RI Terancam Krisis Lobster

Saat ini Kementerian Kelautan dan Perikanan terus melakukan penertiban ekspor bibit lobster.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 23 Mei 2018, 21:29 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2018, 21:29 WIB
Penyelundup Ratusan Benih Lobster Beraksi di Bandara Adisutjipto
Penyelundup ratusan benih lobster itu mengaku hanya diupahi Rp 300 ribu untuk aksinya. (Liputan6.com/Yanuar H)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia terancam kehilangan potensi lobster. Hal ini akibat perburuan benih lobster untuk diekspor ke luar negeri. Saat ini Kementerian Kelautan dan Perikanan terus melakukan penertiban ekspor bibit lobster.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, menipisnya jumlah lobster ukuran besar mulai dirasakan sejak 2000. Hal tersebut diakibatkan perburuan beni‎h lobster untuk diekspor ke Vietnam.

"Tiba-tiba tahun 2000 hilang, kita tidak tahu mulai diperdagangkan bibitnya ke Vietnam," kata Susi, di Kediamannya Perumahan Menteri Widyachandra, Jakarta, Rabu (23/5/2018).

Susi menungkapkan, jika mengacu pada siklusnya, lobster bisa dipanen pada September hinga Desember. Sedangkan pengembangbiakannya pada Mei hingga Juli. Saat itulah perburuan bibit lobster biasanya berlangsung.

Perburuan terjadi sebab untuk satu ekor bibit lobster dihargai Rp 30 ribu. Bahkan jika sampai Vietnam harganya bisa naik menjadi Rp 130 ribu.

‎"Kalau lobster itu musimnya September, Oktober Desember. Begitu musim hujan nelayan nangkap lobster tapi lobster besarnya. Mei Juni Juli itu musim kelahiran baby lobster," tutur dia.

Menurut Susi, jika kondisi tersebut terus terjadi Indonesia akan ‎mengalami krisis lobster. Penurunan panen lobster pun sudah dirasakan oleh para nelayan, padahal Indonesia sempat mengekspor lobster ukuran besar sekitar 10 ribuan ton dalam satu tahun.

Namun saat ini kondisi tersebut hanya tinggal cerita. "Jaman dulu 20 tahun lalu harganya 20-30 dolar‎ dianggapnya emas hitam untuk wilayah -wilayah pantai itu. Saatnya panen buat masa depan karena sehari nelayan dapat Rp 5 juta-20 juta. Sekarang cerita itu tidak ada dapatnya 5 ekor 6 ekor, karena kalau ditangkap pakai bibit begini pakai lampu dia kumpul semua sekali angkat ratusan puluhan. Karena namanya bayi sama kayak bayi ikan," tandasnya.

Menteri Susi dan Polri Bongkar Sindikat Penyelundupan Benih Lobster

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bersama Direktorat Tindak Pidana Tertentu (Dirtipidter) Bareskrim Polri yang tergabung dalam Satgas benih lobster kembali meringkus pelaku penyelundupan benih lobster. Penangkapan tersebut dilakukan di dua lokasi berbeda.

"Kita baru saja berhasil melakukan penangkapan benih lobster di dua tempat. Satu di Gunung Putri Bogor dan satu lagi di Serang Banten. Jumlahnya 386 ribu ekor," kata Menteri Susi di kediamannya, Kompleks Menteri Widya Chandra, Jakarta, Rabu (23/5/2018).

Susi mengungkapkan, seharusnya sekarang sudah memasuki musim panen lobster. Namun nelayan kesulitan menngkapnya, sebab jumlah lobster di lautan sudah semakin berkurang akibat penyelundupan benih lobster.

"Semestinya nelayan-nelayan itu panen lobster bulan September-Oktober. Kalau bibitnya diambilin seperti ini, nelayannya tidak akan panen," ujarnya.

Dalam kesempatan serupa, Direktur Tindak Pidana Tertentu (Dirtipidter), Brigjen Pol Fadil Imran mengatakan penangkapan tersebut dilakukan dalam kurun waktu tiga hari.

"Kami melakukan penangkapan di dua titik, yang pertama berjumlah 50 ribu ekor, ini TKP-nya di ruko Jalan Raya Karadenan Cibinong, Bogor. Ini kemungkinan besar benih lobster berasal dari Sukabumi dan sekitarnya, Pelabuhan Ratu," ujarnya.

Dalam penyergapan tersebut, satgas benih lobster berhasil meringkus tiga orang tersangka dan mengamankan semua barang bukti di lokasi.

Rute penyelundupan benih lobster disinyalir melalui jalur darat via Sumatera. "Jadi setelah terkumpul di Bogor kemudian ini lewat darat dikirim ke Sumatera," tegas Fadil.

 

 

Reporter : Yayu Agustini Rahayu Achmud

Sumber : Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya