Liputan6.com, Jakarta PT Bank Central Asia Tbk (BCA) belum berhenti melakukan aksi korporasi. Setelah mengakuisisi PT Bank Royal Indonesia, BCA berencana untuk mengambil alih satu bank lagi.
Direktur BCA, Santoso mengatakan saat ini rencana tersebut masih dalam proses sehingga belum dapat diungkapkan bank yang jadi incaran perusahaan.
"Tentunya kita punya rencana (akuisisi), yang kami dengar tidak hanya satu, tapi ada satu lagi," kata dia di sela-sela acara Silaturahmi Idul Fitri 1440 H BI dan OJK di Kompleks BI, Jakarta, Senin (10/6/2019).
Advertisement
"Belum (diumumkan) karena itu prosesnya kita sendiri lihat satu kami persiapkan dengan baik. Kami buka wacana untuk satu lagi. Banknya belum tahu," lanjut dia.
Hal-hal yang berkaitan dengan kandidat bank yang bakal diakuisisi pun masih dibicarakan. "Tentu akan kita pilih dulu, akan kita pilih lagi. Ini bagian dari proses konsolidasi," ungkapnya.
"(Sebesar yang kemarin, Bank Royal) Belum tahu, terlalu pagi untuk mengomentari seperti apa. Nanti kalau sudah ada waktunya, karena kita harus rampungkan dulu yang kemarin, karena secara legal belum selesai," imbuhnya.
Dia pun belum dapat menyampaikan secara pasti kapan tepatnya aksi korporasi tersebut akan berlangsung. Yang pasti rencana akuisisi sudah ada dalam rencana bisnis perusahaan.
"Bisa tahun ini, kalau nggak bisa tahun depan. Tapi itu semua sudah dalam rencana kita," tandasnya.
Reporter: Wilfridus Setu Umbu
Sumber: Merdeka.com
BCA Rogoh Kocek Rp 1 Triliun Beli Saham Bank Royal Indonesia
Sebelumnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau disebut BCA dan anak usaha perseroan yaitu PT BCA Finance membeli saham PT Bank Royal Indonesia pada 16 April 2019.
Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti ditulis Selasa (23/4/2019), perseroan dan anak usaha BCA beli saham Bank Royal Indonesia dari PT Royalindo Investa Wijaya, Leslie Soemedi, Ibrahim Sumedi, Herman Soemedi, Nevin Soemedi dan Ko, Sugiarto.
Berdasarkan perjanjian, BCA dan anak usaha BCA akan membeli sebanyak 2.872.000 saham Bank Royal yang mewakiliki seluruh modal yang telah ditempatkan dan disetor oleh para penjual dalam Bank Royal.
BACA JUGA
Transaksi pembelian saham tersebut maksimal mencapai Rp 1,007 triliun. Adapun manajemen BCA menyatakan rencana transaksi tersebut bukan merupakan transaksi material berdasarkan Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.E.2 tentang transaksi material dan perubahan kegiatan usaha utama.
Manajemen BCA menyampaikan transaksi tersebut dilakukan untuk mendukung program arsitektur perbankan Indonesia dan mengembangkan bisnis perbankan perseroan.
Bank Royal akan menjadi entitas anak perseroan yang baru. Perseroan dan Bank Royal akan mengembangkan sinergi bisnis untuk fokus di layanan perbankan dan segmen tertentu.
"Melalui entitas yang terpisah, Perseroan dapat menawarkan diferensiasi atas suatu produk dan layanan perbankan secara jelas," tulis manajemen BCA dalam keterbukaan informasi BEI.
Perseroan menyatakan, penyelesaian rencana transaksi akan tunduk pada persyaratan pendahuluan sebagaimana disepakati oleh para pihak dalam perjanjian, termasuk diperolehanya persetujuan-persetujuan yang relevan antara lain persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atas pengambilalihan saham Bank Royal oleh perseroan.
Setelah penyelesaian rencana transaksi, perseroan akan secara langsung maupun tidak langsung memiliki seluruh saham Bank Royal. Oleh karena itu, Bank Royal akan meniadi anak perusahaan terkendali dan terkonsolidasi dalam laporan keuangan perseroan.
Advertisement
BCA Mampu Kucurkan Kredit Rp 532 Triliun hingga Kuartal I 2019
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mencatat laba bersih pada kuartal I 2019 sebesar Rp 6,1 triliun. Pada kuartal yang sama, portofolio kredit BCA meningkat 13,2 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp 532 triliun.
Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmaja mengatakan, kredit tersebut ditopang oleh pertumbuhan kredit usaha pada segmen korporasi sebesar 15,8 persen yoy menjadi Rp 207,8 triliun. Lalu ditopang oleh komersial serta UKM yang meningkat 14,7 persen yoy menjadi Rp 184,7 triliun.
"BCA mencatat laju pertumbuhan kredit investasi yang tinggi sebesar 20,3 persen yoy pada Maret 2019. Meskipun dihadapkan oleh tantangan tingkat suku bunga yang lebih tinggi, kredit konsumer tumbuh 7,7 persen yoy menjadi Rp 139,7 triliun," ujar Jahja di Kempinski, Jakarta, Kamis (25/4/2019).
Baca Juga
Pada segmen konsumer, KPR tumbuh 11,3 persen yoy menjadi Rp 86.5 triliun dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) termasuk entitas anak meningkat 0,4 persen yoy menjadi Rp 48 triliun di kuartal awal ini.
"Pada periode yang sama, outstanding kartu kredit tumbuh 9.0 persen secara year on year menjadi Rp 12,9 triliun," jelas Jahja.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) berada dalam tingkat toleransi risiko yang masih dapat dlterima pada level 1,5 persen. Rasio cadangan terhadap kredit bermasalah (loan loss coverage) tercatat pada level yang memadai sebesar 171,4 persen.
Rasio keuangan utama tetap solid pada kuartal-I 2019. Rasio kecukupan modal (CAR) dan rasio kredlt terhadap dana pihak ketiga (LDR) berada pada level yang sehat masing-masing sebesar 24,5 persen dan 81 persen.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com