Transaksi Tol Tanpa Berhenti Kendaraan Bakal Diterapkan di Tol Tangerang-Merak

PT Marga Mandala Sakti akan uji coba lima gerbang tol dengan transaksi pembayaran tanpa berhenti di gerbang tol pada September 2018.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 31 Agu 2018, 21:46 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2018, 21:46 WIB
Jalur Tol Tangerang - Merak yang akan dilalui kontingen Asian Games dicek kembali kelayakannya. Hal ini dilakukan agar ketika rombongan melewatinya, tidak akan ada hambatan yang berarti.
Jalur tol Tangerang-Merak dicek kembali kelayakannya sebagai ruas jalan utama yang akan digunakan rombongan tim official Asian Games

Liputan6.com, Jakarta - Transaksi tol Multi Lane Free Flow (MLFF) atau pembayaran tanpa berhenti di gerbang tol, akan diterapkan di ruas tol Tangerang-Merak (Tamer).

"Sedang kami coba kendaraan tidak perlu berhenti (saat membayar). September akan diuji coba di lima gerbang tol," kata Krist Ade Sudiyono, Presiden Direktur (Presdir) PT Marga Mandala Sakti (MMS), selalu operator tol Tamer, Jumat (31/8/2018).

Transaksi tol bersistem elektronik tol collection itu akan di uji coba secara terbatas. Nantinya, di lima gerbang tol yang tidak disebutkan lokasinya, akan dipasang tiga paket sistem yaitu Front-en, alat untuk membaca jenis dan nomor pelat kendaraan, lalu Middel-en alat untuk sistem perbankan dan back-en system untuk clearing.

"Nantinya fasilitas readers yang dipasang di alat pantau kamera, yang akan dibaca secara elektronik ke sistem komputerisasi atau back office, sehingga pembayaran tol lebih cepat," ujar dia.

Penggunaan sistem MLFF di jalan tol sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. Alat itu telah berlaku di ruas tol Jagorawi, namun kurang peminatnya. Sistem MLFF merupakan generasi kedua dari penerapan pembayaran e-money di setiap jalan tol.

"Baru satu bank yang sudah siap. Faktanya memang yang sudah siap di Jagorawi, kedua belum banyak orang yang memiliki alat OBU (on board unit)" kata Rahmat Hernowo, Kepala Perwakilan BI Banten,

Jika kendaraan sudah dipasang OBU dan alat MLFF telah dipasang di setiap gerbang tol, pengemudinya tidak perlu lagi menempelkan kartu e-money nya ke mesin transaksi dengan membuka kacanya.

Jika di Jepang, kecepatan kendaraan yang bisa dibaca oleh alat OBU, maksimal 40 kilometer per jam. Tetap melaju dengan kecepatan tertentu, mesin MLFF akan membaca kendaraan yang telah dipasang OBU.

Nyatanya, ada persoalan lain dalam penerapan sistem ini, ketersediaan alat yang cukup mahal, harganya antara Rp 600 ribu sampai Rp 700 ribu.

Lalu, alat MLFF yang sudah siap baru di tol Jagorawi. Persoalan lainnya, belum ada keterangan di gerbang tol yang menyediakan alat transaksi OBU. 

"Masih belum ada tulisan gerbang OBU, di gerbang tol taman mini sudah ada. Lebih cepat transaksi dan tenaga kerjanya bisa di manfaatkan ke (tempat) yang lainnya," ujar dia.

 

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

 

Transaksi Tol Tanpa Buka Jendela, Ini Keunggulannya

Penerapan Ganjil Genap Tol Turunkan Kepadatan Lalu Lintas 35%
Kendaraan melintas di Jalan Tol Jakarta-Cikampek, Selasa (13/3). PT Jasa Marga (Persero) Tbk mencatat, pelaksanaan ganjil genap ini berdampak pada lancarnya jalan tol Jakarta-Cikampek. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Sebelumnya, PT Jasa Marga Tbk sedang uji coba alat pembayaran tol bernama JM Access berbasis on board unit (OBU). Alat pembayaran tol ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan alat pembayaran tol yang ada saat ini.

Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry TZ menerangkan, durasi saat membayar tol dengan JM Access OBU lebih cepat dibandingkan dengan membayar uang elektronik. Ini lantaran JM Acces OBU tak perlu membuka jendela untuk transaksi. Dia bilang, waktu yang digunakan saat menggunakan uang elektronik sekitar 4 detik.

"Kalau masih barrier begitu masih berhenti, 1-2 detik. Tapi pada waktunya akan seperti jalan biasa," kata dia di Jakarta, Jumat 15 September 2017.

Herry menuturkan, JM Access juga memiliki teknologi yang lebih baik dibanding dengan OBU yang telah dirilis sebelumnya.

"Memang sebelumnya pakai infrared memang ada keterbatasan, jangkauan kecepatan. Hari ini yang dicoba dua, satu DSRC itu dengan gelombang yang tinggi dan RFID. RFID yang pakai stiker," ujar dia.

Herry mengatakan, teknologi dedicated short range communication (DSRC) biasa digunakan di negara-negara maju. Sebutnya Eropa, Australia, Amerika. "Kalau DSRC itu Eropa sebagian besar, Australia, Amerika," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya