Konsumsi Terjaga, Pertumbuhan Ekonomi 5,3 Persen Bakal Tercapai

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5,3 persen di 2020, pemerintah perlu menjaga konsumsi dalam negeri agar tumbuh tinggi diiringi dengan lompatan investasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Agu 2019, 14:35 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2019, 14:35 WIB
Target Pertumbuhan Ekonomi
Suasana gedung-gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Selasa (30/7/2019). Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama dengan pemerintah menyetujui target pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran angka 5,2% pada 2019 atau melesat dari target awal 5,3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah telah menetapkan asumsi makro pertumbuhan ekonomi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020 berada di 5,3 persen dengan konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya. Angka ini lebih tinggi dibanding target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2019 sebesar 5,2 persen.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Piter Abdullah mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang dipatok sebesar 5,3 persen sangat memungkinkan bisa terealisasi di 2020 mendatang. Hanya saja pemerintah perlu mebuat terobosan kebijakan yang bisa memacu domestik demand.

"Pertumbuhan ekonomi 5,3 persen sangat mungkin direalisasikan. Bahkan kita masih bisa mengejar pertumbuhan diatas itu," katanya saat dihubungi merdeka.com, Selasa (20/8).

Untuk mencapai realisasi pertumbuhan tersebut, pemerintah perlu menjaga konsumsi dalam negeri agar tumbuh tinggi diiringi dengan lompatan investasi. Tak hanya itu, pemerintah juga diminta melakukan ekspansi fiskal serta mendorong Bank Indonesia (BI) mampu mengimbangi dengan ekspansi moneter.

Piter mengatakan, ekapansi fiskal dilakukan dengan meningkatkan belanja bersama-sama dan pelonggaran pajak. Di sisi lain, BI bisa mengimbangi dengan kebijakan moneter yang lebih longgar dalam bentuk penurunan suku bunga acuan serta operasi moneter yang lebih ekspsnsif.

Piter menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sesungguhnya tidak terlalu bergantung kepada kondisi perekonomian global. Sebab, pertumbuhan ekonomi nasional lebih banyak disumbang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Oleh karenanya, untuk memacu pertumbuhan tersbeut, dua komponen ini perlu didorong.

"Kita bukan negara ekspor yang pertumbuhan ekonominya sangat bergantung kepada kegiatan ekspor. Artinya lebih banyak ditentukan oleh kondisi domestik," kata dia.

Jika berkaca pada lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia terjebak di kisaran 5 persen lantaran konsumsi dan investasi tidak berjalan optimal atau stagnan. Di mana, konsumsi hanya tumbuh dikisaran 5 persen, demkian juga pertumbuhan investasi yang tidak pernah tumbuh dua digit.

"Akibatnya pertumbuhan ekonomi yang tidak bisa beranjak dari angka lima persen," pungkasnya.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Banyak Tantangan, Target Pertumbuhan Ekonomi 2020 Sulit Tercapai

Prediksi BI Soal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Depan
Pekerja tengah mengerjakan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (15/12). Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 mendatang tidak jauh berbeda dari tahun ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen pada tahun 2020. Pertumbuhan tersebut akan didorong dengan meningkatkan konsumsi rumah tangga.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Rizal Taufikurahman mengatakan, target pertumbuhan ekonomi 5,3 persen pada 2020 itu pada dasarnya serupa dengan target pertumbuhan ekonomi 2019. Sebab itu, pihaknya menilai, target pertumbuhan ekonomi 2020 yang dipatok pemerintah tersebut justru menunjukan perekonomian nasional tidak mengalami pertumbuhan alias stagnan.

"Artinya perekonomian nasional tidak jauh lebih baik dari 2019 ini. Padahal sektor konsumsi dan investasi saat ini masih belum memberikan sinyal yang lebih baik sesuai yang diharapkan. Target investasi masih belum memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal II 2019," tuturnya kepada Liputan6.com, Sabtu (17/8/2019).

Rizal melanjutkan, dengan ketidakpastian perang dagang Amerika Serikat (AS)-Tiongkok hingga fluktuasi nilai tukar rupiah saat ini, sulit rasanya membawa angin positif bagi pasar khususnya dalam mengerek laju investasi.

"Termasuk dalam hal ini perlu kebijakan moneter yang kondusif. Efeknya tentu saja, aliran investasi (capital inflow) yang belum bisa dijamin masuk ke dalam negeri. Serta juga perlu perbaikan FDI yang perlu effort dalam antara kebijakan moneter yang ekspansif dan juga fiskalnya," ujarnya.

Di sisi lain, elastisitas harga minyak dunia juga masih sangat dipengaruhi oleh dinamika global.

"Dari kondisi ini, dapat dilihat bahwa tahun 2020 masih belum akan memberikan kondusifitas pertumbuhan ekonomi yang kian membaik," tegasnya.  

Pemerintah Patok Pertumbuhan Ekonomi 2020 di Angka 5,3 Persen

Jokowi Sampaikan Pidato Kenegaraan
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyampaikan Pidato Kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR 2019 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2019). Jokowi akan menyampaikan pidato dalam tiga sesi dengan tema yang berbeda selama acara berlangsung. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyebut target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 adalah 5,3 persen. Sumber pertumbuhan ekonomi tahun depan ditekankan pada sektor konsumsi.

"Pertumbuhan ekonomi akan berada pada tingkat 5,3 persen dengan konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya. Inflasi akan tetap dijaga rendah pada tingkat 3,1 persen untuk mendukung daya beli masyarakat," ujar Presien Jokowi dalam pidato Nota Keuangan di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat (16/8/2019). 

Lebih lanjut, Jokowi menyebut nilai tukar dolar AS akan melemah menuju Rp 14.400. Ia menyebut hal itu diakibatkan kondisi ekonomi global yang volatile alias penuh ketidakpastian.

Meski sedang ada disrupsi dagang, Jokowi yakin Indonesia akan tetap menjadi primadona investasi. Pasalnya, Indonesia memiliki telah mendapatkan citra positif dan iklim investasi akan terus dijaga.

"Pemerintah yakin investasi terus mengalir ke dalam negeri, karena persepsi positif atas Indonesia dan perbaikan iklim investasi," ujar Jokowi.

Jokowi menambahkan suku bunga SPN 3 bulan diperkirakan berada di tingkat 5,4%.

Pencapaian lain Indonesia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) naik dari 69,55 di 2015, menjadi 71,39 di 2018, atau masuk dalam status tinggi. Logistic Performance Index (LPI) naik dari peringkat 53 dunia pada 2014, menjadi peringkat 46 dunia pada 2018.

"Dalam Global Competitiveness Index, kualitas infrastruktur kita termasuk listrik dan air meningkat, dari peringkat 81 dunia pada 2015, ke peringkat 71 dunia pada 2018," jelas Jokowi. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya