Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) mencapai level tertinggi dalam dua tahun, seiring penutupan pipa minyak utama dari Kanada. Kenaikan terjadi di tengah pengetatan pasar yang berlawanan dengan kenaikan produksi minyak dari AS.
Melansir laman Reuters, Jumat (24/11/2017), harga minyak mentah West Texas Intermediate naik 54 sen menjadi US$ 58,56 per barel. Harga mendekati posisi puncak dalam dua tahun sebesar US$ 58,58 yang disentuh sesi sebelumnya.
Baca Juga
Sementara harga minyak mentah Brent menetap naik menjadi US$ 63,55 per barel, 23 sen di atas penutupan sebelumnya. Adapun Volume perdagangan tipis karena berlangsungnya liburan Thanksgiving di Amerika Serikat.
Advertisement
Penutupan pipa keystone TransCanada Corp (TRP.TO) yang memproduksi 590 ribu barel minyak per hari, setelah tumpahan pada pekan lalu mendorong harga minyak AS. Penutupan pipa diprediksi akan mengurangi pasokan di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma.
"Persediaan harus dikurangi dalam beberapa minggu ke depan," kata Martin King, Analis GMP First Energy di Calgary.
Harga minyak juga didukung penarikan persediaan bahan bakar komersial di Amerika Serikat.
Pasar tampaknya mengabaikan data yang menunjukkan output minyak AS telah meningkat sebesar 15 persen sejak pertengahan 2016, sampai mencapai rekornya di 9.66 juta bph. Ini membantu mengubah Amerika Serikat dari importir terbesar dunia menjadi eksportir besar.
Kenaikan output minyak AS mengancam usaha Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia dan beberapa produsen non-OPEC lainnya untuk mengurangi pasokan global dengan membatasi produksinya.
Eugen Weinberg, kepala riset komoditas di Commerzbank, mengatakan kenaikan produksi minyak AS sebesar 800 ribu sampai 1 juta pada 2018 berarti membuat upaya OPEC untuk memperketat pasar mungkin tidak akan berhasil."
Rencananya, OPEC akan menggelar pertemuan pada 30 November untuk membahas kebijakan, dengan Arab Saudi.