Liputan6.com, Batam - Jumlah pekerja pada industri galangan kapal di Batam terus menyusut hingga kurang dari 10 persen. Saat ini jumlah pekerja di industri ini tersisa sekitar 20 ribu dari sebelumnya mencapai 250 ribu orang.
"Yang bertahan hanya sekitar 20 ribu pekerja yang terdata 2017 dari sebelumnya mencapai 250 ribu pekerja," ujar Ketua Batam Shipyard Offshore Association (BSOA), Sarwo Edi di Batam, Selasa (23/8/2017).
Lesunya industri galangan, menurut dia, akibat tidak adanya tender proyek yang membuat sejumlah galangan tidak beroperasi akhir akhir ini. Ini yang membuat terjadi pengurangan jumlah pekerja.
Advertisement
Baca Juga
Dia memprediksi kondisi ini terjadi sejak 4 tahun lalu karena adanya beberapa faktor. Ini mulai dari keberadaan larangan ekspor komoditas tertentu ke luar negeri dan turunannya harga minyak mentah.
"Ribuan kapal pesanan akhirnya di-scrab kembali, karena tiba-tiba terjadi larangan ekspor komoditas tertentu ," dia menjelaskan.
Kondisi tersebut diperparah pengusaha galangan kapal yang enggan mengikuti tender proyek pemerintah. Alasan pengusaha, tender pemerintah tidak sesuai dengan perhitungan mereka. "Ketika kita tawarkan angka, pemerintah bilang tak sanggup," dia mengungkapkan.
Sementara itu, Badan pengusahaan Batam melalui Diektur Lalu Lintas Barang BP Batam, Tri Novianta Putra mengungkapkan kelesuan industri galangan kapal di Batam berdampak signifikan, sebab industri galangan merupakan andalan yang menyerap banyak tenaga kerja.
Dari besaran jumlah pekerja pada industri galangan kapal, sebanyak 80 persen merupakan tenaga kerja Indonesia yang berada di level menengah ke bawah, dan 57 persen di level managemen.
"Bayangkan saja, dari 250 industri galangan kapal di Indonesia, 110 sekitar 50 persen ada di Batam. Ketika terjadi kelesuan makanya pengurangan besar-besaran tidak bisa dihindari," ungkap dia. (Afrodite Aznx)
Tonton video menarik berikut ini: