Penjualan Sawit Moncer, UNSP Cetak Laba Kuartal I Rp 210 Miliar

Bakrie Sumatera Plantations berhasil membukukan peningkatan penjualan 24 persen ke Rp 414 miliar.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 07 Jul 2017, 11:05 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2017, 11:05 WIB
Perkebunan Kelapa Sawit
Perkebunan Kelapa Sawit (AFP PHOTO/Saeed KHAN)

Liputan6.com, Jakarta PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) berhasil membukukan peningkatan penjualan 24 persen ke Rp 414 miliar. Perusahaan juga mencatatkan laba kotor 355 persen ke Rp 210 miliar sepanjang kuartal-1 2017 dibandingkan kuartal-1 2016 seperti pada laporan keuangan 31 Maret 2017.

Penjualan ini ditopang dari komoditas sawit dengan nilai penjualan Rp 253 miliar dan komoditas karet Rp 161 miliar. Manajemen UNSP optimistis, kinerja Perseroan akan terus membaik pada tahun ini.

“Apalagi, berdasarkan siklus, produksi sawit biasanya mulai meningkat pada kuartal kedua dan mencapai puncaknya di semester kedua setiap tahun. Tahun ini kami optimis tumbuh jika dibanding tahun 2016,” kata Direktur & Investor Relations UNSP, Andi W. Setianto dalam keterangannya, Rabu (7/72017).

Dia mengatakan, pihaknya melakukan serangkaian program revitalisasi perkebunan dan fasilitas produksi untuk menjaga produktivitas kebun inti sawit dan karet, di tengah fluktuasi harga komoditas CPO (Crude Palm Oil) dan karet dunia di kuartal 1-2017 serta diskon harga jual CPO domestik akibat kebijakan CPO Fund Pemerintah memungut US$ 50 per ton CPO untuk subsidi program biodiesel nasional.

Menurut Andi, harga komoditas sawit utama yaitu CPO fluktuatif dari level bulanan US$ 720 per ton FOB Malaysia di Januari hingga ke level US$ 660 di Maret 2017.

Lebih lanjut, dia mengatakan, ada diskon harga CPO domestik yang diterima perseroan dan petani dari menjual CPO dan FFB (Fresh Fruit Bunch) di pasar lokal. Hal itu buntut dari kebijakan pungutan CPO Fund USD 50 per ton untuk subsidi program biodiesel nasional.

“Perseroan mengikuti protokol RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) and ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) yang menjunjung tinggi prinsip ramah lingkungan dan keberlanjutan, di antaranya kebijakan “zero-burning” (tanpa membakar) dalam melakukan kegiatan perkebunan,” paparnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya