Liputan6.com, New York - Harga minyak menguat usai bergejolak. Penguatan harga minyak didorong harapan produksi dan ekspor Amerika Serikat (AS) yang tinggi dapat imbangi kekhawatiran pertempuran pasukan Irak dan Kurdi yang dapat mengancam produksi minyak mentah tersebut.
Harga minyak mentah Brent naik enam sen atau 0,1 persen ke posisi US$ 57,88 per barel. Sementara itu, harga minyak Amerika Serikat menguat satu sen ke posisi US$ 51,88.
Pemerintah Baghdad kembali merebut wilayah di Irak Utara dari Kurdi pada Selasa waktu setempat. Pertarungan di salah satu daerah penghasil minyak Irak itu membantu mendorong risiko harga minyak. Akan tetapi, para pejabat pemerintah mengatakan, kalau ladang minyak di wilayah tersebut beroperasi secara normal.
Advertisement
Baca Juga
"Situasi antara Irak dan Kurdi membayangi harga minyak. Semua orang ingin melihat apakah ekspor minyak mentah AS akan turunkan persediaan lagi," kata John Kilduff, Partner Again Capital LLC seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu (18/10/2017).
Analis memperkirakan, persediaan minyak mentah AS turun sekitar 4,2 juta barel hingga 13 Oktober 2017.
American Petroleum Institute (API) akan merilis data persediaan minyak mingguan AS pada Rabu waktu setempat.
"Pelaku pasar akan melihat dengan seksama profil produksi minyak yang meningkat di Amerika Serikat, dan ekspor terus menerus tinggi sehingga membatasi kenaikan harga minyak," kata Abhishek Kumar, Analis Senior Interfax Energy Global Gas.
Di sisi lain ketegangan antara AS dan Iran juga meningkat. Ini meningkatkan risiko global untuk minyak. Sebelumnya Presiden AS Donald Trump menolak untuk mengesahkan kepatuhan Iran atas kesepakatan nuklir. Ini membuat kongres memutuskan tindakan lebih lanjut terhadap Teheran.
"Minyak dan geopolitik saling terkait. Pengamanan minyak tetap menjadi isu penting,"kata Faith Birol, Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional.
Sementara itu, Bank of America Merrill Lynch mengatakan kalau pihaknya menaikkan perkiraan harga minyak. Rata-rata harga minyak berada di kisaran US$ 54 pada kuartal III, dan US$ 52,50 per barel pada semester I 2018.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: