Ingin Buka Bisnis Sembako dengan Modal Rp 10 Juta? Ini Caranya

Sebenarnya dengan modal hanya Rp 10 juta saja, kamu sudah bisa membuka sebuah toko sembako. Dan tentu saja bisa tetap mendapatkan untung besar.

oleh Arthur Gideon diperbarui 12 Apr 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2020, 09:00 WIB
Cegah Panic Buying, Kapolda Metro Jaya Pantau Operasi Pasar
Warga membeli beras dan minyak goreng saat Operasi Pasar di Pasar Palmerah, Jakarta, Jumat (20/3/2020). Perum Bulog menjual gula pasir, beras dan minyak goreng dengan harga murah dan terjangkau yang tersebar di 35 titik pasar. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Toko sembako merupakan bisnis yang menggiurkan. bagaimana tidak? Setiap orang atau setiap rumah tangga pasti membutuhkan sembako. Artinya, permintaan tak bakal putus.

Selain itu, margin yang didapat dari toko sembako bisa cukup besar jika pengelolaan dilakukan dengan benar. 

Namun, banyak orang mengira bahwa membuka sebuah warung sembako membutuhkan modal yang sangat besar. Anggapan itu tidak selalu besar.

Sebenarnya dengan modal hanya Rp 10 juta saja, kamu sudah bisa membuka sebuah toko sembako. Dan tentu saja bisa tetap mendapatkan untung besar.

Nah, bagaimana caranya? Mari simak seperti dikutip dari Swara Tunaiku berikut ini:

1. Pergunakan tempat yang ada di rumah

Membuka warung sembako tak melulu membutuhkan tempat yang bagus, dengan memanfaatkan ruang kosong di halaman rumah atau garasi kendaraan misalnya, kamu sudah bisa membuka warung sembakomu sendiri.

Beritahu tetangga sekitar jika kamu menjual sembako sehingga tanpa perlu modal yang besar untuk tempat, bisnis sembakomu tetap akan berjalan karena bagi pembeli yang terpenting adalah kebutuhan sembakonya, bukan tempatnya yang bagus.

Nah, yang terpenting dari toko sembakomu adalah kebersihan tempatnya karena ini menyangkut bahan makanan yang akan masuk ke dalam tubuh.

2. Perbanyak variasi produk

Sembako memang hanya berjumlah sembilan jenis, tapi masyarakat tentu nggak hanya membeli sembako saja saat berkunjung ke tokomu. Sediakan bahan penunjang lainnya, seperti bahan untuk membuat bumbu, aneka rempah, produk-produk kebutuhan rumah tangga seperti teh dan kopi, hingga produk kebersihan peralatan rumah tangga.

Kamu bisa menjual produk-produk yang dibutuhkan ibu rumah tangga karena pembelimu kebanyakan adalah ibu rumah tangga yang mengurus rumahnya.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

3. Beri kenyamanan kepada pembeli

Bareskrim Jamin Stok Sembako Aman hingga Lebaran
Warga saat antre membeli beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Rabu (18/3/2020). Kabareskrim Polri Irjen Listyo Sigit memastikan stok sembako, seperti beras dan gula, untuk wilayah Jakarta cukup sampai dua bulan ke depan. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Sudah menjadi sifat yang umum bahwa sesama ibu rumah tangga akan senang mengobrol terlebih dahulu dengan ibu-ibu lainnya saat bertemu. Sediakan tempat seperti meja atau kursi secukupnya agar ibu-ibu bisa semakin lama berada di tokomu, selain mengobrol mereka bisa memutuskan untuk menambah belanjaan dari bahan obrolan yang dibicarakan.

Selain itu, biasanya keramaian akan menimbulkan keramaian lain. Ibu-ibu lain yang melihat banyak yang berkumpul di tokomu akan tertarik untuk datang meskipun awalnya hanya sekadar penasaran.

