Petani di Situbondo Juga Manfaatkan Embung untuk Tanaman Organik dan Ikan Nila

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan pembangunan embung adalah salah satu cara untuk mengelola air.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Sep 2020, 13:48 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2020, 13:43 WIB
Embung
Embung di Desa Klampokan Kecamatan Panji, Situbondo yang dibangun Kementan. Dok Kementan

Liputan6.com, Jakarta Petani di Desa Klampokan Kecamatan Panji, Situbondo, Jawa Timur benar-benar memanfaatkan embung yang dibangun Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian. Embung dimanfaatkan untuk mengairi tanaman organik juga budidaya ikan nila.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan pembangunan embung adalah salah satu cara untuk mengelola air.

“Pertanian membutuhkan air, apalagi di masa musim kemarau. Air adalah salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan hasil produksi pertanian. Dengan ketersediaan air yang memadai, pertanian bisa terus berlangsung. Dan salah satu cara menjamin ketersediaan air adalah dengan membangun embung,” tutur Mentan, Minggu (20/9/2020).

Di Desa Klampokan, Kecamatan Panji Situbondo, sebelum adanya bantuan pembangunan embung ini, petani membiarkan begitu saja potensi aliran mata air yang ada.

Menurut Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian Sarwo Edhy, kondisi ini yang coba dimaksimalkan Kementan.

“Air yang tidak dikelola dengan baik, juga tidak bisa memberikan manfaat yang baik untuk pertanian. Oleh karena itu, dengan pembangunan embung kita ingin memaksimalkan ketersediaan air. Karena embung menjadi salah satu cara untuk konservasi air, khususnya untuk pertanian. Apalagi di Desa Klampokan terdapat beberapa lokasi yang terus menerus tergenang air sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh pemilik lahan,” tutur dia.

Sarwo Edhy menegaskan, proses pembangunan embung ini telah memenuhi beberapa syarat, antara lain tekstur dengan tanah liat berlempung.

Kemudian kemiringan lahan areal pertanaman antara 8 - 30 persen, agar limpahan air permukaan dapat dengan mudah mengalir ke dalam embung dan air embung mudah disalurkan ke petak-petak tanaman, dekat dengan saluran air yang ada disekitarnya atau memiliki aliran sumber mata air.

“Petani kita harapkan dapat ikut menjaga keberadaan embung sehingga manfaat yang diterima akan terus berlanjut,” harapnya.

Dengan adanya bangunan embung ini, petani yang berada dalam naungan Kelompok Tani Tirto Dimulyo III Desa Klampokan, Kecamatan Panji, merasakan banyak manfaat yang diterima.

Oleh karena itu, Ketua Kelompok Tani Tirto Dimulyo III, Sahid, mengutarakan rasa terima kasihnya atas dibangunnya embung.

“Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Kementerian Pertanian, khususnya Ditjen PSP, yang telah mengalokasikan Dana Bantuan Pembangunan Embung utamanya di Kelompok Tani Tirto Dimulyo III, karena dengan adanya embung ini dapat memberi banyak manfaat bagi petani yang ada di kelompok tani kami,” jelas dia.

Selain itu, melalui mantri tani Kecamatan Panji, Edi Sugiwardoyo, juga didapat informasi bahwa terdapat lahan pertanian organik seluas 1,4 Ha yang mendapatkan aliran air dari embung tersebut.

Selain itu, pengurus Kelompok Tani juga mencoba mengusahakan budidaya ikan nila di areal embung.

Embung Bikin Petani Purwakarta Optimis Hadapi Tanam Kedua di Musim Kemarau

Embung
Pembangunan embung yang dilakukan Kementerian Pertanian melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) di Purwakarta, Jawa Barat. Dok Kementan

Petani di Purwakarta optimis menyambut musim tanam kedua di tahun ini, atau saat musim kemarau. Itu seiring keberadaan pembangunan embung yang dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP). 

Kementan meminta petani dapat memaksimalkan bangunan embung pertanian yang telah terbangun untuk peningkatan luas tanam.

Menurut Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, embung yang dibangun adalah respons dari peringatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menyebut bahwa musim kemarau tahun ini cenderung lebih basah dari tahun 2019.

Mentan mengatakan, peringatan dari BMKG harus disikapi dengan serius, khususnya oleh insan pertanian. Apalagi, di bulan ini musim kemarau diprediksi sedang berada di fase puncak.

“BMKG telah mengeluarkan peta peringatan dini kekeringan. Kondisi ini jelas tidak bersahabat dengan pertanian. Karena muncul potensi ancaman gagal panen. Masih ada waktu, kita antisipasi hal itu dengan memaksimalkan water management,” ujar Mentan, Rabu (16/9/2020).

Imbauan serupa disampaikan Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian Sarwo Edhy.

Water management langkah yang baik untuk memastikan ketersediaan air selama kemarau. Mengingat bulan ini diprediksi sebagai puncak kemarau, kita sarankan petani untuk memaksimalkan pemanfaatan air melalui bangunan konservasi air berupa embung atau dam parit atau long storage,” tuturnya.

Sarwo Edhy menambahkan, dengan teknik pemanenan air hujan dan atau aliran permukaan pada musim hujan sebagai suplesi air irigasi pada saat terjadi krisis air di musim kemarau.

Harapannya, pembangunan embung pertanian mampu memenuhi target luas tambah tanam dan peningkatan produktivitas tanaman pangan.

Pembangunan embung yang dilakukan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian melalui Direktorat Irigasi Pertanian sangat dirasakan manfaatnya oleh petani yang tergabung di Kelompok Tani Pasaraya, Desa Wanasari, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta. Mereka pun bisa melakukan tanam kedua di musim kemarau tahun ini.

Direktur Irigasi Pertanian, Rahmanto, dari direktorat teknis pun terus berupaya mendorong agar embung yang sudah terbangun harus bisa termanfaatkan untuk melayani minimal 25 ha target lahan terairi sehingga mampu berkontribusi dalam mendukung visi dan misi kementerian pertanian dalam peningkatan ketahanan pangan nasional.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya