Sistem Pertanian Konservasi Jadi Cara Antisipasi Perubahan Iklim

Untuk mendukung kegiatan pertanian konservasi, pemerintah terus memberikan bantuan kepada kelompok tani.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Sep 2020, 18:30 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2020, 18:30 WIB
Antisipasi Perubahan Iklim 2020, Kementan Susun Strategi Ketahanan Pangan
Bangunan air seperti embung dan dam parit akan bermanfaat meskipun debit air kecil, air masih bisa dialirkan ke sawah-sawah petani.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Kementerian Pertanian Surabaya, Kresno Suharto mengatakan, Direktorat Jenderal Perkebunan telah membuat kebijakan untuk mendorong penerapan sistem pertanian konservasi. Hal ini untuk menghadapi perubahan iklim.

Menurutnya, perubahan iklim akan sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian. Adanya peningkatan suhu udara, perubahan pola dan curah hujan, kelembaban udara dan ketersediaan air tanah peningkatan frekuensi terjadinya iklim ekstrim menimbulkan resiko yang cukup besar terhadap produktivitas dan mutu hasil sektor pertanian, termasuk sub sektor perkebunan.

"Penerapan sistem pertanian konservasi ini dilaksanakan pada wilayah perkebunan termasuk lahan kritis, lahan gambut, kawasan hulu pada Daerah Aliran Sungai dan pengembangan perkebunan di kawasan penyangga sesuai kaidah konservasi lahan dan air," ujar dia melalui siaran pers, Jumat (25/9/2020).

Selain itu, lanjut Kresno, dalam menghadapi perubahan iklim pihaknya melakukan beberapa kegiatan seperti penerapan paket teknologi ramah lingkungan, peningkatan pemanfaatan pupuk organik, pestisida nabati, agen pengendali hayati serta teknologi pemanfaatan limbah usaha perkebunan yang ramah lingkungan.

Lalu, ada juga kegiatan kampanye peran perkebunan dalam kontribusi penyerapan karbon, penyedia oksigen, dan peningkatan peran serta fungsi hidrologis, penerapan pembukaan lahan tanpa bakar, serta rehabilitasi kebun dan penyesuaian kebutuhan tanaman pelindung bagi komoditi tertentu yang membutuhkan dan Penerapan Teknik Budidaya yang baik (Good Agricultural Practices-GAP).

Menurutnya, sejak Maret 2020, sistem pertanian konservasi ini telah di terapkan di beberapa daerah. Di Kabupaten Lumajang, tepatnya di Desa Tamanau, Kecamatan Pronojiwo, aplikasi pertanian konservasi telah diterapkan mulai Agustus oleh Kelompok Tani Langgeng Tani II.

Kresno menyebutkan tahapan pelaksanakannya dimulai dengan kegiatan sosialiasi kepada stakeholder perkebunan. Masyarakap perlu memahami pentingnya antisipasi perubahan iklim. "Pembangunan perkebunan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dan produktivitas dapat dipertahankan sehingga mampu mengurangi kehilangan hasil akibat dampak perubahan iklim," imbuh dia.

 

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Bantuan ke Petani

Keberadaan Embung Berhasil Tingkatkan Produktivitas Padi di Poso
Bangunan air seperti embung dan dam parit akan bermanfaat meskipun debit air kecil, air masih bisa dialirkan ke sawah-sawah petani.

Oleh karena itu, untuk mendukung kegiatan pertanian konservasi tersebut, pemerintah terus memberikan bantuan kepada kelompok tani/masyarakat pekebunan berupa pembangunan kandang ternak, ternak rumah kompos dan embung serta pembinaan teknis terkait budidaya kopi hingga pasca panen.

Sekretaris Kelompok Tani Langgeng Tani II, Mustofa mengungkapkan dengan adanya bantuan tersebut, kelompok taninya bertekad untuk lebih giat lagi dalam mengelola kebun kopinya sehingga akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat/petani.

"Ternak yang diberikan Ditjen Perkebunan akan dikelola dengan baik sehingga dapat menambah kas kelompok tani, selain itu kotoran kambing akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan pupuk untuk tanam kopi," ungkapnya.

Mustofa juga mengatakan bahwa pihaknya akan memanfaatkan embung untuk budidaya ikan sehingga nanti dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya