Menko Luhut Ungkap Dampak Kotornya Sungai Citarum

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, penanganan sampah di Sungai Citarum menjadi begitu penting.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Mei 2018, 20:30 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2018, 20:30 WIB
Peringati HUT ke-72, Personil TNI AL Bersihkan Sungai Citarum
Personel TNI AL memotong rumput di sungai Citarum di Desa Warung Pulus, Bandung Barat, Jawa Barat, Minggu (17/12). Memperingati HUT TNI AL ke 72, melaksanakan operasi bakti TNI AL dengan menggelar acara "Bebersih Citarum". (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, penanganan sampah di Sungai Citarum menjadi begitu penting. Hal ini karena dampak yang ditimbulkan tercemarnya sungai terbesar di Jawa Barat tersebut sudah sangat mengkhawatirkan.

Selain itu, aliran Sungai Citarum merupakan hulu ke hilir yang airnya langsung bermuara ke laut. Akan tetapi, sungai tersebut dijadikan tempat pembuangan sampah serta pembuanga limbah lebih dari 146 pabrik.

Lebih parah lagi, setelah dilakukan penelitian, ditemukan ada bakteri jenis baru di Sungai Citarum yang sangat berbahaya bagi kesehatan, terutama bagi wanita.

"Hasil penelitian ini, plastik yang jadi mikro plastik dimakan ikan. Ikan kita makan. Ini racun," kata Menko Luhut, dalam acara Afternoon Tea, di kantornya, Jumat (11/5/2018).

Luhut menuturkan, jika sampai ikan tersebut dimakan oleh manusia, terutama wanita dampaknya sangat berbahaya.

"Ikan itu dimakan akan berbahaya pada keturunan kita di masa mendatang. Manusia khususnya wanita yang hamil anaknya jadi kuntet," ujar dia.

Luhut mengungkapkan, ada 300 mata air di Sungai Citarum pada 2009. Jumlah tersebut berkurang drastis pada 2015 menjadi 144 mata air.

"Lalu masyarakat di situ, tahun 80 an pakai sumur untuk minum, sekarang sudah tidak bisa,” katanya.

Selain itu, dampak dari bahaya Sungai Citarum terlihat dari data BPJS Kesehatan yang menyebutkan Rp 1,9 Triliun dari total Rp 9 triliun dana yang dikeluarkan berada di Jawa Barat.

"Rp 1,9 triliun dana BPJS dari RP 9 triliun itu atau 23 persen itu ditemukan banyak berobat di Jawa Barat. Rp 1,2 triliun warga di sekitar Citarum. Di Jabar itu ada 70.000 orang yang sakit jiwa apakah karena makan ikan atau enggak, enggak tahu,” kata dia.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

 

 Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Jokowi Perkirakan Revitalisasi Sungai Citarum Selesai dalam 7 Tahun

Tanam Bibit di Hulu Citarum, Prajurit Siliwangi Nginap di Barak
Ratusan prajurit Siliwangi dikerahkan untuk mengembalikan kondisi hulu Sungai Citarum ke semula. Petani wortel dan kentang juga dilibatkan. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyadari bahwa revitalisasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum bukanlah pekerjaan mudah yang dapat selesai hanya dalam hitungan hari, bulan, bahkan 1 atau 2 tahun.

Hal tersebut disampaikan Kepala Negara saat bertemu dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, penggiat lingkungan hidup di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, pada Kamis (22 Februari 2018).

“Sudah kita hitung bahwa pekerjaan besar ini dari hulu, tengah, sampai hilir akan diselesaikan Insyaallah dalam 7 tahun,” ucap Presiden.

Namun, Jokowi memastikan, pemerintah bergerak cepat dan langsung memulai pekerjaan besar tersebut. Revitalisasi DAS Citarum diharapkan sebagai momentum yang tepat untuk memperbaiki lingkungan, utamanya sungai-sungai yang ada di seluruh Indonesia.

"Revitalisasi DAS Citarum ini akan kita buat contoh bagi DAS-DAS yang lain. Akan kita fotokopi di DAS Bengawan Solo, sungai Brantas, dan DAS lain," ungkap dia.

Selain pertumbuhan ekonomi, Jokowi juga berharap semakin banyak manfaat lain yang akan diperoleh masyarakat dari hasil revitalisasi DAS Citarum.

"Insyaallah sumber air Citarum ini akan bermanfaat bagi 27 juta penduduk, baik di Jawa Barat maupun DKI Jakarta," ucap Presiden.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya