Mendag Ungkap Sebab Pasar Tradisional Masih Kalah Saing dengan Ritel Modern

Saat ini, pemerintah sedang membahas bagaimana cara agar pedagang pasar dapat bersaing dengan toko ritel modern.

oleh Fitriana Monica Sari diperbarui 03 Mei 2018, 20:47 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2018, 20:47 WIB
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. (Liputan6.com/Switzy Sahbandar)
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. (Liputan6.com/Switzy Sahbandar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menyatakan, salah satu target pemerintah yang tengah digodok adalah merevitalisasi pasar tradisional. Setidaknya akan ada 5.000 pasar yang direvitalisasi pada 2019.

Salah satu tujuan dari revitalisasi pasar tradisional agar bisa bersaing dengan keberadaan ritel modern sehingga menumbuhkan ekonomi masyarakat.

"Kalau memperbaiki pasar, tergantung anggaran. Tapi target kita 5.000 harus bisa untuk 2019," ungkap Enggar kepada Liputan6.com di SCTV Tower, Kamis (4/5/2018).

 

Dia mengatakan, selama ini ada beberapa hal yang membuat keberadaan pasar tradisional masih kalah bersaing dengan toko ritel modern.

Hal yang dimaksud, seperti kondisi pasar tradisional yang kurang nyaman secara fisik bagi pembeli atau masyarakat.

Hal lainnya, yakni terkait dengan harga. Pedagang pasar tradisional tidak mempunyai akses langsung untuk mendapatkan barang dagangannya, sehingga bisa menjualnya dengan harga yang murah.

Selain itu, adalah masalah keuangan. Dia mencontohkan, saat pedagang harus mencicil barang jualannnya. "Yang satu baru bisa 3 bulan bayarnya, yang lain bisa bayar tunai," jelas dia.

Sebab itu, kata dia, saat ini, pemerintah sedang membahas bagaimana cara agar pedagang pasar dapat bersaing dengan toko ritel modern.

"Sekarang persoalannya, bagaimana pedagang pasar itu bisa bersaing dengan Alfamart, Indomaret, dan sebagainya," dia menandaskan.

Alfamart dan Indomaret Siap Merangsek ke Pondok Pesantren

Toko Baru Alfamart.
Toko Baru Alfamart.

Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menyatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan meresmikan 10 toko retail pertama di lingkungan pesantren pada Mei ini.

Hal tersebut sebagai salah satu wujud kerja sama Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) dalam meningkatkan ekonomi umat melalui penguatan peran toko ritel di lingkungan pondok pesantren seluruh Indonesia.

"Kami pun segera melakukan pembicaraan antara HIPMI dengan APRINDO yang akan merealisasikan dan insyaallah akan dilakukan peresmian pertama pada Mei. Kita sedang tunggu jadwal Presiden untuk bisa meresmikan 10 toko ritel di pesantren," ujar Enggartiasto di Kantor Kemendag, Jakarta, Senin (9/4/2018).

HIPMI beserta APRINDO nantinya akan bersama-sama memberikan pelatihan kepada toko ritel di lingkungan pesantren berupa pendidikan vokasi kepada santri sebelum terjun membuka toko ritel. Beberapa toko ritel modern yang akan disertakan dalam hal ini adalah Alfamart dan Indomaret.

"Ada hal lagi yang lebih penting, mengenai pendidikannya. Jadi, Alfamart memiliki sekolah, kemudian Indomaret juga memiliki. Hampir toko ritel modern sebelum mereka diterjunkan melakukan vocational training. Alfamart yang paling maju, ada sekolahnya," jelasnya.

"Buka toko saja mudah, tapi banyak sekali ilmu yang lain yang tidak diketahui oleh kita. Bagaimana lighting, penempatan barang, menggoda orang untuk belanja lagi. Banyak lagi cara seperti itu," tambahnya.

Enggartiasto menambahkan, toko ritel di lokasi pesantren nantinya tidak perlu membayarkan franchise fee kepada toko ritel modern. Sebab, hal ini telah memberikan untung kepada toko ritel modern melalui perluasan pasar.

"Mereka tidak membayar franchise fee baik ke Alfamart atau Indomaret. Bahkan mereka membantu bukan hanya sistem, tapi semua hal. Benefitnya, memperluas pasar. Sebab, jangan pernah kita mengambil satu langkah yang hanya memeras tapi tidak ada keberlangsungan," jelasnya.

 

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya