Liputan6.com, Jakarta Secara umum, hampir semua sektor industri terkena dampak penyebaran Covid-19, begitupun dengan sektor transportasi baik udara, laut, dan darat. Pada transportasi darat Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta dilaporkan mengalami penurunan penumpang drastis hingga 94,11 persen.
Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar, mengatakan saat masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta, pertumbuhan penumpang MRT hanya mencapai sekitar 3 persen saja.
Namun setelah memasuki masa transisi New Normal, ia menyebut ada peningkatan jumlah penumpang menjadi 17-18 persen. Diprediksi, jumlah penumpang akan naik ke angka 30 persen.
Advertisement
“Terjadinya covid-19 menyebabkan krisis di mana pun, kalau digambarkan customer MRT hanya 3 persen saja, bisa dibayangkan selama tiga bulan pertama Maret, April, Mei jumlah penumpang turun drastis, dan ketika Juni masa transisi kita sudah ada di angka 17-18 persen, terus bulan depan diperkirakan di posisi 30 persen,” kata William dalam MarkPlus Industry Roundtable sektor transportasi, Jumat (19/6/2020).
Kendati begitu, dia tidak menaruh harap jika peningkatan penumpang akan mencapai keadaan semula yakni 100 persen untuk ke depannya. Ini karena adanya aturan physical distancing dan pembatasan jumlah penumpang. “Mungkin nanti maksimum 60 persen kenaikan penumpangnya,” ujarnya.
Saksikan video di bawah ini:
Protokol Kesehatan
Pihaknya pun akan mempertahankan pelayanan prima (service excellence) yang bisa ditawarkan dan memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan.
Misalnya dalam penerapan protokol kesehatan, kenyamanan saat menggunakan MRT dibandingkan moda transportasi lainnya.
“Lifestyle yang kita bentuk pada saat kita mulai memasuki fase recovery, jadi kita konsen pada recovery pada semua protokol namanya BANGKIT singkatan dari Bersih, Aman, Nyaman, Go Green, Kolaborasi, Inovasi, dan Tata Kelola Yang Baik. Inilah brand yang baru jadi the new life style di fase covid-19 itu yang dijual oleh korporasi transportasi yang seperti sekarang ini,” pungkasnya.
Advertisement