Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak tipis di kisaran 14.100-14.132 pada perdagangan Rabu pekan ini. Sentimen negosiasi perdagangan antara AS dan China masih membayangi laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (9/1/2019), nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,30 persen ke posisi 14.104 per dolar AS dari penutupan perdagangan kemarin di posisi 14.147 per dolar AS. Jelang Rabu siang, rupiah melemah 17,5 poin atau 0,12 persen ke posisi 14.130 per dolar AS. Rupiah pun bergerak di kisaran 14.094-14.132 per dolar AS.
Advertisement
Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) melemah 89 poin atau sekitar 0,63 persen ke posisi 14.120 per dolar AS dari perdagangan 8 Januari 2019 di posisi 14.031 per dolar AS.
Baca Juga
Berdasarkan data Reuters, rupiah bergerak di kisaran 14.115 per dolar AS pada Rabu siang ini. Rupiah sempat menguat ke posisi 14.080 per dolar AS.
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual menuturkan, pelaku pasar optimistis terhadap negosiasi perdagangan China dan AS sehingga jadi katalis positif untuk pergerakan rupiah. Negosiasi diperpanjang satu hari, dan menurut David pelaku pasar yakin hasil negosiasi perdagangan akan baik.
Akan tetapi, pemerintahan AS masih tutup menjadi sentimen negatif untuk pergerakan nilai tukar rupiah. Dari dalam negeri, cadangan devisa Indonesia meningkat menjadi USD 120,65 miliar pada 31 Desember 2018 juga jadi sentimen positif.
"Rupiah masih akan bergerak di kisaran 14.100. Pergerakannya tipis," ujar David saat dihubungi Liputan6.com.
Banjir Sentimen Domestik Bakal Topang Rupiah
Sebelumnya, Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan, tren pelambatan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) membawa angin positif bagi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Membaiknya indikator ekonomi kita di tengah melesunya ekonomi negara-negara besar memunculkan sentimen positif investor asing dan mendorong mengalirnya modal ke pasar-pasar keuangan indonesia," ucapnya kepada Liputan6.com, Selasa 8 Januari 2019.
Dia menambahkan, surat utang negara (SUN) bahkan ikut merasakan dampak positif dari membaiknya sejumlah indikator ekonomi di dalam negeri.
"Terlihat di besarnya minat pembeli SUN global yang ditawarkan oleh pemerintah untuk pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 serta di lonjakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada minggu pertama tahun 2018," ujar dia.
"Jadi selama sentimen positif ini bisa terus dijaga, bukan tidak mungkin rupiah terus melanjutkan penguatan kembali ke bawah Rp 14.000," ia menambahkan.
Sementara itu, Ekonom Insitute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengungkapkan, salah satu penyebab fluktuasi nilai tukar rupiah disebabkan efek Pemilu pada April 2019.
"Rupiah memang cukup volatile karena efek Pemilu April ini. Beberapa investor mengincar aset portfolio saham dengan valuasi bagus. Tapi perburuan ini bisa tertahan karena pemilu," ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement