Cerita Influencer Tolak Bayaran Endorse Senilai Rp 142 Miliar

Influencer Huda Kattan bercerita soal menolak endorse.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 31 Agu 2019, 18:00 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2019, 18:00 WIB
[Fimela] Huda Kattan dan definisi kecantikan berdasarkan jumlah followers di Instagram
Memiliki 27 followers di Instagram, Hudda Kattan jadi beauty influencer terkaya. (Foto: Facebook)

Liputan6.com, Dubai - Salah satu influencer tersukses di dunia Huda Kattan (35) mengaku pernah menolak tawaran endorse senilai USD 10 juta atau Rp 142 miliar (USD 1 = Rp 14.257). Wanita yang bekerja sebagai beauty influencer itu lebih memilih fokus ke bisnis pribadinya.

Kattan enggan menyebut brand mana yang ia tolak, produknya pun juga sebetulnya tidak bermasalah. Akan tetapi, jangka kontrak endorse selama satu tahun terlalu lama untuknya.

"Itu tidak worth it," kata Kattan seperti dikutip Business Insider. "Melaksanakan deal selama setahun, meski itu bisa jadi produk yang hebat dan saya betul-betul mempercayainya, itu justru mengganggu fokus saya," ujar wanita keturunan Irak ini.

Keputusan menolak endorse itu cukup berat bagi Kattan. Sang influencer hanya meyakini bahwa perlu fokus jangka panjang agar ia bisa mengembangkan bisnis kosmetiknya agar menjadi besar seperti Estee Lauder.

Produk Huda Beauty pertama kali diluncurkan Kattan pada tahun 2013 bersama dua saudari dan ibunya. Dulunya Kattan bekerja di sektor keuangan, kini sektor kecantikan menjadi bisnis utamanya.

"Strategi kami adalah jangka panjang. Saya tak mau di sini selama lima atau 10 tahun. Saya ingin sebuah legacy yang terus hidup setelah kami tiada," ujarnya.

Pada Juli lalu, Kattan menjadi influencer termahal kedua versi Hopper HQ dengan tarif sekitar Rp 1,2 miliar per pos di Instagram. Forbes mencatat kekayaan Huda Kattan mencapai USD 610 juta (Rp 8,6 triliun).

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Bos Ini Raup Rp 21,3 Triliun Berkat Estee Lauder

Butik Estee Lauder di Jakarta
Butik Estee Lauder di Jakarta

Jane Lauder masuk dalam daftar 500 miliarder versi Bloomberg berkat melesatnya penjualan kosmetik Estee Lauder asal Amerika Serikat (AS). Tak tanggung-tanggung, kekayaan Lauder meroket USD 1,5 miliar tahun ini atau setara Rp 21,3 triliun (USD 1 = Rp 14.244).

Penjualan kosmetik di dunia sedang meledak pada setahun terakhir, terutama di Asia. Bloomberg mencatat kekayaan Lauder pun tercatat sebesar USD 4,3, miliar (Rp 61,2 triliun).

Penjualan kosmetik Estee Lauder tercatat naik 25 persen dan dipimpin oleh China, Hong Kong, dan pasar-pasar di Asia Tenggara. 

Lauder tak sendirian, pemilik perusahaan kosmetik pun ketiban untung. Wanita terkaya di dunia juga berasal dari sektor kosmetik, yakni Francoise Bettencourt Meyers dari L'Oreal.

Tahun ini saja kekayaan Francoise Bettencourt Meyers bertambah USD 6,6 miliar (Rp 93 triliun) menjadi USD 52,6 miliar (Rp 749 triliun). Kekayaan wanita itu pun lebih besar ketimbang orang terkaya di Benua Asia.

Francoise Bettencourt Meyers dan Jane Lauder bukanlah pendiri perusahaan, melainkan keturunan dari pendirinya, yakni kakek dan nenek mereka.

Kakek Fracnoise adalah Eugène Schueller, seorang pengusaha sekaligus ahli kimia, yang mendirikan L'Oreal pada 1909. Sementara, nenek Jane Lauder adalah Estee Lauder yang mendirikan usaha kosmetik Estee Lauder bersama sang suami.

Polisi Tangkap Penyelundup Kosmetik Ilegal Senilai Ratusan Miliar dari Tiongkok

Polisi Tangkap 4 Tersangka Kasus Penyelundupan Barang Ilegal
Empat tersangka dihadirkan saat rilis kasus penyelundupan dan barang ilegal di Halaman Ditreskrimsus Polda Metro Jaya, Rabu (14/8/2019). Polisi mengamankan 11 truk berisi kosmetik, obat-obattan dan barang ilegal lainnya. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Subdit I Indag Ditreskrimsus Polda Metro Jaya menggagalkan penyelundupan barang bernilai ratusan miliar. Barang yang berasal dari Tiongkok ini berupa kosmetik, obat-obatan, bahan pangan dan elektronik ilegal.

"Barang-barang kosmetik kan datang dari luar, belum mendapat izin dari BPOM atau izin edar lainnya. Jadi kita nggak tau isinya, bisa menimbulkan kerugian," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono di Polda Metro Jaya, Rabu, 14 Agustus 2019. 

Dalam kasus ini, polisi menangkap 4 orang tersangka yakni PI (63), H (30), EK (44) dan satu warga negara Tiongkok AH (40). Kelompok ini sudah menjalankan bisnis gelap tersebut selama 8 tahun.

Sebelum dikirim ke Indonesia, barang-barang ilegal ini lebih dulu masuk ke wilayah Malaysia melalui pelabuhan Pasir Gudang, Johor. Kemudian barang-barang tersebut dikirim ke pelabuhan Kuching Serawak.

Selanjutnya, barang tersebut dibawa menggunakan truk ke perbatasan wilayah Indonesia untuk diselundupkan melalui jalan darat ke wilayah Jagoi Babang, Kalimantan Barat.

Setelah itu, barang tersebut diangkut menggunakan truk besar dari Pontianak melalui pelabuhan Dwikora. Lalu dikirim menggunakan kapal angkut dan masuk ke pelabuhan Tegar Marunda Center Kabupaten Bekasi.

Saat kapal bersandar di pelabuhan, petugas mengamankan 10 truk pembawa barang ilegal tersebut.

Gatot menyebut, kelompok ini bisa menyelundupkan barang sebanyak 4 kali dalam sebulan. Sekali pengiriman, pelaku meraup keuntungan senilai Rp 67,1 miliar.

"Jika ini dikalikan setahun, barang ini bisa senilai Rp 3 triliun lebih. Setahun negara kita bisa rugi hampir Rp 800 miliar, ini baru satu kelompok," sebutnya.

Dengan dampak kerugian kepada negara yang begitu besar, polisi saat ini masih melakukan pengembangan kasus untuk mencari kelompok lain yang melakukan kejahatan serupa.

"Beredarnya barang-barang ilegal ini tentu merugikan masyarakat, karena barang yang diedarkan tidak melalui uji laboratorium BPOM. Sehingga tidak bisa dipastikan kandungan di dalamnya," ujarnya.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya