Dongkrak Pariwisata, N219 Bisa Dikembangkan Mendarat di Air

Pesawat N219 amfibi bisa dimanfaatkan dalam situasi bencana di daerah terpencil.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Des 2020, 19:38 WIB
Diterbitkan 28 Des 2020, 16:09 WIB
Pesawat N219 Nurtanio produksi PT Dirgantara Indonesia (Tommy Kurnia/Liputan6.com)
Pesawat N219 Nurtanio produksi PT Dirgantara Indonesia (Tommy Kurnia/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Riset dan Teknolog (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengatakan, pengembangan pesawat N219 untuk amfibi sudah mulai dilakukan tahun ini. Sehingga pesawat N219 ini diharapkan bisa melakukan pendaratan di perairan.

"Di 2020 ini kita sudah mulai pegembangan N219 untuk amfibi yang mendarat di perairan," kata Bambang di acara Aero Summit 2020 secara virtual, Jakarta, Senin (28/12/2020).

Pengembangan pesawat buatan anak negeri ini nantinya bisa berkontribusi pada sektor pariwisata. Menciptakan konektivitas di berbagai wilayah Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Pesawat N219 amfibi juga bisa dimanfaatkan dalam situasi bencana di daerah terpencil.

"Ini bisa menciptakan konektivitas, terutama di daerah wisata," kata dia.

Pengembangan pesawat buatan Indonesia akan dikembangkan tahun 2021. Salah satunya dengan mengembangkan pesawat N245. Pesawat dengan tipe yang sama dengan N219 tetapi memiliki kapasitas penumpang 45 orang.

"Kalau pesawat N219 ini buat penumpang 19 orang, nanti N245 ini dengan penumpang 45 orang," kata Kepala Bappenas ini.

Selain itu Bambang menyebut, pengembangan pesawat juga akan dilakukan untuk tipe N289 dan R80 yang memiliki kapasitas lebih besar. Harapannya, pembuatan pesawat ini bisa menggantikan pesawat impor yang selama ini digunakan di Indonesia.

"Diharapkan R80 bisa menggantikan peran pesawat sejenis yang selama ini kita impor dari luar negeri," kata dia.

Pemerintah bersama LAPAN juga terus mengembangkan pesawat tanpa awak (drone) yang sedang menjadi tren saat ini. Bambang menyebut masyarakat sipil saat keberadaan drone ini sangat dibutuhkan untuk membawa kargo. Sebab dia melihat adanya potensi yang besar dari sisi pergerakan barang.

"Ini butuh pergerakan antar barang yang cepat sehingga perlu menguasai teknologi dirgantara," kata dia.

 

Evolusi Penerbangan

Pesawat N219 Nurtanio produksi PT Dirgantara Indonesia (Tommy Kurnia/Liputan6.com)
Pesawat N219 Nurtanio produksi PT Dirgantara Indonesia (Tommy Kurnia/Liputan6.com)

Bambang melanjutkan, dari sisi bisnis kedirgantaraan, evolusi penerbangan bergerak sangat cepat. Sebelumnya sempat dikenal pesawat super sonic. Hanya saja secara bisnis pesawat ini kurang fisibel lantaran tarifnya yang lebih mahal sementara muatan yang bisa dibawa sedikit.

Sementara di industri pesawat penumpang yang diperlukan daya tampung dan jarak tempuh. Bambang menyebut saat ini sudah ada penerbangan yang melayani rute jarak jauh dalam sekali perjalanan.

"Sekarang banyak pesawat yang melayani perjalanan sekaligus misalnya dari Australia ke Inggris tanpa transit," kata dia.

Untuk itu, pengembangan pesawat yang dilakukan di Indonesia harus mengikuti tren dunia. Maka, pemerintah pun saat ini tengah menyusun peta jalan (roadmap) pengembangan industri kedirgantaraan.

"Maka arah kedirgantaraan kita ini harus sesuai dengan tren dunia," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya