Sri Mulyani: Pengangguran Capai 5,13 Persen, Terendah dalam 20 Tahun

Menkeu Sri Mulyani menuturkan, ekonomi Indonesia tumbuh cukup baik di kisaran 5 persen.

oleh Merdeka.com diperbarui 13 Nov 2018, 13:28 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2018, 13:28 WIB
Sri Mulyani
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani saat memberi keterangan di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan kondisi ekonomi terkini saat menjadi pembicara dalam penganugerahan Habibie Award periode XX.

Sri Mulyani mengatakan, saat ini ekonomi Indonesia tumbuh cukup baik di kisaran 5 persen. Pertumbuhan ekonomi ini juga diikuti dengan penurunan pengangguran hingga mencapai 5,13 persen, terendah dalam 20 tahun terakhir. 

"Tetap konsisten di atas 5 persen dengan inflasi terjaga di sekitar 3,5 persen, yoy baru 2,8 persen. Momentum pertumbuhan yang meningkat diharapkan terus meningkatkan kesempatan kerja, angka pengangguran menurun mencapai 5,13 persen," ujar dia di Le Meredien, Jakarta, Selasa (13/11/2018).

Dengan momentum pertumbuhan ekonomi yang meningkat, dia berharap, kemiskinan dan kesenjangan menurun. Saat ini kemiskinan dan kesenjangan telah mencapai 9,28 persen. "Ini pertama kali kemiskinan Indonesia di bawah 10 persen sesudah kita mengalami kemerdekaan," kata Sri Mulyani. 

Sri Mulyani menambahkan, pemerintah akan terus meningkatkan pengelolaan keuangan negara. Baik dalam bentuk meningkatkan penerimaan negara dan mengalokasikan belanja anggaran untuk perbaikan dan penguatan Indonesia. 

"Saya ingin berikan update ini sebagai suatu konteks, karena kami yang bekerja mengelola keuangan negara terus berharap bisa mengumpulkan penerimaan perpajakan dan membelanjakannya untuk perbaikan dan penguatan Indonesia," ujar dia. 

 

Reporter: Anggun P.Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Defisit Transaksi Berjalan Melebar, Ini Kata Sri Mulyani

Rapat Paripurna DPR Sahkan RUU APBN 2019
Menkeu Sri Mulyani meyerahkan pandangan akhir pemerintah soal RUU APBN 2019 beserta Nota Keuangan kepada Ketua DPR Bambang Soesatyo usai dibacakan pada Rapat Paripurna DPR di Jakarta, Rabu (31/10). (Liputan6.com/JohanTallo)

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani angkat suara terkait defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada kuartal III 2018 yang tercatat sebesar USD 8,8 miliar atau 3,37 persen terhadap PDB. Menurutnya, hal ini terjadi karena kebutuhan ekonomi yang meningkat dalam beberapa waktu terakhir.

"(CAD makin melebar?) Ya, makanya kita juga akan terus lihat. Kan kebutuhan ekonominya ternyata juga sangat meningkat," ujar Sri Mulyani di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat 9 November 2018.

Sri Mulyani mengatakan, di satu sisi pertumbuhan ekonomi Indonesia memang terjaga di atas 5 persen. Namun hal ini ternyata diikuti oleh impor yang juga meningkat. Kondisi tersebut pun tak luput dari perhatian pemerintah.

"Di satu sisi kita senang bahwa pertumbuhan ekonomi kita tinggi tapi konsekuensinya kan permintaan terhadap barang-barang impor juga meningkat. Saya selalu sampaikan bahwa kita harus terus menerus melakukan review dan fleksibilitas saja terhadap apa yang kita lihat," ujar dia.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut juga menambahkan, dalam kondisi normal apabila dana masuk atau capital inflow berjalan normal, transaksi berjalan pasti tidak terganggu.

"Dalam suasana normal kalau capital flow-nya sudah muncul lagi sebetulnya itu tidak ada masalah. Karena kita tetap akan tidak mengorbankan pertumbuhan ekonomi terlalu besar," jelasnya.

Ke depan, pemerintah akan mencari upaya keseimbangan antara defisit transaksi berjalan dan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah juga akan melakukan kajian atau review setiap bulan untuk melihat tingkat kebutuhan Indonesia terhadap barang impor.

"Jadi dalam hal ini kita mencari keseimbangan yang hati-hati dan oleh karena itu tiap bulan kita harus melakukan review saja terhadap statistiknya. Mempelari berbagai permintaan barang yang diimpor itu, baik migas maupun non migas," tandasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya