Menkeu: Pilkada 2018, Pilih Pemimpin yang Mampu Atasi Urbanisasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta kepada para pemerintah daerah untuk benar-benar memperhatikan masalah urbanisasi.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 19 Des 2017, 11:50 WIB
Diterbitkan 19 Des 2017, 11:50 WIB
Sembilan Fraksi Setujui UU APBN 2018, Gerindra Menolak
Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati meminta kepada para pemerintah daerah untuk benar-benar memperhatikan masalah urbanisasi.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati meminta kepada para pemerintah daerah untuk benar-benar memperhatikan masalah urbanisasi. Karena jika urbanisasi ini tidak dikelola dengan baik maka bisa menimbulkan risiko di masa mendatang.

Hal ini dikatakan Sri Mulyani dalam Seminar 'Managing Urbanisation for Sustainable Cities' yang diselenggarakan Kementerian Keuangan di Hotel Shangri La, Jakarta, pagi ini.

"Untuk 2018, akan ada pilkada, pilihlah pemimpin yang mampu mengatasi kotanya dari urbanisasi, punya program membangun kota yang jelas dan mampu mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial," kata Sri Mulyani, Selasa (19/12/2017).

Menurut Sri Mulyani, persoalan urbanisasi ini memang menjadi tolak ukur meningkatnya ekonomi di sebuah negara. Karena sebagian penduduk di daerah mulai tinggal di perkotaan, dengan kata lain, produktifitas masyarakat mengalami peningkatan.

Namun hal yang terkadang tidak difikirkan oleh pemerintah daerah, dengan banyaknya penduduk di kotanya yang memiliki pendapatan tinggi, akan menimbulkan kesenjangan sosial yang tinggi pula. Hal inilah yang mesti dihindari.

Dikatakannya, saat ini sudah banyak pemimpin daerah yang memiliki berbagai inovasi dalam menata kotanya dan menjadikan kota tersebut berbeda dari kota lainnya. Itu yang diharapkan pemerintah pusat.

"Terlebih saat ini kita sudah ada Dana Desa dan Dana Alokasi Khusus, ini bisa menjadikan basis mereka untuk mengembangkan daerah masing-masing. Tapi pilihlah pemimpin daerah yang bisa menjadi contoh," tegas dia.

Salah satu indikator pemimpin yang mampu mengatasi urbanisasi, dikatakan Sri Mulyani adalah pemimpin yang memiliki program peningkatan infrastruktur yang berbasis konektivitas. Selain itu berbagai proyek infrastruktur tersebut juga harus memiliki konsep padat karya. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pertumbuhan Ekonomi Dorong Urbanisasi

Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution
Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution saat menjadi pembicara dalam acara Bincang Ekonomi di Liputan6.com di SCTV Tower, Jakarta, Kamis (2/3). (Liputan6.com/Fatkhur Rozaq)

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengungkapkan, perekonomian nasional yang kian berkembang mendorong terjadinya urbanisasi.

"Kalau ekonominya makin berkembang, urbanisasi juga pasti berkembang. Sebetulnya tidak berkembang pun, orang bakal urbanisasi juga," ujar Darmin di sela-sela acara Halalbihalal di rumah dinasnya, Jakarta, Kamis (26/6/2017).

Pemerintah, sambungnya, mengeluarkan paket kebijakan pemerataan ekonomi. Salah satunya reforma agraria di pedesaan, sementara di perkotaan, pemerintah mendorong program perumahan dengan harga terjangkau.

"Dua area ini memang harus dibenahi karena kita sudah terlambat sekali melakukan reforma agararia. Terlambatnya bukan lima atau 10 tahun, tapi sudah puluhan tahun. Tapi tidak jadi alasan kita melakukan reforma agraria," jelas Darmin.


Reformasi Agraria

Padi Siap Panen Warga Karangasem Rusak Terkena Abu Vulkanik Gunung Agung
Petani memanen padi di Desa Jungutan, Karangasem, Bali, Jumat (1/12). Erupsi Gunung Agung yang memuntahkan abu vulkanik menyebabkan tanaman padi milik warga rusak serta mengalami penurunan kualitas produksi. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Pemerintah, sambungnya, mengeluarkan paket kebijakan pemerataan ekonomi. Salah satunya reforma agraria di pedesaan, sementara di perkotaan, pemerintah mendorong program perumahan dengan harga terjangkau.

"Dua area ini memang harus dibenahi karena kita sudah terlambat sekali melakukan reforma agararia. Terlambatnya bukan lima atau 10 tahun, tapi sudah puluhan tahun. Tapi tidak jadi alasan kita melakukan reforma agraria," jelas Darmin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya