Pelaku Industri di Batam Ketar-ketir Kekurangan Bahan Baku Akibat Wabah Corona

Hampir 50 persen bahan baku yang digunakan untuk beroperasi di Batam didatangkan dari China.

oleh Ajang Nurdin diperbarui 19 Feb 2020, 10:15 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2020, 10:15 WIB
Situasi Wuhan Saat Diisolasi Akibat Virus Corona
Pekerja menyemprot tempat sampah di luar Stasiun Kereta Api Hankou yang ditutup di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (23/1/2020). Pemerintah China mengisolasi Kota Wuhan yang berpenduduk sekitar 11 juta jiwa untuk menahan penyebaran virus corona. (Chinatopix via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Dampak dari mewabahnya Virus Corona tidak hanya menganggu  sektor industri di Singapura. Batam sebagai tumpuan investor Singapura juga mengalami kekhawatiran akan berkurangnya bahan baku industri yang diimpor .

Hal itu menjadi keresahan bagi para pengusaha yang tergabung dalam Himpunan Kawasan Industri (HKI) Kepri.

Hampir 50 persen bahan baku yang digunakan untuk beroperasi di Batam didatangkan dari China. Sementara, saat ini negara tersebut tengah menjadi sorotan oleh adanya Virus Corona, yang berimbas tutup dan tidak beroperasinya beberapa perusahan yang menyuplai bahan baku.

“Terhentinya operasional dari perusahaan di Tiongkok oleh merebaknya Virus Corona menimbulkan kekhawatiran dan sedikit banyak berpengaruh ke Industri di Batam. Khususnya yang mendatangkan bahan baku dari Tiongkok,” jelas Wakil Koordinator HKI Kepri Tjaw Hoeing saat ditemui di Bidang Marketing Badan Pengusahaan (BP) Batam, Rabu pada (19/2/2020).

Terkait bahan baku, tambahnya, ada beberapa Penanaman Modal Asing (PMA) yang sudah mengeluh terkait terlambatnya pengiriman.

 

Mengingat, perusahaan di China libur saat Imlek dan memperpanjang lagi hingga akhir Februari akibat merebaknya virus Corona.

“Dan hal ini akan berpotensi bahan baku kita tak bisa impor dari Tiongkok. Pengaruhnya sangat besar. Kalau bahan baku dari China tak bisa masuk karena shutdown-nya operasional di sana, maka akan potensi masalah besar di produksinya,” katanya.

Sementara, impor dari China rata-rata 50 persen sehingga sangat signifikan. “Antisipasinya yang dilakukan para pengusaha adalah mencari open market atau bahan baku melalui Eropa. Itu alternatifnya untuk sementara,” ujarnya.

Dan jika kondisi ini terus berkelanjutan, bisa dipastikan akan menimbulkan dampak terburuk, yaitu banyak karyawan yang akan dirumahkan.

“Yang kita takutkan shutdown di China itu terus berlanjut. Tapi kita tak tahu ini terjadi atau tidak. Untuk itu, kita harus mencari solusilah. Karena tak hanya Indonesia, globalnya ada China. Jadi bukan masalah Indonesia saja sebenarnya. Dan dampak yang paling terburuknya adalah bakal ada karyawan yang dirumahkan hingga adanya kejelasan terkait bahan baku ini,” terangnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Impor dari China

20161025-Bea-Cukai-Kembangkan-ISRM-untuk-Pangkas-Dwelling-Time-Jakarta-IA
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (25/10). Kebijakan ISRM diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pelayanan dan efektifitas pengawasan dalam proses ekspor-impor. (Liputan6.com/Immaniel Antonius)

Sementara itu, Ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI) Kepri, OK Simatupang, menjelaskan banyak bahan baku industri diimpor dari China.

Satu per satu perusahaan manufaktur di China mengurangi produksi atau malah menyetop operasi, khususnya di Provinsi Hubei tempat mewabahnya virus Corona.

“Pengaruhnya bisa dilihat dari keterlambatan pesanan tiba di Batam. Kalau perusahaan di sana setop produksi, maka akan berdampak buruk bagi Batam,” ungkapnya.

Untuk saat ini, perusahaan-perusahaan manufaktur di Batam mengandalkan stok bahan baku industri di gudangnya. Namun, stok tersebut tidak akan bertahan lama.

“Paling hingga Maret nanti,” ucap Oka.

Oka mengatakan industri di Batam banyak mengimpor bahan baku seperti komponen elektronik dari Tiongkok.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kepri per Desember 2019, Tiongkok berkontribusi 11,70 persen terhadap impor Kepri.

Secara keseluruhan, impor dari China senilai USD 1,1 miliar di 2019. Namun masih kalah jauh dari Singapura yang merupakan mitra utama Kepri dengan nilai impor capai USD 4,6 miliar.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya