Neraca Perdagangan April Bakal Defisit USD 376 Juta

Neraca perdagangan April 2019 diperkirakan alami defisit USD 376 juta dibandingkan dua bulan sebelumnya.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Mei 2019, 09:45 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2019, 09:45 WIB
Aktivitas di JICT
Aktivitas di Jakarta International Container Terminal, Jumat (15/3). BPS mencatat impor pada Februari 2019 turun tajam 18,61 persen menjadi US$12,2 miliar dibanding bulan sebelumnya US$14,99 miliar. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Neraca perdagangan April 2019 diperkirakan alami defisit USD 376 juta dibandingkan dua bulan sebelumnya yang mencatatkan surplus dengan total USD 870 juta.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, defisit neraca perdagangan April dipicu naiknya laju impor bulanan yang diperkirakan tumbuh 4,5 persen month to month (MoM). Sedangkan ekspor  susut 2,2 persen MoM.

Laju ekspor pada April diperkirakan tercatat 5,68 persen year on year (YoY) sedangkan laju impor diperkirakan tercatat -12,83 persen YoY.

"Impor agak naik MoM karena permintaan jelang Lebaran meningkat terutama barang konsumsi. Sedangkan barang modal dan bahan baku melandai, investasi pada kuartal II tidak terlalu tinggi dilihat dari penjualan semen turun pada April," ujar Josua saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (15/5/2018).

Ia menuturkan, laju penjualan dan konsumsi semen masing-masing terkontraksi -6,7 persen YoY dan -8,7 persen YoY pada April.

Sedangkan ekspor April tertahan oleh tren penurunan volume permintaan ekspor dari mitra dagang utama terindikasi dari penurunan indeks PMI manufaktur dari China dan India.

Selain itu dipengaruhi oleh tren penurunan harga komoditas ekspor seperti batu bara yang secara rata-rata turun -12 persen MoM meskipun diimbangi dengan kenaikan harga CPO yang secara rata-rata naik lima persen MoM pada bulan lalu.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Indonesisa Alami Neraca Dagang Surplus USD 540 Juta pada Maret 2019

Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Aktifitas kapal ekspor impor di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Proyeksi tersebut menyusut dari realisasi surplus di bulan sebelumnya yang sebesar US‎$ 1,23 miliar karena ekspor melemah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus USD 0,54 miliar atau sekitar USD 540 juta pada Maret 2019.

Surplus ini berasal dari ekspor sebesar USD 14,03 miliar dan impor sebesar USD 13,49 miliar. 

"Neraca perdagangan surplus USD 0,54 miliar atau sekitar USD 540 juta," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Senin, 15 April 2019.

Suhariyanto mengatakan, surplus  ini berasal dari sektor nonmigas. Sementara sektor migas Indonesia mesih menyumbang defisit.

"Surplus sebagian besar didukung oleh ekspor non migas, sedangkan migas masih defisit," ujar dia. 

Dari sisi impor, Indonesia pada Maret 2019 mencatatkan impor sebesar USD 13,49 miliar. Angka ini naik jika dibandingkan dengan Februari 2019 sebesar USD 10,31 miliar.

"Meski demikian, posisi impor pada Maret ini mengalami penurunan jika dibandingkan secara year on year yaitu pada Maret 2018 sebesar 6,67 persen," tutur dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya