Sanksi Iran Picu Harga Minyak Menguat

Harga minyak mentah naik lebih dari satu persen seiring sanksi AS terhadap Iran akan memperketat pasokan.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Agu 2018, 05:30 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2018, 05:30 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah naik lebih dari satu persen seiring sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran akan memperketat pasokan.

Akan tetapi, harga minyak berjangka membukukan penurunan mingguan karena para investor khawatir perang dapat dapat perlambat pertumbuhan ekonomi dan bebani permintaan energi.

Harga minyak Brent naik 74 sen ke posisi USD 72,96 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 82 sen ke posisi USD 67,63 per barel.

Aksi jual terjadi pada Rabu menekan kedua harga minyak acuan tersebut pada pekan ini. Harga minyak Brent turun 05 persen dan harga minyak AS susut 1,2 persen.

Hedge fund dan manager lainnya memangkas posisi harga minyak untuk menguat hingga 7 Agustus 2017. Managing Mmeber Tyche Capital, Tariq Zahir menuturkan, harga akan tetap di bawah tekanan karena permintaan bensin AS melambat memasuki musim gugur. Penyuling pun menutup untuk pemeliharaan sehingga mendorong lebih banyak minyak yang disimpan.

"Saya pikir itu sekarang turun ke titik apa yang kami lihat dalam jumlah permintaan," ujar Tariq, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (11/8/2018).

Persediaan minyak mentah AS turun kurang dari yang diharapkan. Dari data yang dirilis pada Jumat pekan ini menunjukkan perusahaan energi AS menambahkan sebagian besar rig sejak Mei.

Drillers menambahkan 10 rig minyak dalam sepekan hingga 10 Agustus jadi total rig menjadi 869. Jumlah tersebut terbesar sejak Maret 2015.

 

Ekspor Minyak Mentah Iran Bakal Turun

lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Di sisi lain meningkatnya perang dagang antara AS dan China serta negara lain meredupkan prospek pertumbuhan ekonomi. Hal itu dorong dolar AS membuat minyak lebih mahal bagi konsumen yang menggunakan mata uang lainnya. Mata uang negara berkembang utama termasuk China, India, dan Turki merosot.

Meskipun kekhawatiran ini, harga minyak mendapatkan dorongan dari sanksi AS terhadap Iran mulai November. Hal itu akan pengaruhi ekspor minyak dari Iran. Meski Uni Eropa, China, dan India menentang sanksi AS terhadap Iran, banyak yang diharapkan tunduk pada tekanan AS.

Analis perkirakan ekspor minyak mentah Iran turun antara 500 ribu hingga 1,3 juta barel per hari. Ini dengan pembeli di Jepang, Korea Selatan, dan India sudah memanggil kembali pesanan. Pengurangan akan tergantung pada apakah pembeli minyak Iran menerima keringanan yang akan memungkinkan beberapa impor.

The International Energy Agency atau Badan Energi Internasional menyatakan, pasar minyak bisa lebih bergejolak.

"Pasar relatif tenang baru-baru ini dengan ketegangan pasokan jangka pendek berkurang, harga saat ini lebih rendah. Pertumbuhan permintaan yang lebih rendah mungkin tidak bertahan," tulis IEA dalam laporannya.

"Karena sanksi minyak terhadap Iran berlaku, mungkin dalam kombinasi masalah produksi di tempat lain, mempertahankan pasokan global mungkin dapat menantang," tambah dia.

Selain itu, investor juga waspada terhadap perang dagang antara AS dan Beijing. China menyatakan akan berlakukan tarif tambahan 25 persen atas impor senilai USD 16 miliar.

Meski minyak mentah telah dihapus dari daftar, digantikan oleh produk olahan dan gas minyak cair, analis mengatakan impor China dari minyak mentah AS akan turun secara signifikan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya