Tingkat Bunga Semakin Turun Jadi Tantangan Bagi Industri Fintech

Industri fintech peer to peer lending (platform pendanaan Bersama) akan menghadapi tantangan bunga yang semakin turun.

oleh Tira Santia diperbarui 03 Sep 2020, 17:45 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2020, 17:45 WIB
Fintech
Ilustrasi fintech. Dok: sbs.ox.ac.uk

Liputan6.com, Jakarta - Dewan Penasihat Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Chatib Basri mengatakan industri fintech peer to peer lending (platform pendanaan Bersama) akan menghadapi tantangan bunga yang semakin turun, ketika pemain industri fintech berkembang.

“Kalau Anda bicara tingkat bunga ke depan, ini bisa turun apalagi kalau player bertambah, mau tidak mau orang makin banyak punya pilihan,” kata Chatib  dalam seminar nasional daring AFPI, Kamis (3/9/2020).

Menurut mantan Menteri Keuangan periode 2013-2014 ini, tantangan lain yang akan dihadapi industri fintech yakni kebutuhan terhadap penetrasi jaringan telekomunikasi yang semakin luas. Sehingga industri perlu memperkuat basis infrastruktur teknologi jika peminat fintech semakin besar.

Kendati begitu, Chatib menyebut industri fintech peer to peer lending memiliki berbagai keunggulan, diantaranya transaksi cost lebih kecil, tidak perlu buka cabang offline untuk bisa menjangkau nasabah, penetrasi lebih besar dari industri keuangan tradisional.  

Selain itu, fintech juga memiliki penilaian kredit atau credit scoring yang lebih bagus sehingga membuat biaya pemantauannya lebih kecil. Sementara industri keuangan tradisional atau konvensional itu terkendala soal agunan, dan lainnya.

Chatib yakin untuk kedepannya industri keuangan konvensional juga akan beralih ke digital dalam hal pembiayaan seperti Fintech lending.

“Ini membuat mereka yang tadinya tidak punya akses (pendanaan) jadi punya. Jadi suka nggak suka, larinya ke digital teknologi, konvensional juga pasti akan lari ke digital,” pungkasnya.  

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kadin: Fintech Lending Bantu UMKM Masuk ke Ekosistem Digital

Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Perkasa Roeslani.
Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Perkasa Roeslani.

Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (KADIN) Rosan Roeslani mengatakan fintech lending bisa menjangkau UMKM yang saat ini belum bankable atau belum masuk sektor formal.

“Inilah peran fintech lending bisa masuk kesitu bisa memberikan ke UMKM yang belum masuk sektor formal. Kita lihat peran dari fintech lending ini makin lama itu makin besar, dibandingkan tahun 2017-2020 itu kenaikannya 37 kali,” kata Rosan dalam seminar nasional daring AFPI, Kamis (3/9/2020).

Menurutnya,  di tengah kondisi Covid-19 ini keberadaan dari fintech lending bisa berkembang dengan cepat dan mampu mengakselerasi ekosistem digital di Indonesia, sehingga akan membuat banyak dari UMKM yang masuk ke ekosistem digital untuk mengembangkan bisnisnya.

Meskipun jumlah UMKM di Indonesia terhitung banyak yakni  64 juta UMKM, namun UMKM yang baru masuk ke  ekosistem digital hanya 13 persen, sebab cakupannya itu lebih banyak terkonsentrasi di Jawa, sedangkan di luar Jawa cakupannya kurang lebih 14,5 – 15 persen saja.

Maka dari itu, Rosan sangat berharap industri fintech lending bisa lebih menyebar, cepat dan merata, karena fintech ini sangat transparansi, dan datanya bisa dipertanggungjawabkan.

Tentunya kehadiran dari Pemerintah sebagai regulator sangat penting dalam rangka mendorong bagaimana industri dari fintech lending ini bisa membawa manfaat bagi seluruh rakyat di Indonesia, bukan hanya di kota-kota besar tapi juga di seluruh kota di Indonesia.

“Karena infrastrukturnya sudah didorong Pemerintah tentunya masih akan dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan dan akselerasinya lebih cepat daripada perbankan,” ujarnya.

Ia menyebut jumlah pengguna handphone aktif itu yang terdaftar sekitar 320 juta orang yang aktif, berarti satu orang bisa lebih memiliki dua handphone. Begitu pula dengan pengguna internet kurang lebih 170 juta orang yang aktif, dan pengguna sosial media kurang lebih 150 juta orang.

“Memang  kita modal infrastruktur ada, yang paling penting bagaimana kita mengakselerasi itu dengan cepat. Kalau kita lihat dari total fintech di ASEAN 20 persen ada di Indonesia, memang pangsa pasar kita besar, punya room to growth nya sangat besar  dan signifikan ke depan,” jelasnya.

Oleh karena itu, ia berharap fintech lending bisa menjangkau UMKM yang saat ini belum bankable. Ia yakin industri fintech lending ke depannya akan berkembang pesat dan manfaatnya bisa dirasakan seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya