Harga Minyak Naik, Catat Level Tertinggi Selama 13 Bulan

Harga minyak mencapai tertinggi 13 bulan pada hari Selasa

oleh Tira Santia diperbarui 10 Feb 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2021, 08:00 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik (3)
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mencapai tertinggi 13 bulan pada hari Selasa dengan patokan Brent bertahan di atas USD 60 per barel. Ini didukung oleh pengurangan pasokan, dolar yang lemah dan optimisme atas pemulihan permintaan bahan bakar.

Dikutip dari CNBC, Rabu (10/2/2021), harga minyak mentah berjangka Brent untuk April ditutup 53 sen, atau 0,88 persen, lebih tinggi pada USD 61,09 per barel.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup 39 sen, atau 0,67 persen, lebih tinggi pada USD 58,36 per barel. Kedua kontrak telah mencapai level tertinggi sejak Januari 2020 sebelumnya pada hari Selasa setelah naik selama enam sesi berturut-turut.

Dolar turun 0,4 persen terhadap sekeranjang mata uang, membuat komoditas yang dihargakan dalam dolar lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya.

Eksportir utama Arab Saudi membatasi pasokan pada Februari dan Maret, di samping pemotongan oleh produsen di Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya. Langkah ini mendorong perkiraan defisit pasokan tahun ini.

Selain itu, produksi minyak Libya telah turun menjadi 1,04 juta barel per hari (bpd) dari 1,3 juta barel per hari akhir tahun lalu karena pemogokan yang sedang berlangsung oleh Petroleum Facility Guards, sumber minyak Libya mengatakan pada hari Senin.

Mengisyaratkan tidak ada pengembalian cepat dari barel Iran ke pasar, Teheran dan Washington tampaknya menemui jalan buntu atas resolusi sanksi terhadap anggota OPEC.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Harapan Investor

Ilustrasi Harga Minyak
Ilustrasi Harga Minyak

Investor juga menaruh harapan pada pemulihan permintaan ketika vaksin COVID-19 berlaku dan karena pemerintah dan bank sentral menyebarkan paket stimulus besar untuk menopang aktivitas ekonomi.

“Mengingat jumlah likuiditas dalam sistem berkat Fed AS (Federal Reserve), semua harga aset meningkat. Kami melihat harga mencapai $ 80 per barel tahun depan dan ada peluang di luar USD 100,” kata Amrita Sen, salah satu pendiri thinktank Energy Aspects.

Investor menantikan data persediaan minyak mingguan AS yang akan dirilis hari Selasa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya