Tanpa Safeguard, Perusahaan Baja Indonesia Bisa Gulung Tikar dalam 3 Bulan

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal meminta kepada pemerintah untuk segera menerapkan kebijakan safeguard di industri baja.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Jan 2021, 13:50 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2021, 13:50 WIB
FOTO: Konsumsi Baja Lesu Akibat Pandemi COVID-19
Pekerja menyelesaikan pengerjaan proyek pembangunan konstruksi LRT dan gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (17/11/2020). Pandemi COVID-19 yang terjadi sejak awal tahun menurunkan konsumsi dan utilitas industri baja konstruksi dan baja ringan konstruksi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal meminta kepada pemerintah untuk segera menerapkan kebijakan safeguard di industri baja. Hal ini untuk melindungi industri baja nasional dari serbuan baja impor murah asal China.

"Safeguard sangat penting guna melindungi produk dalam negeri dari maraknya produk (baja) impor murah China," tegasnya dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (21/1/2021).

Bos KSPI ini mengungkapkan, ketika safeguard kepada pabrik baja nasional tidak diperpanjang, dikhawatirkan perusahaan tidak bisa bersaing dengan produk impor murah. Akibatnya, perusahaan produksi baja akan berisiko mengalami kebangkrutan hanya dalam sekejap waktu saja.

"Kami sampaikan fakta-fakta yang akan terjadi bilamana safeguard tidak ada, atau diperpanjang, atau diperbaharui izinnya bagi perusahaan industri baja pasti kolaps dalam tiga bulan, tidak butuh waktu satu atau dua tahun," terangnya.

Tak hanya itu, tanpa safeguard juga diyakini gelombang PHK massal menjadi tak terelakkan. Dalam hal ini Said memprediksi, setidaknya ada sekitar 100.000 orang buruh di sektor baja yang terancam PHK.

"Tersebar di berbagai perusahaan seperti Krakatau Steel, Gunung Raja Paksi, Ispatindo, Master Steel, dan lain-lain. Dan semua ikut terancam," imbuhnya.

Oleh karena itu, KSPI berharap agar Kementerian Perdagangan, dalam hal ini Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) melanjutkan perlindungan safeguard untuk produk I-H section.

"Safeguard sangat penting guna melindungi produk dalam negeri dari maraknya produk impor murah," ujar dia mengakhiri.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Strategi Produsen Baja Ringan Bertahan di Masa Pandemi

Baja ringan
Baja ringan.

Sebelumnya, Pandemi Covid-19 memberi pukulan yang cukup telak pada sektor konstruksi, khususnya di bidang properti. Tingginya biaya operasional yang ditanggung para pelaku usaha bisnis selama pandemi, tidak sebanding dengan pemasukan karena tingkat penjualan yang ikut turun. Kondisi ini tentu membuat industri properti Indonesia mengalami penurunan cukup parah.

Namun, bisnis properti kini sudah mulai bangkit. Memasuki masa new normal aktivitas ekonomi di beberapa sektor termasuk properti sudah mulai berjalan kembali. Peran pemerintah secara langsung menjadi salah satu pemicu bangkitnya aktivitas bisnis properti Indonesia. Namun demikian, para pelaku usaha konstruksi yang terlibat di dalamnya juga harus tetap jeli melihat peluang.

Hal itu disampaikan Direktur Marketing PT Alsun Suksesindo Nicolas Kesuma usai menerima penghargaan di ajang Housing Estate Award 2020 yang digelar di Hotel Santika, Teraskota, Tangerang Selatan, Selasa (24/11/2020).

PT Alsun Suksesindo sendiri diganjar penghargaan untuk kesekian kalinya dari Housing Estate karena komitmennya memberikan produk unggulan buatan dalam negeri untuk Indonesia. Salah satu produk unggulan dalam penghargaan ini di luar rangka atap baja ringan adalah produk panel insulated dengan coating anti bacterial yang secara khusus digunakan dalam pembangunan fasilitas isolasi dan observasi bagi rumah sakit COVID 19.

Namun tidak lepas dari produk rangka atap baja ringan yang menjadi titik perhatian dalam acara penghargaan housing estate tahun ini, rangka atap baja ringan produk PT Alsun tidak hanya digunakan di segment residential melainkan bangunan bangunan medis seperti RS Pulau Galang dan RS Adam Malik. Dan hal ini adalah strategi yang mereka jalankan selama pandemic berlangsung.

“Strategi mengatasi pandemi yang pertama adalah melihat dan menganalisa costing. Usahakan semua linier bisnis itu jangan sampai ada costing yang berlebihan. Kemudian yang kedua karena pandemi cukup panjang sementara vaksin baru akan dijalankan akhir tahun, jadi 2021 itu kita mengharapkan rebound. Kemudian yang terakhir, adalah dengan melihat porsi pasar medical yang lebih besar,” jelas Nicolas.

Ia menerangkan, saat ini atensi pemerintah lebih besar ke penanganan kesehatan. Pembangunan tempat isolasi dan observasi pasien Covid-19. Karena itu, semua produk yang berkaitan dengan bangunan diharapkan bisa melihat hal itu sebagai sebuah peluang baru. Karena itu ia berharap pelaku usaha konstruksi tidak hanya terpaku di segmen residensial saja. Segmen lain seperti segmen medical yang kini tengah tumbuh juga harus dilihat sebagai sebuah peluang baru.

“Kita melihat growth atau pertumbuhan di sisi medical itu cukup tinggi. Rangka atap baja ringan tidak hanya digunakan di perumahan. Kita lihat Rumah Sakit Pulau Galang (RS Covid-19), RS Adam Malik itu pun menggunakan rangka atap baja ringan kita. Jadi bagaimana strategi kita bisa melebarkan sayap ke segmen- lain salah satunya seperti itu. Jadi tidak hanya menutup diri di properti saja,” jelasnya lagi.

Mulai Bangkit

Nico mengakui, beberapa divisi di perusahaannya selama pandemi memang mengalami penurunan. Kondisi ini baru mulai rebound di kuartal ke tiga tahun ini. Namun selama pandemic, divisi medical terlihat melonjak tajam. Produk sandwich panel anti bacterial yang diproduksi mereka bahkan naik sampai 200 persen.

“Kelebihan produk kami yang pertama lapisan sandwich panel atau baja ringannya itu sudah dilapisi coating anti bacterial. Jadi untuk virus covid 19 pencegahannya itu jauh lebih minim. Yang kedua kami baru saja menyelesaikan projek minggu lalu, yaitu ruang negative pressure yang kita bangun bekerjasama dengan FKG, Rumah Sakit Gigi dan Mulut universitas Trisakti. Itu adalah rumah sakit pendidikan pertama di Indonesia menggunakan fasilitas negative pressure,” terangnya lagi.

Nico menjelaskan, ruang negative pressure atau ruang bertekanan negative adalah ruang dimana aerosol yang terbentuk pada saat tindakan pelayanan gigi akan diserap dan berganti dengan udara bersih. Sehingga risiko penyebaran virus COVID-19 akan dapat diminimalisir. Selain itu, udara yang berasal dari ruangan akan disaring dengan HEPA filter berulang kali, sehingga udara yang keluar akan sangat aman dan tidak akan menyebar dan mencemarkan lingkungan luar gedung.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya