Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia telah mengeluarkan laporan terbaru mengenai prospek pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Dalam laporan berjudul World Bank East Asia and Pacific Economic Update October 2019, Weathering Growing Risks, pertumbuhan di wilayah ini akan turun 0,2 persen pada tahun ini, dari sebelumnya 6 persen menjadi 5,8 persen.
Salah satu negara yang perekonomiannya melemah adalah Indonesia, dimana Growth Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) mengecil dari 5,2 persen pada 2018 menjadi 5 persen di 2019. Bahkan, angka tersebut lebih rendah dari prediksi April lalu, yakni 5,1 persen.
Dalam laporan tersebut, Bank Dunia menuliskan, meski makroekonomi Indonesia yang kuat terus menopang pertumbuhan ekonomi, namun investasi tumbuh melambat pada tahun ini.
Advertisement
Baca Juga
Catatan lainnya, walau prospek ekonomi terus menguat berkat permintaan domestik yang kuat, ketegangan perdagangan internasional dan volatilitas keuangan global tetap menjadi suatu tantangan yang menimbulkan risiko besar.
Jika dibandingkan dengan negara tetangga, posisi Indonesia terhitung masih tertinggal. Seperti Kamboja, yang terlihat masih superior meski pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan melemah, dari 7,5 persen (2018) menjadi 7 persen (2019).
Bahkan, Indonesia masih kalah jika dikomparasikan dengan Papua Nugini. Perekonomian negara itu diprediksi melonjak hebat, dari -0,5 persen (2018) menjadi 5,6 persen pada tahun ini.
Negara lainnya yang juga unggul dari Indonesia antara lain Laos (6,5 persen), Myanmar (6,6 persen), Filipina (5,8 persen), dan Vietnam (6,6 persen). Di sisi lain, posisi NKRI masih di atas beberapa negara besar Asia Tenggara seperti Malaysia (4,6 persen) dan Thailand (2,7 persen).
Untuk beberapa tahun ke depan, Bank Dunia meramal, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sedikit terangkat. Pada 2020, perekonomian kita bakal naik jadi 5,1 persen, dan kembali meningkat 1 persen di 2021 menjadi 5,2 persen.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
ADB Ramal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,1 Persen di 2019
Sebelumnya, Asian Development Bank (ADB) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 menjadi sebesar 5,1 persen dari sebelumnya 5,2 persen. Tidak hanya tahun ini, ADB juga merevisi target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan menjadi 5,2 persen.
Direktur ADB untuk Indonesia, Winfried Wicklein mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagian besar masih disumbang oleh konsumsi.
"Konsumsi yang kuat akan membuat Indonesia mampu meneruskan pertumbuhan ekonominya baik tahun ini dan tahun depan," ujarnya di Plaza Indonesia, Jakarta, Rabu (25/9).Â
BACA JUGA
Winfried mengatakan, laju penumbuhan tahun ini yang sedikit lebih lambat mencerminkan penurunan ekspor dan melemahnya investasi domestik.
Meski demikian, investasi diperkirakan akan terus membaik menjelang akhir tahun, seiring dengan kemajuan pembangunan proyek-proyek strategis nasional untuk meningkatkan jaringan infrastruktur.
"Fundamental perekonomiannya masih solid, dengan posisi fiskal yang dikelola dengan baik, harga-harga yang stabil, dan cadangan devisa pada posisi yang cukup aman. Diperlukan investasi yang lebih kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan fokus pada daya saing dan pengembangan sumber daya manusia sebagai kuncinya," jelasnya.
Advertisement
Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2019 Hanya 5,08 Persen
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2019 akan berada level 5,08 persen. Angka tersebut jauh di bawah target APBN sebesar 5,3 persen yang dikoreksi kembali pada JuliÂ
"Total 2019 dibulatkan satu digit 5,1 persen atau 5,08 persen itu adalah forecasting berarti outlook 5,2 persen masih kami taruh di sana tapi internal kita lihat di 5,08 persen," kata dia, di ruang rapat Komisi XI DPR RI, Jakarta, Kamis (29/8/2019).Â
BACA JUGA
Dia menjelaskan, hal tersebut karena faktor-faktor pendorong ekonomi pada semester II/2019 diperkirakan akan melambat jauh dibanding realisasi yang terjadi pada semester I/2019. Dari sisi konsumsi, pada semester II/2019 diperkirakan hanya berada dikisaran bawah lima persen yakni 4,97 persen.
Angka tersebut lebih rendah dari kinerja konsumsi masyarakat pada semester I/2019 yang mencapai kisaran 5,3 persen.
"Kami harap masih ada akselerasi dari belanja pemerintah untuk belanja modal di beberapa kementerian lambat bahkan baru 34 persen. Belanja barang dan pegawai mungkin enggak masalah, bansos bahkan sudah cujup besar di awal," ungkap Sri Mulyani.