Namun jika disambut dengan pelayanan ramah dan barang yang lengkap, mereka akan menjadi pelanggan tetap kamu lho. Ini yang membedakan belanja di toko sembako kecil dengan supermarket, pembeli bisa saling berinteraksi.

4. Berikan keunggulan dibanding pesaing

Tak melulu harus berlomba dengan membesarkan modal agar tak kalah saing, kamu bisa memberikan sedikit inovasi agar berada di atas pesaing. Inovasinya pun tak perlu membutuhkan uang banyak, misalnya menjual bahan makanan secara online sehingga menjangkau pembeli yang agak jauh lokasinya dari tokomu, lalu kamu juga bisa menawarkan jasa delivery.

 

5. Utamakan pembeli yang loyal daripada harga yang tinggi

Bareskrim Jamin Stok Sembako Aman hingga Lebaran
Aktivitas pekerja saat bongkar muat beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Rabu (18/3/2020). Kabareskrim Polri Irjen Listyo Sigit memastikan stok sembako, seperti beras dan gula, untuk wilayah Jakarta cukup sampai dua bulan ke depan. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Mengambil untung tinggi dari barang-barang yang pasti dibeli orang memang menggiurkan, tapi itu hanya membuat pembelimu nggak akan kembali lagi karena harganya terlalu mahal. Sebaiknya pasang harga sewajarnya.

Tak masalah jika kamu mendapatkan untung kecil, namun dengan pembeli yang datang membeli terus menerus maka keuntungan besar akan tetap kamu dapatkan, dan keuntungan itu akan stabil mengalir daripada kamu memasang harga tinggi namun pembeli hanya sekali membelinya.

6. Fokuskan untuk membesarkan toko

Jika kamu sudah mendapatkan untung dari berjualan, hal yang perlu kamu lakukan adalah pengembangan toko daripada menggunakan keuntungannya untuk berbelanja. Besarkan toko, tambah fasilitas, dan perbanyak stok barang agar tokomu lebih maju daripada pesaingmu.

 

7. Kesampingkan gaya hidup

Pedagang kelontongan Bugis-Makassar percaya dengan pamali (Liputan6.com/ Eka Hakim)
Pedagang kelontongan Bugis-Makassar percaya dengan pamali (Liputan6.com/ Eka Hakim)

Agar fokus berjualan, ada baiknya untuk mengesampingkan gaya hidup meskipun kamu sudah sukses menjadi pengusaha sembako. Meskipun sudah meraup untung yang besar, kamu harus tetap memiliki gaya hidup seperti saat kamu pertama kali membuka toko sembako.

Alihkan keuntungan untuk membesarkan toko dan menabung daripada meningkatkan gaya hidup.

8. Memperhitungkan modal membuka toko sembako

Dengan modal Rp10 juta, kamu bisa membuka toko sembako dengan rincian seperti Rp1,2 juta untuk kebutuhan etalase toko, Rp3 juta untuk kulkas khusus toko sembako, Rp500 ribu untuk meja dan kursi, Rp800 ribu untuk perlengkapan di toko seperti timbangan dan wadah untuk menempatkan sembako, dan sisanya digunakan untuk kulak bahan-bahan yang akan kamu jual di toko.

 

 

 

9. Melakukan pembukuan yang baik

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Toko kelontong di Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Karena keasyikan memikirkan strategi penjualan, kita justru melupakan pembukuan yang baik. Padahal pembukuan ini sangat penting dalam mengelola keuangan yang dihasilkan dari penjualan sembako. Catat setiap pengeluaran dan pendapatan.

 Kamu bisa memanfaatkan teknologi dengan menggunakan aplikasi ponsel atau laptop, namun jika repot kamu bisa menuliskannya manual menggunakan kertas dan pulpen saja, tapi pastikan jangan sampai hilang dan pastikan tulisannya terbaca dengan jelas, ya.

Tidak sulit bukan, membuka warung sembako yang menguntungkan meski modalnya hanya Rp 10 juta?

Yuk, segera kumpulkan niat dan modal untuk membuka toko sembakomu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya