Liputan6.com, Jakarta - Dalam perjalanan tahun 2020, beberapa perayaan hari besar keagamaan maupun nasional tak dapat digelar. Hal ini seiring merebaknya wabah coronavirus disease-19 (covid-19). Bukan hanya di Indonesia, virus ini secara cepat menyebar hampir di seluruh dunia.
Hari ini, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha 1441 Hijriyah justru dibarengi dengan resesi yang terjadi di Amerika Serikat (AS). Di sisi lain, dalam situasi extra ordinary ini perayaan Idul Adha menjadi berbeda. Biasanya, perayaan ini diwarnai dengan penyembelihan hewan kurban yang kemudian dibagikan kepada masyarakat.
Baca Juga
Pada momentum ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berpesan agar masyarakat senantiasa bergotong-royong. Belajar dari kisah Nabi Ibrahim, Sri Mulyani mengingatkan tentang ketulusan dan keikhlasan memberi apa yang berharga.
Advertisement
“Setiap Idul Adha tiba kita belajar. Belajar dari Nabi Ismail tentang arti cinta dan setia yang sesungguhnya. Belajar dari Nabi Ibrahim tentang ketulusan dan keikhlasan memberi apa yang berharga. Belajar tentang kebesaran Allah SWT, Sang Pencipta dan Pemilik kita semua,” tulis Sri Mulyani pada laman Instagram, Jumat (31/7/2020).
Sri Mulyani juga menyebutkan semangat Hari Raya Kurban ini menjadi pengingat agar masyarakat senantiasa mengasihi sesama anak bangsa.
“Pengingat agar kita giat bergotong royong, dengan tulus ikhlas berbuat yang bisa kita lakukan. Peduli dan mengasihi sesama anak bangsa, meski tak kenal nama dan rupaBangkit bersama memerangi dan mengakhiri pandemi,” sambung Sri Mulyani.
Di akhir kata, Sri Mulyani menyampaikan Selamat Hari Raya Idul Adha 1441 Hijriyah kepada seluruh jajaran Kementerian Keuangan dan masyarakat Indonesia yang merayakan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Sri Mulyani: Ekonomi Tidak akan Pulih Jika Sektor Swasta Tak Bangkit
Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, berharap sektor dunia usaha bisa kembali bangkit dari dampak pandemi covid-19. Sebab, pemerintah tidak bisa sendirian untuk memulihkan ekonomi nasional, sehingga dibutuhkan peran sektor swasta korporasi.
"Meskipun kita melakukan ini enggak mungkin ekonomi bangkit lagi tanpa sektor swasta korporasi juga bangkit kembali," kata dia di Jakarta, pada Rabu (29/7).
Dalam program pemulihan ekonomi nasional, pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp695,2 triliun. Ditambah dengan belanja kementerian/lembaga Rp836 triliun dan belanja lain-lain sehingga total belanja negara Rp2.739 triliun yang diharapkan bisa ikut menggerakan perekonomian.
Dirinya menambahkan, saat ini baik perbankan maupun korporasi sama-sama masih menahan diri untuk melakukan ekspansi bisnis. Untuk itu, pemerintah mengambil inisiatif memberikan penjaminan kredit modal kerja bagi dunia usaha. Tujuannya agar bank dan korporasi sama-sama percaya diri untuk kembali menjalankan bisnisnya.
“Kalau dua-duanya menunggu, nggak ada katalis, ekonomi berhenti. Mau pemerintah lakukan bagaimanapun, enggak akan bisa kalau nggak ada swasta, karena APBN itu nggak lebih dari 16 persen dari total GDP kita,” jelas Sri Mulyani.
Dalam skema penjaminan kredit modal kerja korporasi, porsi penjaminan sebesar 60 persen dari kredit, namun untuk sektor-sektor prioritas porsi yang dijamin sampai dengan 80 persen dari kredit.
Sektor prioritas tersebut antara lain pariwisata yakni hotel dan restoran, otomotif, tekstil dan produk tekstil dan alas kaki, elektrik, kayu olahan, furniture, dan produk kertas, serta sektor usaha lainnya yang memenuhi kriteria terdampak covid-19 sangat berat, padat karya dan/atau memiliki dampak multiplier tinggi serta mendukung pertumbuhan ekonomi di masa depan.
Advertisement