Gara-gara Kondisi Global, Ekspor RI Ke China dan AS Turun di Februari

Komoditas ekspor Indonesia yang mengalami penurunan tajam antara lain, lemak dan minyak hewan serta nabati

oleh Septian Deny diperbarui 15 Mar 2019, 12:17 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2019, 12:17 WIB
20161025-Bea-Cukai-Kembangkan-ISRM-untuk-Pangkas-Dwelling-Time-Jakarta-IA
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (25/10). Kebijakan ISRM diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pelayanan dan efektifitas pengawasan dalam proses ekspor-impor. (Liputan6.com/Immaniel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, ekspor nonmigas Indonesia pada Februari 2019 turun 9,85 persen dibandingkan Januari 2019 dan 10,19 persen dibandingkan Februari 2018. Penurunan ekspor terbesar terjadi pada tiga negara tujuan utama yaitu Amerika Serikat (AS), China dan Jepang.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pada Januari 2019, ekspor nonmigas Indonesia ke China sebesar USD 1,5 miliar, AS sebesar 1,2 miliar dan Jepang sebesar 1,03 miliar. Namun jika dibandingkan Januari 2019, ekspor ke negara-negara tersebut turun signifikan yaitu ke AS turun 15,79 persen, China 11,07 persen, dan Jepang turun 13,57 persen.

"Kita mengalami penurunan ekspor terbesar ke Amerika Serikat, China dan Jepang," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Jumat (15/3/2019).

Suhariyanto menjelaskan, ke AS, komoditas ekspor Indonesia yang mengalami penurunan tajam antara lain, lemak dan minyak hewan serta nabati; mesin dan perlengkapan elektris; pakaian dan aksesoris pakaian bukan rajutan serta reaktor nuklir, ketel, mesin peralatan lain.

Kalau dilihat ada penurunan untuk pakaian bukan rajutan. Yang agak dalam lemak dan minyak hewan atau nabati, kayu dan barang dari kayu. Pakaian jadi dan sepatu olahraga dikirim ke AS tapi ini dipengaruhi oleh musim," kata dia.

Kemudian, komoditas ekspor yang mengalami penurunan ke China antara lain, alas kaki, pelindung kaki; bahan kimia organik; bahan bakar mineral dan minyak mineral serta lemak dan minyak hewan atau nabati.

Sementara ke Jepang, komoditas yang mengalami penurunan antara lain lemak dan minyak hewan atau nabati; kayu dan barang dari kayu, bahan bakar mineral dan minyak mineral serta alas kaki.

Menurut Suhariyanto, penurunan ekspor ini perlu menjadi perhatian pemerintah terutama di tengah situasi perekonomian global di 2019 yang mengalami perlambatan. Sebab jangan sampai penurunan ekspor ke negara tujuan utama ini mempengaruhi kinerja ekspor secara keseluruhan.

"Sesuai dengan prediksi dari lembaga internasional, suasananya agak gloomy, tidak akan terlalu menggembirakan. World Bank misalnya sudah memprediksi perekonomian global turun dari 3 persen ke 2,9 persen. AS diperkirakan akan turun dari 2,9 persen ke 2,5 persen, demikian juga dnegan China. Ini akan menjadi tantangan utama, karena ketika kita ingin menggenjot ekspor, karena terjadi pelemahan global dan masih berfluktuasinya berbagai harga komoditas," tandas dia.

 

Indonesia Impor Susu, Mentega Hingga Telur pada Februari 2019

Kinerja Ekspor dan Impor RI
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia Februari 2019 mencapai USD 12,20 miliar atau turun 18,61 persen dibanding Januari 2019. Demikian juga bila dibandingkan Februari 2018 turun 13,98 persen. 
 
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, Impor nonmigas Februari 2019 mencapai USD 10,65 miliar atau turun 20,14 persen. Sementara itu, impor migas pada Februari 2019 mencapai USD 1,55 miliar atau turun 6,28 persen dibanding Januari 2019.
 
"Penurunan impor nonmigas terbesar adalah golongan mesin dan peralatan Iistrik. Sedangkan peningkatan terbesar adalah golongan gula dan kembang gula sebesar USD 100,9 juta," ujar Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Jumat (15/3/2019). 
 
Pada sektor non migas, BPS juga mencatat kenaikan impor pada kapal Iaut dan bangunan terapung sebesar USD 35,3 juta. Kemudian, susu, mentega, telur dengan nilai impor USD 27,1 juta. Lalu ada juga impor binatang hidup sebesar USD 26,7 juta, serta golongan bijuh, kerak, dan abu logam USD 26,4 juta.
 
Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-Februari 2019 ditempati oleh Tiongkok dengan nilai USD 7,20 miliar (30,03 persen), Jepang USD 2,64 miliar (11,03 persen), dan Thailand USD 1,54 miliar (6,43 persen). Impor nonmigas dari ASEAN 18,79 persen, sementara dari Uni Eropa 8,57 persen. 
 
Nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal selama Januari-Februari 2019 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing 18,77 persen, 7,60 persen, dan 2,32 persen.
 
Reporter: Anggun P Situmorang
 
Sumber: Merdeka.com
 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya