Liputan6.com, Jakarta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimulyono mengatakan, sejauh ini depresiasi rupiah belum memiliki dampak besar pada proyek infrastruktur.
"Sementara ini belum (ada dampak depresiasi rupiah terhadap proyek infrastruktur)," kata dia saat ditemui, di Kemenko PMK, seperti dikutip Sabtu (1/9/2018).
Dia menyampaikan, proyek infrastruktur baru akan terganggu bila terjadi situasi force majeure atau kejadian luar biasa.
Advertisement
Baca Juga
"Karena dalam kontrak itu akan terpengaruh kalau ada kahar (force majeure). Kalau tidak ditetapkan sebagai kahar tidak akan ada dampaknya," jelas Basuki.
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah melemah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD). Nilai tukar rata-rata rupiah menembus 14.700 per USD pada perdagangan dua hari belakangan.
Namun pelemahan rupiah ini tak sendiri. Beberapa mata uang negara lain juga ikut melemah akibat stategi ekonomi AS.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengakui bahwa nilai tukar rupiah terus mengalami tekanan terhadap dolar AS. Namun tekanan itu tak hanya dialami oleh rupiah saja.
"Sebenarnya di dunia ini yang melemah bukan cuma rupiah. Swedish crown juga melemah 10 persen, Dolar Australia juga melemah 6 persen. Jadi di seluruh dunia melemah terhadap dolar AS," jelas dia di Singapura, Jumat (31/8/2018).
Ada dua penyebab utama yang membuat nilai tukar di seluruh dunia melemah terhadap dolar AS. Penyebab pertama adalah kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).
Kenaikan suku bunga ini membuat dana-dana yang tadinya parkir di negara berkembang seperti Indonesia pulang kembali ke tempat asal. Akibatnya, pasokan dolar AS di RI berkurang.
Alasan kedua adalah adanya strategi ekonomi yang dijalankan oleh Presiden AS Donald Trump. Berbagai macam perang dagang yang dijalankan oleh AS membuat investor mencari instrumen investasi yang akan yaitu dolar AS.
Mirza melanjutkan, seharusnya pelemahan rupiah ini tidak perlu ditakutkan karena stabilitas ekonomi dan keuangan bisa terjaga dengan baik.
"Likuiditas terjaga baik, non performing loan (NPL) di perbankan Indonesia bahkan menurun dibandingkan 2015 dari 3,2 persen menjadi 2,7 persen." kata Mirza.
Reporter: Wilfridus Setu Umbu
Sumber: Merdeka.com
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Rupiah Tertekan Bakal Dongkrak Inflasi
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, mengatakan rencana kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve masih akan terus membayangi pelemahan nilai tukar rupiah ke depan.
Untuk jangka panjang, pelemahan rupiah secara terus-menerus dikhawatirkan akan mempengaruhi inflasi Indonesia.
"Tentu kita harus punya langkah untuk ikuti itu (kenaikan suku bunga The Fed), tidak bisa kita bilang tidak mau. Itu berarti kita akan terkena dampaknya, sebagian di mana, di kurs, di tingkat bunga, di inflasi. Mungkin juga lama-lama inflasi kita terpengaruh (pelemahan rupiah) dari imported inflation," ujar dia di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (31/8/2018).
Baca Juga
Darmin mengatakan, sejauh ini dampak pelemahan nilai tukar rupiah masih cukup kecil terhadap inflasi. Meski demikian, dia belum dapat memastikan kapan dampak terbesar pelemahan nilai tukar rupiah terhadap inflasi akan terjadi.
"Sebenarnya kalau mau melihat dampak dari nilai tukar ke dalam inflasi, itu melalui core inflation, meski itu barangnya banyak, bukan cuma barang impor. Tapi yang pasti bukan pangan, administered price," ujar dia.
"Sekarang ini ada kenaikan kalau dilihat dan diakumulasikan, misalnya di Agustus, tapi belum besar kenaikannya. Kapan kelihatan dampaknya? Tidak tahu, susah menebaknya," tambah dia.
Darmin mengatakan, cukup sulit mengendalikan inflasi melalui barang impor. Sebab, selama ini kebutuhan Indonesia baik barang konsumsi dan barang modal masih banyak yang berasal dari impor.
"Ya selama kita impor, ya terpengaruh terus saja dari barangnya itu. Walaupun kita ada upaya juga untuk kendalikan impor, tapi tetap saja perlu barang itu," ujar dia.
Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut menambahkan, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini masih dipicu oleh tekanan eksternal. Sementara dari internal, pemerintah memastikan tidak ada kebijakan yang memengaruhi pelemahan rupiah. "Sama (seperti awal tahun), tidak ada tekanan internal, masalahnya masih di tekanan eksternal," ujar dia.
Reporter: Anggun P.Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Advertisement