Strategi Indonesia Hadapi Situasi Perdagangan Global

Pertumbuhan perdagangan global diprediksi turun menjadi 1,1 persen dari sebelumnya 3,6 persen di 2018.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Nov 2019, 15:13 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2019, 15:13 WIB
Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Aktifitas kapal ekspor inpor di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 1,24 miliar . (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Situasi ekonomi global yang tengah bergejolak turut mempengaruhi perdagangan internasional. Banyak negara yang mengalami penurunan pertumbuhan ekspor.

Bahkan, pertumbuhan perdagangan global diprediksi turun menjadi 1,1 persen dari sebelumnya 3,6 persen di 2018.

Lalu apa saja strategi Indonesia untuk menghadapi kondisi tersebut?

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kemendag, Kasan Muhri, mengungkapkan pihaknya memiliki enam strategi jangka pendek untuk menjaga perdagangan Indonesia di kancah internasional.

"Konteks perdagangan global tidak hanya perang dagang dan tensi perdagangan. Banyak hal membuat perdagangan global membuat terjadi situasi cenderung proteksionime. Bisa sifatnya tarif, bisa juga sifatnya nontarif. Ini banyak yang dihadapi," kata dia dalam acara proyeksi ekonomi 2020 Kabinet Baru dan Ancaman Resesi, di JS Luwansa, Jakarta, Selasa (26/11).

 

Adapun strategi jangka pendek tersebut di antaranya adalah, pertama, meratifikasi 13 perjanjian yang conclude dan menyelesaikan 11 perjanjian perdagangan internasional.

"Mengendalikan impor secara selektif dengan mengutamakan bahan baku penolong tujuan ekspor dan investasi, menggiatkan dukungan kepada daerah dan industri atau investasi yang berorientasi ekspor," ujarnya.

Kemudian menyederhanakan 18 permendag ekspor-impor.

"Enam sudah selesai, 12 dalam proses. Ini termasuk penyederhanaan regulasi," ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Perjanjian Perdagangan Bebas

Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Sebuah kapal bersandar di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Penyebab kinerja ekspor sedikit melambat karena dipengaruhi penurunan aktivitas manufaktur dan mitra dagang utama, seperti AS, China, dan Jepang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selanjutnya adalah peningkatan peran free trade agreement center (FTA center) di lima daerah, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, dan Medan dalam rangka utilitasi FTA/CEPA yang sudah pada tahap implementasi," ujarnya.

Langkah berikutnya adalah menggiatkan misi dagang ke pasar nontradisional dan pemanfaatan perjanjian perdagangan, serta perwakilan perdagangan di luar negeri (atase/ITPC) lebih aktif sebagai business agent.

Sementara itu, untuk strategi jangka menengah adalah penyelesaian sengketa dagang di dispute settlement body (DSB) WTO dalam rangka mengamankan kebijakan perdagangan Indonesia dan akses produk di luar negeri.

"Kedua, optimalisasi pemanfaatan instrumn Trade Remedies dalam rangka melindungi industri dalam negeri termasuk pengamanan hambatan ekspor di pasar luar negeri," ujarnya.

Selanjutnya adalah peningkatan branding dan peningkatan SDM UKM ekspor.

"Saya ingin sampaikan bahwa walaupun kondisi ekonomi global yang sekarang termasuk ancaman WTC dengan penaglaman menghadapi krisis, maka Indonesia bisa hadapi ini dengan baik. Saya juga mengharapkan sinergi kerja sama pemerintah dan pelaku usaha untuk menjalankan peran akselerasi perekonomian Indonesia 5 Tahun ke depan," tutupnya.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya