1.000 Unit Rumah Subsidi akan Dibangun di Daerah Industri Boyolali

Proyek rumah tapak yang jumlahnya bisa mencapai sampai dengan 1.000 unit ini, bertujuan membantu program pemerintah

oleh Nurmayanti diperbarui 28 Jun 2019, 18:44 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2019, 18:44 WIB
Rumah Bersubsidi.
Ilustrasi rumah subsidi.

Liputan6.com, Jakarta Pengembang properti PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA), melalui anak usahanya, PT Sanur Hasta Griya, berencana membangun rumah bersubsidi atau fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) di dekat daerah industri Boyolali, Jawa Tengah.

“Proyek yang dibangun di atas lahan seluas 11 hektare ini, kami targetkan sudah groundbreaking pada kuartal IV tahun ini,” ujar Direktur PT Sanurhasta Mitra (MINA), Gunawan Angkawibawa, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (27/6/2019).

Menurutnya, proyek rumah tapak yang jumlahnya bisa mencapai sampai dengan 1.000 unit ini, bertujuan membantu program pemerintah dalam mewujudkan sektor perumahan khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Ini juga demi mendukung program pemerintah dalam pengadaan rumah karyawan. Di mana, masalah kekurangan rumah hunian ( backlog) masih cukup tinggi. Perseroan melihat potensi ini sebagai usaha yang berkelanjutan.

Langkah itu juga merupakan bagian dari strategi perseroan menjadi salah satu pengembang properti di Indonesia.

Kinerja

Adapun perusahaan mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 17 persen menjadi Rp 11,74 miliar pada 2018. Seiring kenaikan pendapatan, laba bersih konsolidasi perseroan juga tumbuh 62,29 persen menjadi Rp1,96 miliar pada tahun lalu.

“Kenaikan itu utamanya ditopang pendapatan dari segmen pondok wisata yang melonjak 19 persen atau berkontribusi 79,4 persen terhadap total pendapatan perseroan tahun lalu,” ujar dia.

Menurut Gunawan, pada tahun lalu, perseroan juga mencatatkan laba atas penjualan investasi keuangan senilai Rp 3,9 miliar di 2018. Pada tahun lalu, perseroan mencatatkan nilai total aset Rp 125,58 miliar, liabilitas Rp 2,49 miliar, serta ekuitas Rp 123,09 miliar.

Dia menyatakan perseroan juga memiliki rencana untuk berinvestasi dalam sektor energi. Rencana ini akan direalisasikan melalui anak usahanya Sanur Hasta Energy Ltd.

“Perseroan terus berupaya dalam meningkatkan tingkat keterisian serta lebih optimal dari sisi operasional,” ungkap Gunawan.

Sanurhasta Mitra merupakan pemilik dan pengelola tanah seluas 40.663 meter persegi di kawasan Sanur. Aset primer ini sedang dalam proses pengembangan untuk meningkatkan nilainya.

 

Bangun 100 Ribu Rumah, Lippo Karawaci Cari Dana dari Private Equity

Chief Executive Officer (CEO) PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) John Riady menjelaskan bahwa perusahaan akan membangun 100 ribu rumah dengan nilai investasi Rp 100 triliun.
Chief Executive Officer (CEO) PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) John Riady menjelaskan bahwa perusahaan akan membangun 100 ribu rumah dengan nilai investasi Rp 100 triliun.

PT Lippo Karawaci Tbk, (LPKR) berencana untuk membangun 100 ribu rumah dengan total nilai investasi mencapai Rp 100 triliun. Untuk mendukung pendanaan, Lippo Karawaci telah menggandeng private equity yang telah memberikan komitmen investasi melalui pembelian rights dan persetujuan untuk membeli saham Lippo Karawaci melalui right issue.

Chief Executive Officer (CEO) Lippo Karawaci John Riady menyebutkan, aspek pembiayaan menjadi salah satu tantangan utama dalam pemenuhan kebutuhan hunian dengan harga terjangkau di Indonesia.

Akan tetapi dia menegaskan bahwa Lippo Karawaci mengapresiasi dan mendukung penuh langkah pemerintah dalam memberikan insentif bagi masyarakat luas untuk memiliki hunian yang layak dan terjangkau. Upaya ini sejalan dengan target pemerintah yakni membangun 1,25 juta rumah di 2019.

Lippo Karawaci mengapresiasi kebijakan pemerintah melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Subsidi Selisih Bunga (SBS) serta keputusan untuk mengurangi pembebasan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) pada hunian dengan nilai di bawah Rp 30 miliar, yang menjadi kian penting agar kebutuhan hunian masyarakat luas dapat segera terpenuhi," kata dia, di Hotel Aryaduta, Jakarta, Kamis (20/6/2019).

Kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan dapat mendorong lebih banyak masyarakat untuk bisa dan mampu membeli rumah pertama.

Selain itu, kebijakan tersebut juga menjadi angin segar bagi industri properti, dimana target FLPP sendiri telah meningkat dari Rp 2,18 triliun di tahun 2018 menjadi Rp 5,2 triliun di 2019. Untuk besaran SBS di tahun 2019 mencapai Rp 3,45 triliun.

"Yang kemudian membuka banyak pe|uang baru, khususnya untuk pembiayaan dan penyediaan hunian yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah," ujarnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya