Sri Mulyani Ingin Industri Kreatif Jadi Pendorong Ekonomi RI

Selama ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menekankan pentingnya pengembangan ekonomi kreatif dan digital teknologi di dalam negeri.

oleh Septian Deny diperbarui 07 Nov 2018, 17:26 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2018, 17:26 WIB
Sri Mulyani
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani saat memberi keterangan di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Nusa Dua Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati berharap industri kreatif mampu berkontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional ke depan. Hal ini mengingat potensi pengembangan industri ini yang masih sangat besar di Tanah Air.

Selama ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menekankan pentingnya pengembangan ekonomi kreatif dan digital teknologi di dalam negeri. Hal tersebut yang coba diimplementasikan para menteri melalui beragam instrumen dan kebijakan yang dibuat untuk mendukung pengembangan ini.

"Menteri Perindustrian punya industry 4.0 dengan 10 strategi termasuk bagaimana kita memperbaiki seluruh supply chain, environment. Kalau untuk kami bagaimana kebijakan fiskal untuk membantunya. Apakah untuk R&D, vokasi, dari sisi tax insentif yang bisa kita berikan. Dan juga memberikan segala macam yang sifatnya fondasi bagi ekonomi kreatif bisa muncul," ujar dia di Nusa Dua Bali, Rabu (7/11/2018).

Yang tak kalah pentingnya, lanjut Sri Mulyani, pemerintah juga telah gencar membangun infrastruktur dan kini fokus pada pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang juga akan mendukung pertumbuhan industri kreatif di dalam negeri.

"Fondasinya adalah kalau indonesia punya infrastruktur yang bagus, sehingga siapapun pelaku kreatif di seluruh pelosok indonesia memiliki akses yang sama, kemampuan mobilitas yang sama, untuk bisa dikenali lebih bagus oleh masyarakat secara sama. Sehingga tidak itu-itu saja," jelas dia.

Selain itu, kata Sri Mulyani, pemerintah juga berbicara dengan para pemangku kepentingan untuk menyusun kebijakan-kebijakan yang bersifat spesifik terkait dengan ekonomi kreatif seperti pada sektor pariwisata, perfilman, kuliner dan lain-lain. Upaya-upaya ini diharapkan bisa menjadi karpet merah bagi pertumbuhan industri kreatif di dalam negeri.

"Kita harap kalau Indonesia bisa konsisten, dan terus menerus memperbaiki policy, Indonesia bisa menjadi negara yang sangat progresif dalam membangun industri kreatif dan digital ekonomi sebagai potensi untuk economic growth ke depan," tandas dia.

 

Tenaga Kerja Perempuan Dominasi di 3 Sektor Industri Kreatif

Ilustrasi karyawan.
Ilustrasi karyawan.

Industri dan ekonomi kreatif di Indonesia saat ini didominasi oleh tenaga kerja perempuan. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bekraf dalam laporan 'Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif', menyebutkan perempuan secara konsisten menjadi pemain utama industri kreatif sejak 2011 hingga 2016.

Persentase perempuan di sektor ini sebesar 53,86 persen. Angka yang cukup mencolok bila dibandingkan dengan komposisi industri pada umumnya, dengan pekerja perempuan hanya sekitar 37,16 persen dan laki-laki sebesar 62,84 persen. Pada 2016, perempuan yang bekerja di sektor ekonomi  kreatif sebanyak 9,4 juta orang.  

Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Ricky Joseph Pesik, menyebutkan sayangnya saat ini tenaga kerja perempuan terpusat di tiga sektor industri kreatif saja yaitu fashion, kuliner dan kriya.

"Maksud saya begini, kenapa lebih dominan perempuan di 3 sektor ini karena 3 sektor ini sendiri kontribusinya itu total sudah lebih dari 70 persen jadi otomatis memang yang dominan jumlah pekerjanaya disana kan," kata Ricky di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (29/10/2018).

Meski terpusat pada tiga sektor tersebut, Ricky menjelaskan bukan berarti sektor lain tertutup dari tenaga kerja perempuan.

"Bukan berarti sektor lain perempuannya tidak dominan. Kayak di periklanan tadi sangat dominan sebenarnya cuma kan jumlahnya lebih sedikit secara total," ujar dia.

Sensus Ekonomi 2016, juga menunjukkan perempuan Indonesia masih memimpin persentase kepemilikan usaha ekonomi kreatif. Pengusaha perempuan memiliki angka keterwakilan sebesar 54,96 persen, sementara laki-laki 45,04 persen.

Industri ekonomi kreatif juga membuka kesempatan bagi perempuan untuk memberdayakan diri, khususnya secara ekonomi. Salah satu kesempatan dan peluang cukup besar ada di industri film.

Tahun-tahun terakhir Indonesia memunculkan para pembuat film perempuan yang ambil bagian di industri ini. Perempuan berperan di semua lini di industri film, sebagai sutradara, script writer, produser, hingga  teknik audio video. 

Karya-karya para filmmaker perempuan mulai bisa dinikmati para pencita film tanah air. Sheila Timothy misalnya, hadir dengan film-film laris antara lain  Wiro Sableng, Banda, dan mengangkat tema ekonomi kreatif  kuliner berjudul Tabularasa.

Meski demikian peran perempuan di industri film, animasi, dan video hanya 11, 53 persen, sisanya masih  ada di tangan laki-laki. Pun dengan desain komunikasi visual yang baru memberi  tempat 7,95 persen untuk perempuan, dan  pada indstri TV dan radio  perempuan mengambil porsi 15,01 persen. 

Dari 16 sub sektor ekonomi kreatif  hanya ada dua yang dikuasai perempuan. Yaitu subsektor kuliner yang melibatkan perempuan dengan persentase 58,68 persen dan pada subsektor fesyen 54,25 persen. Pada 14 subsektor lainnya masih didominasi laki-laki.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya