Menperin Buka Konferensi Pengusaha Besi dan Baja ASEAN

Menperin Airlangga mengajak segenap pengusaha besi dan baja di ASEAN untuk meningkatkan kerja sama guna mendorong pertumbuhan industri dan perekonomian ASEAN.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Jun 2018, 11:36 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2018, 11:36 WIB
Airlangga Hartarto
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat menjadi pembicara dalam acara Inspirato di SCTV Tower, Jakarta, Selasa (15/5). (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto membuka Konferensi dan Pameran South East Asia Iron and Stell (SEAIS) 2018' di Hotel Ritz-Carlton Mega Kuningan.

Dalam sambutannya, Airlangga mengajak segenap pengusaha besi dan baja di ASEAN untuk meningkatkan kerja sama guna mendorong pertumbuhan industri dan perekonomian ASEAN.

ASEAN, menurut Ketua Umum Partai Golkar ini, merupakan kawasan dengan potensi kekuatan ekonomi yang sangat besar. Potensi itu harus terus dimaksimalkan.

"Kita blok ke tiga terbesar setelah China, dan India, ada ASEAN. Blok yang besar. Kita harus berlaku sebagai orang besar. Kita harus bersatu. Bila kita bertindak sebagai satu. Kita akan menjadi kekuatan yang sangat besar," ujar dia di Ritz Carlton Hotel, Jakarta, Senin (25/6/2018).

Kerena itu dia berharap kegiatan konferensi dan pameran ini juga menimbulkan efek yang besar, juga mendorong lebih banyak kerja sama buat di antara sesama pengusaha besi dan baja ASEAN.

"Salah satunya dengan memaksimalkan ASEAN value chain. Justru dalam forum ini akan dibicarakan," dia menandaskan.

Reporter: Wilfridus Setu Umbu

Sumber: Merdeka.com

Kerja Sama RI-Ceko, Produksi Baja Nasional Siap Diekspor

Menperin Airlangga Hartarto memberikan cendera mata kepada Wakil Menteri Luar Negeri Ceko Martin Tlapa
Menperin Airlangga Hartarto memberikan cendera mata kepada Wakil Menteri Luar Negeri Ceko Martin Tlapa

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melakukan kunjungan kerja ke Republik Ceko, Senin, 30 April 2018 waktu setempat. Di sana, Airlangga disambut Wakil Menteri Luar Negeri Ceko, Martin Tlapa.

Menurut Airlangga, ada beberapa hal yang dibicarakan dalam kunjungan ke Ceko. Salah satunya, kerja sama bilateral untuk penguatan industri pertahanan. Kemudian soal rencana ekspor baja produksi Indonesia ke Ceko.

"Pengembangan di industri pertahanan dapat memacu sektor terkait lainnya, seperti industri komponen, industri baja dari hulu sampai hilir termasuk stainless steel yang akan terserap dalam proses produksi," kata Airlangga.

Indonesia dan Ceko memiliki potensi besar untuk menjalin hubungan yang lebih erat, khususnya untuk industri pertahanan, terutama di bidang alat utama sistem persenjataan atau alutsista. Sebab, Indonesia memiliki prospek pasar dan daya saing cukup baik. Misalnya, PT Pindad (Persero) yang telah mumpuni dalam merancang dan membuat kendaraan tempur, persenjataan, serta amunisi.

"Penguatan daya saing alutsista pertahanan nasional semakin dipacu melalui kegiatan penelitian, pengembangan, dan rekayasa yang dilakukan kerja sama antara Kementerian Perindustrian dan Tentara Nasional Indonesia," ujarnya.

Kata Airlangga, Ceko memandang RI mitra yang penting karena letaknya sangat strategis dengan jumlah penduduk besar sehingga sangat berperan dalam menjaga stabilitas dan keamanan di kawasan Asia Tenggara khususnya, dan Asia Pasifik pada umumnya.

"Di samping itu, Ceko melihat Indonesia berperan aktif dalam kerjasama regional seperti ASEAN, APEC dan ASEM," ia menjelaskan.

Saat ini, pemerintah RI tengah memacu pertumbuhan ekonomi nasional dengan menggenjot sektor industri manufaktur. Industri baja menjadi salah satu yang diandalkan. Industri ini dikategorikan sebagai sektor induk atau mother of industry karena produknya merupakan bahan baku utama yang diperlukan bagi kegiatan manufaktur di sektor lainnya.

Oleh karena itu, Kemenperin mengakselerasi pembangunan klaster industri baja di Batulicin, Kalimantan Selatan, dengan target produksi mencapai 6 juta ton baja per tahun.

Selanjutnya, klaster industri baja di Cilegon, Banten, dengan target produksi sebesar 10 juta ton baja tahun 2025, serta klaster di Morowali, Sulawesi Tengah yang akan memproduksi stainless steel hingga 3,5 juta ton pada 2020.

"Dengan produksi industri baja nasional saat ini mencapai 8 juta ton per tahun, Indonesia ada di peringkat ke-6 di Asia sebagai produsen baja kasar," ujar Airlangga.

Apabila produksi industri baja nasional ini diekspor ke Ceko dan beberapa negara Eropa lain, tentunya akan membuka banyak lapangan pekerjaan baru di Indonesia. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus meningkat.

 

Reporter: Rohimat Nurbaya

Sumber: Merdeka.com

*Pantau hasil hitung cepat atau Quick Count Pilkada 2018 untuk wilayah Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Bali dan Sulsel. Ikuti juga Live Streaming Pilkada Serentak 9 Jam Nonstop hanya di Liputan6.com.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya