Liputan6.com, Jakarta Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) meminta pemerintah untuk segera memperbaiki tata kelola garam nasional dari tingkat hulu hingga hilir. Pasalnya, persoalan krisis garam akibat dampak cuaca ekstrem seharusnya dapat diprediksi dengan cara yang inovatif.
KNTI menyebut, krisis garam nasional terjadi secara berulang setiap tahunnya yang bermula dari tata kelola yang buruk dari komoditas garam. Merujuk data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), pada lima tahun (2011-2015), luas lahan tambak garam rakyat menunjukkan peningkatan rata-rata 1,98 persen setiap tahunnya. Namun, produktivitas mengalami penurunan dari 89,72 ton per hektare menjadi 84,20 ton per hektare.
"Gejala ini semestinya menjadi perhatian serius dari pemerintah, namun fakta menunjukkan praktik importasi menjadi pilihan pertama, tanpa ada upaya akselerasi kualitas garam dari tambak rakyat. Sehingga, kualitas garam yang diproduksi oleh rakyat tidak pernah akan mampu memenuhi kebutuhan garam untuk industri yang selalu mengalami kekurangan pasokan," kata Wasekjen KNTI Niko Amrullah dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (28/07/2017).
KNTI mengusulkan sekurangnya empat solusi inovatif yang dapat dilakukan. Pertama, penguatan kelembagaan ekonomi petambak garam dengan peningkatan kapasitas pengelolaan. Kelembagaan yang dibentuk pemerintah dalam mengurus garam diminta bersinergi dengan tata kelola lokal masyarakat yang telah ada, dan dapat diperkuat dengan keberadaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).
Kedua, penguatan kapasitas modal dan kapabilitas pengelolaan modal petambak garam rakyat. Untuk hal ini harus ada pendampingan intensif kepada petambak yang disesuaikan dengan standar garam industri.
Â
Ketiga, penguatan modal sosial dari masyarakat. Ini terbukti mampu menjaga ritme produksi karena rasa saling memiliki memunculkan etos kerja yang tinggi demi kemakmuran bersama. Budaya lokal ini menjadi pilar penting guna menyukseskan agenda-agenda besar dari pemerintah.
Keempat, penerapan teknologi tepat guna menjadi keharusan agar proses produksi dapat lebih adaptif terhadap perubahan iklim.
Nelayan Minta Pemerintah Perbaiki Tata Kelola Garam
KNTI menyebut, krisis garam nasional terjadi secara berulang setiap tahunnya yang bermula dari tata kelola yang buruk dari komoditas garam
diperbarui 28 Jul 2017, 16:40 WIBDiterbitkan 28 Jul 2017, 16:40 WIB
Aksi petani Madura menjual cepat garam produksinya sekaligus untuk mengantisipasi perubahan harga mendadak. (Liputan6.com/Mohamad Fahrul)
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Apa Itu Pasar Nasional: Pengertian, Ciri, dan Jenisnya
Top 3 Berita Hari Ini: Video Viral Tempat Makan Diduga Cuci Piring Pakai Air Penuh Sampah
Kubu Pramono-Rano Ajak Masyarakat Kawal Proses Rekapitulasi Suara Pilkada Jakarta
Der Klassiker Jilid 1 2024/2025: Misi Dortmund Hentikan Kegemilangan Bayern Munchen
Sinopsis Drama Thailand Club Friday Season 16: Love You to Death di Vidio, Saat Cinta Berubah Menjadi Duka
Tingkatkan Literasi Ekonomi Syariah, Halal Fair Bakal Digelar Bulan Depan
Aneka Olahan Mangga: Mangga Bisa Diolah Menjadi Apa Saja yang Lezat dan Menyegarkan
Zita Anjani Sebut Kontribusi Anak Muda Majukan Pariwisata Indonesia Sangat Besar
Sederet Inovasi Startup yang Curi Perhatian di Startup4Industry 2024
350 Kutipan Tentang Missing Someone Quote yang Menyentuh Hati
VIDEO: Detik-detik Talud Longsor Akibat Curah Hujan Deras di Yogyakarta
Menakar Peluang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia