Harga BBM di Indonesia Salah Satu yang Termurah se-Asia Tenggara

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah berhitung untuk menyesuaikan harga BBM.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 21 Apr 2020, 12:35 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2020, 12:35 WIB
Harga Pertamax Naik
Petugas mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke kendaraan konsumen di SPBU Abdul Muis, Jakarta, Senin (2/7). PT Pertamina (Persero) secara resmi menaikkan harga Pertamax Cs akibat terus meningkatnya harga minyak dunia. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah berhitung untuk menyesuaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Namun, Kementerian ESDM memastikan bahwa harga BBM di Indonesia saat ini lebih murah jika dibandingkan dengan negara tetangga.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi menjelaskan, konflik minyak antara negara OPEC dan non OPEC pada awal Maret 2020, menyebabkan indikasi oversupply yang kemudian memicu turunnya harga minyak dunia secara tajam.

Kejadian ini bersamaan dengan adanya pandemi Covid-19 yang mulai merebak sejak awal tahun 2020.

Pertimbangan lain yang dicermati Pemerintah dalam penyesuaian harga BBM adalah melemahnya nilai tukar rupiah dan konsumsi BBM yang jauh menurun di beberapa kota, seperti Jakarta. Penurunan konsumsi BBM ini mencapai 50 persen.

"Pemerintah memonitor perkembangan ini yang mana sebelumnya telah 2 kali dilakukan penurunan harga BBM jenis bahan bakar umum seperti Pertamax pada awal tahun 2020," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (21/4/2020).

Agung menegaskan, saat ini harga BBM Indonesia masih merupakan salah satu yang termurah di Asia Tenggara dan beberapa negara di dunia lainnya.

Selama ini Pemerintah mendukung penyediaan subsidi dan juga kompensasi harga BBM dengan jumlah yang kian meningkat yang disebabkan harga minyak yang tinggi dibandingkan harga jual BBM dalam negeri

Kapan Pertamina Turunkan Harga BBM?

Pertamax Cs Turun Harga
Petugas mengisi BBM pada sebuah motor di salah satu SPBU, Jakarta, Sabtu (5/1/2019). PT Pertamina (Persero) menurunkan harga BBM non subsidi masing-masing Dexlite Rp 200 per liter, dan Dex Rp 100 per liter. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, harga minyak dunia terus merosot. Seperti yang terjadi pada harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) acuan West Texas Intermediate (WTI) yang anjlok lebih dari 100 persen hingga minus USD 37,63 per barel pada perdagangan Senin (20/4/2020) kemarin.

Harga negatif ini belum pernah terjadi sebelumnya untuk kontrak berjangka. Penurunan drastis harga minyak mentah WTI dipicu oleh melemahnya permintaan pasar di tengah pandemi virus corona (Covid-19).

Di sisi lain, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga telah meminta untuk mengkalkulasi rencana penurunan harga BBM, baik subsidi maupun non-subsidi. Tapi, harga BBM hingga hari ini tak kunjung turun.

Menyikapi kondisi tersebut, PT Pertamina (Persero) mengungkapkan sejumlah alasan mengapa harga jual BBM kini masih tetap tinggi meski dari sisi permintaan pasar mulai surut.

"Seperti yang pernah saya sampaikan, BBM yang kita nikmati saat ini adalah pembelian crude (palm oil) sesuai harga minyak 2 bulanan yang lalu. Kemudian kita proses di kilang Pertamina, distribusi, dan sebagainya," kata Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman kepada Liputan6.com, Selasa (21/4/2020).

Fajriyah mengatakan, Pertamina terus memantau pergerakan harga minyak dunia untuk kemudian disesuaikan dengan harga jual BBM di Tanah Air.

"Saat ini Pertamina terus melakukan monitoring harga minyak dunia dan kajian untuk penyesuaian juga tetap dilakukan," sambungnya.

Dia pun menyatakan, pihaknya saat ini belum bisa menyampaikan potensi perubahan harga BBM akibat menukiknya harga minyak mentah dunia. Pertamina akan mengikuti ketentuan harga yang ditetapkan pemerintah.

"Semua disesuaikan dengan formula harga dari regulator. Saya belum bisa sampaikan sekarang yah. Namun kita akan terus monitor dan lakukan simulasi-simulasi terkait keekonomian, operasional, dan sebagainya," tutur Fajriyah.

 
 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya