Liputan6.com, Jakarta - Musim kemarau telah dimulai. Bahkan diperkirakan kemarau panjang akan terjadi di depan mata. Kendati demikian Perum Bulog memastikan stok beras aman untuk tahun ini.
Direktur Komersial Perum Bulog, Mansyur mengungkapkan hingga saat ini stok beras sebanyak 2,3 juta ton yang berasal dari serapan Oktober tahun lalu hingga Juli tahun ini.
Advertisement
Baca Juga
“Kita sampai hari ini sudah 2,3 juta ton (beras). Itu stok 2019, yang penyerapan tahun ini sekitar 1,2 juta ton. Sisanya dari tahun kemarin, penyerapan terakhir tahun kemarin,” kata dia saat ditemui usai menghadiri rapat koordinasi pembahasan tentang perkiraan cuaca dan dampaknya terhadap produksi tani, di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (6/8).
Selain itu dia menegaskan hingga saat ini penyerapan beras masih berlangsung. Sehingga diperkirakan stok beras masih akan terus bertambah.
Penyerapan beras saat ini mencapai 4.000 ton per hari. Kemudian, di puncak panen gadu (panen pada musim kering) bulan ini, dia optimis penyerapan beras per harinya dapat meningkat.
“Sampai sekarang masih ada penyerapan 4.000 ton per hari. Agustus mungkin naik lagi,” ujarnya.
Menurutnya, hingga akhir tahun Bulog masih akan menyerap 1,5-1,7 juta ton beras yang mampu memenuhi kebutuhan hingga akhir tahun. Di panen puncak bulan ini target Bulog menyerap 8.000-10.000 ton per hari.
“Artinya yang jelas stok kita sampai akhir Desember itu 1,5 sampai 1,7 juta ton, itu perkiraan. (Di puncak panen bulan ini) bisa saja naik atau barangkali sama seperti tahun lalu 8.000-10.000 ton per hari,” tutupnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bos Bulog Paparkan Alasan Lepas 50 Ribu Ton Beras karena Busuk
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso (Buwas) mengatakan, dilepasnya 50 ribu ton cadangan beras pemerintah (CBP) akibat kondisi beras yang sudah rusak disebabkan banyaknya mafia beras.
Tak hanya itu, menurut Buwas, kurangnya sinergi antara kementerian dan lembaga (K/L) terkait kebutuhan beras kerapkali menjadikan beras menjadi komoditas bisnis untuk kepentingan oknum atau institusi tertentu.
"Pangan (beras) ini bukan barang mati, makanya ada nilai turunnya. CBP itu bukan punya Bulog tapi pemerintah, jadi harus ada audit, ada izinnya karena menyangkut beban yang ditanggung oleh negara sebagai yang bertanggung jawab dalam pengadaan beras itu," tutur dia di Jakarta, Selasa (2/7/2019).
Baca Juga
Selain itu, Buwas juga menyebutkan ada program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) oleh Kementerian Sosial (Kemensos) menyebabkan penyerapan beras oleh Bulog tak optimal.
Oleh karena itu, Buwas menuturkan, persoalan pangan di dalam negeri menjadi pelik. Selain kemunculan BPNT, kartel beras pun menjamur sehingga penyerapan beras Bulog terancam berhenti.
"Seolah-olah Bulog ini berbisnis. Ini melemahnya kewenangan kendali pangan oleh negara karena hitunganya semua berpikir kepentingan pribadi dan kelompok. Semua itu sekarang berpikir bagaimana saya mendapatkan finansial. Lupa bahwa ini tugas pengabdian masyarakat. Kalau di supply pasar bebas maka berasnya Bulog tidak keluar maka serapan kita ya akan berhenti. Persoalannya di pangan," tegas dia.
Advertisement
Cegah Busuk, Pemerintah Cari Cara Beras di Gudang Bulog Segera Disalurkan
Sebelumnya, Pemerintah Jokowi-JK tengah mencari jalan keluar agar stok beras di gudang Bulog sebanyak 2,3 juta ton dapat disalurkan. Sebab, apabila terus-terusan ditahan di gudang Bulog, kualitas beras akan rusak.
Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, pihaknya akan melibatkan Perum Bulog dalam urusan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang selama ini tengah dijalankan oleh lingkup kementeriannya. Dengan demikian stok beras yang berada di gudang Bulog dapat tersalurkan dengan cepat.
"Kita cari jalan keluar supaya beras di gudang Bulog itu bisa tersalurkan. Komitmen kita," katanya saat ditemui di Kementerian Perekonomian, Jakarta, Jumat, 28 Juni 2019.
Agus menambahkan pihaknya juga membuka peluang apabila nantinya Bulog mau bekerja sama dengan BPNT untuk penyaluran bantuan sosial. Pihaknya juga memberikan kesempatan bagi Perum Bulog untuk menjadi supplier.
"Iya, secara kualitas dan Bulog sanggup untuk itu. Nanti diutamakan untuk disalurkan dalam BPNT. Tentu dengan kualitas yang memang sudah siap. Sekarang bulog sudah siap kualitasnya bagus," kata dia.