Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Bahan Baku Penghambat Pengembangan Industri Fesyen Muslim Tanah Air

Selama ini bahan baku untuk industri fesyen Muslim Indonesia masih tergantunng dari impor.

oleh Merdeka.com diperbarui 16 Okt 2018, 16:47 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2018, 16:47 WIB
Parade Busana Muslim Meriahkan Pembukaan Muffest 2018
Model berjalan mengenakan busana muslim saat pembukaan Muffest 2018, Jakarta, Kamis (19/4). Selain fashion show, Muffest menyajikan pameran 200 merek fashion muslim yang berlangsung mulai 19 April hingga 22 April 2018. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya mendorong industri fesyen muslim berperan penting dalam perekonomian nasional dan menjadi kiblat fesyen muslim dunia di 2020.

Meski demikian, hal tersebut masih menemui berbagai hambatan salah satunya ketersediaan bahan baku.

Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan, ketersediaan bahan baku memang masih menjadi kendala. Selama ini bahan baku untuk fesyen 30 persen ketergantungan terhadap impor.

"Selama ini impor banyak sekali, kalau diproses produksi bahan baku itu sekitar 30 persen. Nah bahan baku untuk fesyen yang kita punya itu hanya polyester, dan rayon sisanya kita impor. Bahkan rayon itu sebagian kita masih impor karena kapasitas dalam negeri tidak mencukupi," ujarnya di Hotel Sofyan, Jakarta, Selasa (16/10/2018).

Adapun negara-negara pemasok bahan baku impor industri fesyen di antaranya, Amerika Serikat, Mesir, Turki dan Thailand. "Kalau bahan kapas kita impor dari Amerika, dari Mesir dari Turki dari Australia sebagian wool. Kemudian untuk bahan kau rayon kita masih impor dari Thailand," jelas Gati.

Untuk mengatasi hambatan tersebut, pemerintah melalui Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) telah melakukan kajian terhadap hasil alam dalam negeri yang dapat dijadikan sebagai bahan baku. Dalam kajiannya, KLHK menemukan ulat yang dapat dikembangkan menjadi sutera

"Kendala masih tetap bahan baku tapi pagi ini kita dapat kabar gembira bahwa yang namanya Kemenhut punya dua ulat yang bisa dikembangkan untuk bisa menjadi bahan baku sutera. Ini kabar gembira sekali bakalan nanti, kita berdoa mudah-mudahan sutera itu kita tidak impor lagi," tandasnya.

 

Reporter: Anggun P Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Industri Fesyen Muslim RI Harus Jadi Kiblat Dunia pada 2020

Parade Busana Muslim Meriahkan Pembukaan Muffest 2018
Sejumlah model mengenakan koleksi busana muslim dalam parade fashion saat pembukaan Muslim Fashion Festival (Muffest) 2018 di Plenary Hall Jakarta Convention Center, Kamis (19/4). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Fesyen saat ini masih menjadi andalan Indonesia untuk mengangkat citra nusantara di mata dunia, termasuk melalui fesyen Muslim. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya mendorong industri fesyen berperan penting dalam perekonomian nasional dan menjadi kiblat fesyen Muslim dunia di 2020.

Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan, industri yang termasuk salah satu dari 16 kelompok industri kreatif tersebut menyumbang kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 3,76 persen pada 2017. Pada periode tersebut, ekspor industri fesyen mencapai USD 13,29 miliar.

"Hal ini merupakan prestasi yang sangat membanggakan dan menunjukkan bahwa industri fesyen nasional memiliki daya saing yang tinggi di pasar internasional," ujar Gati saat membuka Forum Group Discussion Penyusunan Roadmap Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Fesyen Muslim di Hotel Sofyan, Jakarta, Selasa (16/10/2018).

Pada 2030 diproyeksikan jumlah penduduk Muslim di Indonesia mencapai 88 persen dari total populasi Indonesia.

Hal ini menjadi sebuah potensi yang besar bagi industri fesyen Muslim nasional karena menurut data dari State of the global islamic economic 2017-2018 konsumsi fesyen Muslim di Indonesia mencapai USD 13,5 miliar atau masuk jajaran top 5 dunia.

"Ini menunjukkan potensi pasar domestik yang sangat besar, selain itu konsumsi fesyen muslim dunia mencapai USD 254 miliar yang adalah merupakan pasar fesyen terbesar ke 3 setelah Amerika dan China," jelasnya.

 

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya