Kemenperin Gandeng Schneider Electric untuk Latih Industri Lokal

Ini bagian upaya Kemenperin meningkatkan keterampilan dan optimalisasi penggunaan hasil revolusi industri 4.0 oleh pelaku industri di Indonesia.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Nov 2018, 21:15 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2018, 21:15 WIB
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia bersama  Schneider Electric melakukan  penandatangani Nota Kesepahaman untuk berkolaborasi dalam pelatihan dan pendampingan pelaku industri lokal.
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia bersama Schneider Electric melakukan penandatangani Nota Kesepahaman untuk berkolaborasi dalam pelatihan dan pendampingan pelaku industri lokal. Dok: Kemenperin

Liputan6.com, Batam - Kementerian Perindustrian Republik Indonesia bersama Schneider Electric menandatangani Nota Kesepahaman untuk berkolaborasi dalam pelatihan dan pendampingan pelaku industri lokal.

Ini bertujuan mengembangkan, meningkatkan keterampilan dan optimalisasi penggunaan hasil Revolusi Industri 4.0 oleh pelaku industri di Indonesia.

Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto menyampaikan, kolaborasi dengan berbagai mitra yang berkompeten di bidang transformasi digital seperti Schneider Electric merupakan bagian dari penguatan kebijakan Kemenperin dalam mempercepat implementasi Revolusi Industri 4.0 di industri manufaktur demi mencapai visi Indonesia menjadi 10 ekonomi terbesar di dunia pada 2030.

Schneider Electric Batam juga menjadi pabrik percontohan pertama Industri 4.0 untuk pabrik-pabrik di Indonesia. Kerja sama antara Kemenperin dan Smart Factory milik Schneider Electric di Batam akan membuka peluang terbesar bagi pelaku industri. 

"Dengan adanya lighthouse berupa Smart Factory di Batam akan memberikan gambaran lebih riil kepada para pelaku industri di Indonesia, " kata Airlangga di Batam, seperti dikutip dari keterangan resminya Minggu (18/11/2018).

Hartarto menjelaskan, terkait proses perjalanan transformasi digital industri dan manfaatnya yang dijalankan Kemenperin merupakan bagian dari inisiatif Making Indonesia 4.0, yang diluncurkan Presiden RI Joko Widodo, pada 4 April 2018 menetapkan 5 (lima) sektor industri prioritas.

Kemenperin menjelaskan industri prioritas itu adalah Industri Makanan dan Minuman, Industri Otomotif; Industri Elektronik, Industri Kimia dan Industri Tekstil dan Produk Tekstil.

Implementasi Industri 4.0 di manufaktur sangat terkait dengan penyediaan infrastruktur dan teknologi informasi dan komunikasi yang meliputi Internet of Things, big data, cloud computing, artificial intellegence, mobility, virtual dan augmented reality, sistem sensor dan otomasi.

"Penerapan teknologi industri 4.0 tersebut dapat diimplementasikan di manufaktur dalam bentuk Smart Factory," ujar dia.

Selama tiga tahun masa Nota Kesepahaman, Schneider Electric akan menjadi mitra kerja Kemenperin dalam melaksanakan pelatihan dan pendampingan bagi para pelaku industri, serta menjadi pabrik percontohan bagi pelaku industri di Indonesia yang ingin belajar dan menyaksikan secara langsung penerapan otomasi pabrik Schneider Electric di Batam.

 

 

Jalannya Pelatihan

Menteri Perindustrian Airlangga Hatarto meninjau hanggar BAT di Bandara Hang Nadim, Batam (Dok Foto: Kemenperin)
Menteri Perindustrian Airlangga Hatarto meninjau hanggar BAT di Bandara Hang Nadim, Batam (Dok Foto: Kemenperin)

Program pelatihan dan pendampingan "Manajer Transformasi Industri 4.0” akan melatih para peserta selama satu minggu terkait berbagai aspek dalam transformasi digital yang nantinya para peserta akan menerima sertifikasi kompetensi/kelayakan dalam penerapan industri 4.0.

Selain itu Xavier Denoly, Country President Schneider Electric Indonesia menyebutkan Revolusi Industri 4.0 diperkirakan akan berkontribusi USD 3,7 triliun terhadap perekonomian global karena meningkatnya produktifitas.

Menurutnya Teknologi digital dan globalisasi telah secara signifikan mengubah model bisnis di semua sektor, meningkatkan laju perubahan dalam dunia kerja dan menciptakan pekerjaan-pekerjaan baru serta keterampilan yang lebih tinggi dari yang dibutuhkan sebelumnya.

"Kerjasama dengan Kemenperin dan Smart Factory di Batam dalam pelatihan dan pendampingan akan membuka peluang terbesar bagi para pelaku industri untuk membangun kompetensi dalam penerapan digitalisasi, otomasi dan proses transformasi digital," tutur Xavier saat menerima Kunjungan Menteri di Batam.

Sebelumnya, Schneider Electric Indonesia juga telah bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia membangun pusat pelatihan dan pengembangan ahli ketenagalistrikan Indonesia, meliputi pengembangan kurikulum dan bantuan peralatan laboratorium untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan siap dalam menghadapi era digitalisasi yang menargetkan 10.800 siswa SMK siap kerja hingga 2023.

Smart Factory Schneider Electric lainnya terletak di China, Prancis, Filipina, Amerika Utara dan India. Aplikasi yang digunakan smart factory Schneider Electric mencakup connected product, edge control dan apps, analytics & services untuk pengelolaan energi: Augmented Operator Advisor, Power Monitoring Expert, IoT monitoring via Machine Advisor & Aveva Insight, Lean Digitalization System for shop floor management, Virtual Reality for industrialization, Augmented Reality for operator training, Collaborative Robots, Automatic Guided Vehicles, Remote assistance for maintenance & Machine learning.

Semua solusi di atas terhubung kepada platform EcoStruxture™, yaitu platform IoT (Internet of Things) milik Schneider Electric yang terbuka, mudah dioperasikan, dan kompatibel. EcoStruxure™ memberikan nilai lebih dalam hal keamanan, keandalan, efisiensi, daya tahan dan konektivitas.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya