaitu Bitcoin," ungkapnya saat berbincang dengan Liputan6.

Oscar menambahkan, teknologi bitcoin ini juga cross border atau bisa digunakan lintas negara dan benua. Mata uang digital ini tidak terikat kepada bank atau pemerintah dan memungkinkan para penggunanya untuk berbelanja tanpa mengungkapkan jati diri mereka.

Adanya serangan ransomware WannaCry ternyata memberikan pengaruh tersendiri bagi harga bitcoin di pasar. Oscar mengatakan, harga bitcoin sempat melemah saat terjadi serangan virus ini.

"Pergerakan bitcoin mengikuti demand supply. Berita kemarin bagaimanapun memberikan sentimen negatif. Jadi memang ada sedikit penurunan harga dari Rp 26 juta ke Rp 24 juta per 1 Bitcoin" tuturnya.

Di Indonesia, ransomware WannaCry telah menginfeksi 60 komputer dari total 600 komputer yang ada di RS Kanker Dharmais Jakarta pada Sabtu, 13 Mei 2017.

Meski sempat mengganggu, sistem pelayanan di rumah sakit tersebut tetap berlangsung.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya