Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Perbenihan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan terus mengembangkan kegiatan Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan untuk mendukung ketersediaan benih secara nasional.
Salah satu bukti keberhasilan kegiatan ini, dengan dilaksanakannya panen raya benih jagung hibrida varietas JH 37 seluas 11,5 hektare di Desa Leleko, Kecamatan Remboken, Kabupaten Minasaha, Provinsi Sulawesi Utara, Senin (14/9/2020).
Baca Juga
Pada kesempatan ini, Wakil Gubernur Sulawesi Utara, Steven O.E. Kandouw berterima kasih kepada para pihak yang telah membantu memajukan pertanian di Provinsi Sulawesi Utara, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, mitra produsen, serta petani penangkar benih.
Advertisement
“Di tengah pandemi covid-19 ini, salah satu sektor yang paling besar menyumbang laju perekonomian adalah pertanian, karena kegiatan di pertanian bersifat sustainable. Oleh karena itu, jangan takut untuk bergelut di bidang pertanian, termasuk menjadi penangkar benih”, terangnya.
Di tempat yang sama, Direktur Perbenihan, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Takdir Mulyadi menjelaskan bahwa kerjasama dari berbagai stakeholder terkait, mulai dari Kementerian Pertanian, Badan Litbang, Dinas Pertanian, mitra produsen, serta petani penangkar benih merupakan kunci keberhasilan kegiatan korporasi.
“Saat ini benih jagung hibrida sudah tidak impor. Varietas JH 37 merupakan rakitan anak bangsa yang tetuanya dari Indonesia dengan potensi genetik hingga 9 ton/ha,” ujar Takdir.
Takdir mengharapkan dengan adanya penguatan kelembagaan kelompok tani penangkar kegiatan korporasi di Sulawesi Utara, maka dapat memacu kegiatan ekspor lebih tinggi lagi, yaitu bukan hanya ekspor untuk konsumsi, tetapi juga dalam bentuk benih.
“Sampai saat ini, Timor Leste dan Filipina adalah negara yang kebutuhan jagung hibridanya dipenuhi dari Tuban dan Sulawesi Utara” ujarnya.
Ekspor Benih Jagung Hibrida
Kepala Balai Penelitian Tanaman Serealia, Muhammad Azrai menambahkan bahwa provinsi pertama yang sudah ekspor benih jagung hibrida adalah Sulawesi Utara. Selain itu, produktivitas jagung hibrida di Sulawesi Utara juga menempati urutan kedua setelah Jawa Timur.
“Untuk kegiatan korporasi, potensi di Provinsi Sulawesi Utara cukup besar, yaitu dengan total luasan 480 ha yang terdiri dari Kabupaten Minahasa seluas 150 ha, Minahasa Selatan 60 ha, Minahasa Tenggara 20 ha, Minahasa Utara 50 ha, Kota Tomohon 53 ha, Kota Manado 47 ha, serta Bolaang Mongondow 100 ha. Sehingga diharapkan Provinsi Sulawesi Utara menjadi salah satu sentra perbenihan di Indonesia timur” terangnya.
Petani penangkar pada Kelompok Tani Suka Maju, Meidy Maikel Lumentut, mengatakan bahwa sangat bersyukur dengan adanya bantuan kegiatan korporasi dari Kementan.
Hasil rata-rata yang diperoleh untuk panen saat ini adalah 6,8 ton/ha, dan yang menjadi benih setelah melewati berbagi prosesing sekitar 2,5 ton/ha.
"Kami kelompok tani merasa terbantu dengan bantuan ini, secara tidak langsung kami juga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi petani dalam proses pengolahan, tanam, sampai panen, sehingga dapat meningkatkan perekonomian di tingkat petani karena hasil glondongan kering sawah (GKS) langsung diopkup oleh lisensor yang bekerja sama, dalam hal ini PT. TWINN” ujar Meidy.
Harapan Meidy dan para petani penangkar selanjutnya adalah supaya benih jagung hibrida hasil panen ini dapat dimanfaatkan oleh petani dan kegiatan korporasi ini terus diberikan untuk melatih petani-petani penangkar benih di Sulawesi Utara.
Dengan demikian, tujuan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk menjadikan Sulawesi Utara sebagai sentra perbenihan Indonesia timur baik dalam skala nasional maupun internasional dapat terpenuhi.
Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi berharap Sulut memiliki andil yang cukup besar untuk menambah sumbangan produksi jagung jika dengan melihat keberhasilan kegiatan korporasi jagung hibrida di Sulut.
Menurut dia, benih bermutu sebagai salah satu pengungkit dan mampu menggenjot produksi. Untuk menjamin penyediaan benih bermutu, Kementan, memfasilitasi bantuan untuk petani berupa sarana produksi benih, pupuk dan pestisida sebagai stimulus. “Petani juga bisa mengakses permodalan berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari perbankan," jelas Suwandi.
Advertisement