Liputan6.com, Washington, D.C. - Walmart kembali menjadi perusahaan nomor wahid di Amerika Serikat (AS) versi Fortune 500. Perusahaan ritel yang memiliki jaringan supermarket itu meraup pendapatan fantastis mengalahkan Apple dan Amazon.
Fortune menyebut pendapatan Walmart dalam setahun terakhir mencapai USD 514 miliar atau Rp 7.379 triliun (USD 1 = Rp 14.356). Sementara, laba bersih Walmart adalah sebesar USD 6,6 miliar (Rp 94,7 triliun).
Walmart juga masih unggul ketimbang Amazon karena mulai memadukan belanja offline dan online. Tahun lalu, mereka memulai layanan Walmart Grocery sehingga pembeli bisa memesan secara online lalu tinggal mengambilnya di Walmart terdekat.
Advertisement
Baca Juga
"Dengan menyiapkan ribuan toko untuk pengambilan belanjaan telah membantu Walmart menambahkan penjualan online mereka di AS sebanyak 40 persen," tulis Fortune.
Sebagai catatan, pemasukan Apple dan Amazon tahun ini adalah USD 265,5 miliar (Rp 3.811 triliun) dan USD 232,8 miliar (Rp 3.342 triliun).
Fortune menilai bahwa Walmart jago mengambil kesempatan dari masalah yang dihadapi rival mereka. Contohnya ketika Toy 'R' Us tutup, Walmart langsung sigap memancing pelanggan.
Barang-barang yang dijual Walmart terbilang beraneka ragam, mulai dari makanan, otomotif, perlengkapan olahraga, mainan dan video gim, perlengkapan rumah tangga, musik, buku, hingga furnitur.
Walmart juga sedang berusaha berinovasi seperti mengembangkan layanan belanja personal. Layanan ini memberikan asisten kepada konsumen untuk membeli atau memilih belanjaan.
Inovasi lainnya adalah mobil vans pengirim barang yang bisa menyetir sendiri. Pada level internasional, Walmart memilih fokus ke pasar yang prioritas dan berhasil meningkatkan penjualan hingga tiga persen.
Selengkapnya, berikut 10 perusahaan AS yang masuk ke daftar teratas Fortune 500.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Perusahaan di 10 Besar Daftar Fortune 500
10 perusahaan di peringkat teratas Fortune 500 dan pemasukan mereka:
1. Walmart: USD 514 miliar (Rp 7.379 triliun)
2. Exxon Mobil: USD 290,2 miliar (Rp 4.166 triliun)
3. Apple: USD 265,5 miliar (Rp 3.811 triliun)
4. Berkshire Hathaway: USD 247,8 miliar (Rp 3.557 triliun)
5. Amazon.com: USD 232,8 miliar (Rp 3.342 triliun)
6. UnitedHealth Group: USD 226,2 miliar (Rp 3.247 triliun)
7. McKesson: USD 208,3 miliar (Rp 2.990 triliun)
8. CV Health: USD 194,5 miliar (Rp 2.792 triliun)
9. AT&T: USD 170,7 miliar (Rp 2.450 triliun)
10. AmerisourceBergen: USD 167 miliar (Rp 2.397 triliun)
Advertisement
Bukan Soal Duit, Ini Pesan Miliarder Michael Bloomberg buat Generasi Muda
Ternyata uang bukanlah sesuatu yang kerap didengungkan miliarder dunia. Seperti Michael Bloomberg yang menegaskan jika uang bukanlah segalanya. Bahkan buat generasi muda,  miliarder ini berkata banyak hal yang lebih bermakna ketimbang gaji semata.
Pemimpin perusahaan Bloomberg itu menyampaikan pesannya pada sebuah acara yang berlangsung di Harvard Business School. Begitu mencari kerja setelah lulus, Bloomberg mengimbau untuk fokus pada kebahagiaan dan kesempatan untuk berkembang.
"Ketika kamu menimbang pilihan kerja, bahkan jika di masa depan ketika kamu ingin mengubah karier, buanglah gaji dari pertimbangan," ujar Bloomberg seperti dikutip The Ladders.
"Apa yang penting bagi kariermu bukanlah gaji awal, melainkan perkembangan dan kebahagiaan. Uangnya akan menyusul kelak," lanjutnya.
Michael Bloomberg adalah miliarder terkaya nomor sembilan di Amerika Serikat. Kekayaannya ditaksir mencapai USD 53,9 miliar. Ia juga pernah menjabat sebagai walikota New York pada dari 2002-2013.
Berdasarkan pengalaman Bloomberg selama setengah abad di dunia politik dan bisnis, ia turut berkata bahwa masyarakat lebih menaruh hormat kepada orang yang bisa membuat perubahan ketimbang sekadar punya uang.Â
"Dan saya bisa memberitahumu, setelah 50 tahun lebih di dunia bisnis dan pemerintahan, orang-orang lebih banyak respek ke mereka yang menciptakan perbedaan di masyarakat ketimbang kepada orang yang hanya menghasilkan uang," ujar Bloomberg ke para mahasiswa.
Nasihat lain yang miliarder itu tawarkan ke para pemuda adalah ajakan jujur, dermawan, menghindari sifat rakus, dan agar jangan meremehkan nilai pegawai.
Kepada para calon pemimpin bisnis, ia mengingatkan bahwa banyak perusahaan yang justru menggaji karyawan dengan kecil, sementara gaji CEO terlampau besar. Bloomberg menilai hal itu justru tidak tepat.
"Di Bloomberg, kami membayar pegawai dengan baik, kami berinvestasi pada pelatihan dan pendidikan mereka, dan kami menawarkan benefit terbaik dari industri. Sebagai gantinya, pegawai kami membayar balik sepuluh kali lipat lewat pengabdian dan loyalitas mereka," ujar Bloomberg.