Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, hingga Oktober 2019 terdapat 55 bank wakaf mikro di Indonesia. Bank wakaf mikro tersebut telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 31,5 triliun.
"Per Oktober sudah terdapat 55 bank wakaf mikro di Indonesia. Total penyaluran pembiayaannya sebesar Rp 31,5 triliun," ujar Menko Airlangga di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (10/12).
Dia mengatakan, bank wakaf mikro merupakan jenis pembiayaan yang disalurkan untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Pembiayaan tersebut juga diperuntukkan bagi pelaku usaha UMKM.
Advertisement
Baca Juga
"Program yang bisa jangkau UMKM adalah bank wakaf mikro di bawah pengawasan OJK. Bank wakaf mikro tanpa agunan, dan nilai maksimum Rp 5 juta dengan margin setara 3 persen," jelasnya.
Menko Airlangga melanjutkan, pemerintah akan membuat regulasi mengenai keuangan inklusif yang mengatur ekosistem keuangan selain bank wakaf mikro. Dia berharap agar pemerintah daerah mampu mendorong masyarakat memanfaatkan pembiayaan yang telah disiapkan.
"Regulasi soal keuangan inklusif, di mana nanti akan diimplementasikan bagi ekosistem keuangan mikro selain bank wakaf mikro, seperti KUR, jaring, laku pandai, dan koordinasi dana desa," jelasnya.
"Tim percepatan akses keuangan daerah memiliki peran penting di daerah. TPAKD menyebar di 34 provinsi, diharapkan bisa perluas akses dan dukung kontribusi jasa keuangan keperekonomian," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jokowi Resmikan Bank Wakaf Mikro Pertama di Sumatera
Presiden Jokowi meresmikan program Bank Wakaf Mikro (BWM) Pondok Pesantren Mawaridussalam, Desa Tumpatan Nibung, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Peluncuran BWM ini sekaligus menjadikannya yang pertama dilakukan di Sumatera.
"Bank Wakaf Mikro ini sudah kita dirikan di 33 pondok pesantren. Untuk apa didirikan? Akses umat terutama lingkungan pondok pesantren untuk masuk ke bank atau lembaga keuangan itu tidak mudah," kata Jokowi dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (8/10/2018).
Menurut Jokowi, selama ini para pelaku usaha kecil atau yang hendak memulai usahanya, terutama dari kalangan pondok pesantren, mengalami kesulitan bila hendak mengakses layanan keuangan. Padahal, umat memerlukan akses tersebut untuk mendapatkan modal kerja atau investasi.
"Administrasinya rumit, agunan harus ada. Ini yang menjadi keluhan setiap saya masuk ke pondok pesantren," ucap Jokowi.
Jokowi berharap dengan Bank Wakaf Mikro ini, para santri dan masyarakat di lingkungan pondok pesantren dapat memanfaatkannya serta memiliki peluang yang lebih besar untuk mengembangkan perekonomiannya.
Dengan itu diharapkan akan lahir lebih banyak SDM-SDM unggul yang mampu bersaing dari lingkungan pondok pesantren.
"Ini untuk apa? Pengembangan ekonomi umat terutama di pondok dan lingkungannya agar berjalan dengan baik. Ini akan kita kembangkan terus, tidak akan berhenti," terang Jokowi.
Advertisement
Kikis Kesenjangan Ekonomi
Hingga Maret 2018 lalu, BWM setidaknya sudah tersebar di beberapa daerah di Pulau Jawa. Di antaranya ialah Serang, Lebak, Cirebon, Bandung, Ciamis, Kudus, Yogyakarta, Surabaya, Jombang, Klaten, dan Kediri.
Dengan hampir 29 ribu pondok pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia, menjadikannya memiliki potensi besar untuk memberdayakan umat dan berperan dalam mengikis kesenjangan ekonomi khususnya di masyarakat sekitar lingkungan pondok pesantren.