Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak sedikit menguat pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) karena permintaan yang kuat dan penurunan ekspor Arab Saudi. Sayangnya keluarnya Ekuador dari kesepakatan organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) menahan penguatan ke level yang lebih tinggi.
Mengutip Reuters, Rabu (19/7/2017), harga minyak Brent yang merupakan patokan harga dunia naik 42 sen menjadi US$ 48,84 per barel. Sedangkan untuk harga minyak mentah AS naik 38 sen menjadi US$ 46,40 per barel.
"Ekspor minyak Arab Saudi menurun sehingga membuat pelaku pasar menarik kesimpulan bahwa produksi minyak di negara tersebut juga terus menurun," jelas analis energi CHS Hedging Tony Headrick.
Advertisement
Baca Juga
Arab Saudi yang merupakan negara eksportir minyak terbesar yang tergabung dalam OPEC memang tengah berusaha menurunkan produksi guna mendorong kenaikan harga minyak.
Langkah menahan produksi tersebut bukan hanya dilakukan oleh Arab Saudi saja melainkan seluruh anggota OPEC dan beberapa negara lain di luar OPEC seperti Rusia.
Ekspor minyak mentah Arab Saudi pada Mei turun menjadi 6,924 juta barel per hari dari bulan sebelumnya yang tercatat ada di 7,006 juta barel per hari.
Salah satu pejabat Arab Saudi mengatakan bahwa penurunan angka ekspor ini memang sejalan dengan kebijakan dari negara tersebut untuk mengurangi kelebihan pasokan global yang menyebabkan harga minyak terus tertekan.
"Tujuh dari eksportir minyak utama dunia telah menjalankan kebijakan OPEC dan hasilnya sudah mulai terlihat," jelas pejabat tersebut.
Sayangnya, kenaikan harga minyak sedikit tertekan karena Ekuador memilih untuk tidak melanjutkan kesepakatan yang telah dilakukan sejak awal tahun ini. Ekuador sebenarnya masih menjalankan kesepakatan tetapi jumlah pengurangan produksi tidak sebesar yang ditentukan.
Dalam kesepakatan awal, negara tersebut menyanggupi untuk mengurangi produksi minyak mencapai 26 ribu barel per hari. Namun karena masalah keuangan negara maka jumlah pengurangan tidak setinggi kesepakatan.
Menteri Perminyakan Ekuador Carlos Perez menyatakan bahwa negara tersebut hanya akan mengurangi produksi 60 persen dari jumlah kesepakatan.
Tonton Video Menarik Berikut Ini: