Keuntungan Indonesia Saat Ekonomi Global Bergejolak

Darmin mengatakan ada beberapa keutungan hingga kelemahan yang dirasakan oleh Indonesia dari kondisi pelemahan ekomomi global

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Okt 2019, 11:00 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2019, 11:00 WIB
Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution
Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution saat menjadi pembicara dalam acara Bincang Ekonomi di Liputan6.com di SCTV Tower, Jakarta, Kamis (2/3). (Liputan6.com/Fatkhur Rozaq)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, mengatakan ada beberapa keutungan hingga kelemahan yang dirasakan oleh Indonesia dari kondisi pelemahan ekomomi global. Salah satu keuntungannya yakni peetumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlalu tertekan dan masih berada di level 5 persen.

Menko Darmin mengatakan, banyak negara-negara besar dan berkembang lain yang terpuruk akibat kondisi pelemahan global. Tak terkecuali China dan Singapura yang ikut merasakan perekonomiannya terpukul jauh merosot dari sebelumnya.

"Itu ada keuntungannya di situasi ekonomi sekarang. Liat Singapura kita tau seperti apa sekarang bahkan China yang tadi peetumbuhan ekonomi 8 persen lebih sekarang ada di 6 sekian persen. Indonesia turun tetapi tidak banyak dari 5 sekian jadi 5 itu keuntungannya dalam situasi ekonomi global lesu kita tidak banyak terpengaruh," kata Menko Darmin dalam acara Apindo Investment & Trade Summit, di Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta, Selasa (15/10).

Di tengah keuntungan, Mantan Direktur Jenderal Pajak itu juga mengungkapkan kelemahan yang nantinya dirasakan oleh Indonesia. Dia menyebut apabila ekonomi dunia sudah mulai pulih maka dikhawatirkan, negara-negara yang tadinya sempat tertekan kembali melampaui pertumbuhan Indonesia.

"Tentu saja kita anggap itu meski ada kelemahan dan keuntungan tapi buak sesuatu yang pantas dipertahankan," jelas Darmin.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Catatan Bank Indonesia

BI Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen
Gubernur BI Perry Warjiyo memberikan penjelasan kepada wartawan di Jakarta, Kamis (20/6/2019). RDG Bank Indonesia 19-20 Juni 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa perekonomian global masih dalam kondisi yang sama seperti sebelumnya, yaitu mengalami perlambatan. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya ketegangan perang dagang yang tak kunjung menunjukkan tanda akan berakhir.

Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebutkan, ketegangan hubungan dagang yang berlanjut ini menekan volume perdagangan dunia dan memperlambat pertumbuhan ekonomi global.

"Perekonomian AS diperkirakan tumbuh melambat akibat ekspor yang menurun sebagai dampak ketegangan hubungan dagang, stimulus fiskal yang terbatas, serta keyakinan pelaku ekonomi yang belum kuat," kata dia di kantornya, Kamis (18/7).

"Pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa juga melambat dipengaruhi penurunan kinerja ekspor dan permasalahan struktural terkait aging population, yang kemudian berpengaruh pada permintaan domestik," ujarnya.

 


Kebijakan Bank Sentral

BI Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen
Gubernur BI Perry Warjiyo bersiap Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (20/6/2019). Rapat memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dia menjelaskan, kinerja ekspor yang menurun serta permintaan domestik yang melambat juga terjadi di China dan India. Ekonomi global yang melemah pada gilirannya makin menekan harga komoditas, termasuk harga minyak.

Dia mengungkapkan, sejumlah bank sentral di negara maju dan negara berkembang merespons dinamika ekonomi yang kurang menguntungkan ini dengan menempuh kebijakan moneter yang lebih longgar, termasuk bank sentral AS yang diprediksi akan menurunkan suku bunga kebijakan moneter.

"Respons kebijakan tersebut mengurangi ketidakpastian pasar keuangan global dan mendorong aliran masuk modal asing ke negara berkembang," tutupnya

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya