Dilema BI Naikkan Suku Bunga Acuan

BI menyebut ekonomi Indonesia menghadapi tantangan dilema antara pengelolaan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Mei 2018, 16:35 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2018, 16:35 WIB
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi 2
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyatakan, ekonomi Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan berupa dilema antara pengelolaan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

Erwin menjelaskan, dalam hal ini, Indonesia harus menaruh perhatian utama untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan dampak terhadap perekonomian.

"Kita tetap mencermati pemulihan pertumbuhan ekonomi yang masih berjalan lambat serta risiko yang masih tinggi," kata Erwin di Gedung BI, Jumat (18/5/2018).

Erwin melanjutkan, belum pulihnya perekonomian domestik tersebut sejalan dengan prosiklikalitas pertumbuhan kredit.

"Perlambatan laju pertumbuhan saat ini mulai diimbangi dengan pertumbuhan pembiayaan nonperbankan. Kami berharap kondisi ini mampu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi," ujarnya.

Selanjutnya, risiko lain yang perlu diantisipasi adalah terkait dampak lanjutan terhadap penilaian pelemahan nilai tukar rupiah.

"Dampak pelemahan nilai tukar perlu kita cermati karena bisa berdampak kontraktif terhadap perekonomian. Dari satu sisi pelemahan nilai tukar dapat meningkatkan ekspor dan memperbaiki struktur neraca perdagangan. Namun kita perlu perhatikan dampaknya terhadap kerentanan korporasi yang pada gilirannya dapat berdampak pada kerentanan sistem keuangan," jelasnya. 

Lebih jauh Erwin mengungkapkan hasil perhitungan BI menunjukkan isi korporasi dan rumah tangga masih solid untuk menghadapi perubahan nilai tukar dan penyebab penyesuaian policy rate.

"Perlu kita cermati kondisi korporasi saat ini masih dalam tahap konsolidasi sejalan dengan menurunnya pertumbuhan laba di beberapa sektor. Sementara pada rumah tangga perlu kita cermati bahwa daya tahan rumah tangga adalah selama 17 bulan, apabila kehilangan pendapatan utamanya," tandasnya. 

 

Reporter : Yayu Agustini Rahayu Achmud

Sumber : Merdeka.com 

Ini Imbas Kenaikan Suku Bunga Acuan ke Ekonomi RI

Suku Bank Bank
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) justru dinilai akan menurunkan angka pertumbuhan ekonomi 2018. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen di 2018. 

"Perhitungan saya juga sama, bahwa kenaikan suku bunga acuan BI, suku bunga pasar uang antar bank akan naik sehingga direspons dengan suku bunga kredit dan deposito," kata Ekonom Bank Permata, Josua Pardede saat ditemui di Gedung BI, Jakarta, Jumat (18/5/2018).

Kondisi tersebut, lanjutnya, dapat membuat gejolak di pasar valuta asing (foreign exchange market atau forex).

"Sehingga pasar Forex juga semakin mahal dan mengganggu. Akan berdampak pada perekonomian, khususnya dari sisi sektor riil karena cost of borrow-nya akan semakin mahal, sehingga pertumbuhan kredit pun akan lebih rendah dari ekspektasi sebelumnya," ujarnya.

Selain itu, Josua mengatakan bahwa angka pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2018 juga sudah terlihat menurun. Badan Pusat Statistik (BPS) sudah mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I ini sebesar 5,06 persen. 

"Pertumbuhan ekonomi juga kalau lihat dari realisasi kuartal I sebenarnya masih lebih rendah dari pemerintah dan BI sendiri. Jadi, saya pikir memang ada konsekuensi terhadap pertumbuhan ekonomi kalau BI pada tahun ini menaikkan hingga 50 basis poin (bps)," jelasnya. 

Sebelumnya, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,5 persen akan dapat mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi 2018. Akan tetapi, perubahan tersebut sangat tipis sehingga angka pertumbuhan ekonomi tahun ini masih akan berada dalam range target.

"Mungkin hanya slightly (sedikit) turun dari angka proyeksi kita sebelum ada perubahan policy rate," ujarnya.

 

Reporter : Yayu Agustini Rahayu Achmud

Sumber : Merdeka.com 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya