Liputan6.com, Jakarta - Direktur Keuangan Jasa Marga Donny Arsal mengatakan, industri jalan tol merupakan industri yang resilient atau tangguh menghadapi gejolak ekonomi. Hal tersebut terlihat lada kinerja jalan tol pada saat krisis ekonomi 1998, 2008 dan 2015 serta pandemi 2020.
Donny mengatakan, saat krisis ekonomi di 1998 pendapatan perusahaan memang menurun. Namun angka penurunan pendapatan kembali membaik satu tahun kemudian bahkan lebih tinggi dari tahun sebelum terjadi krisis.
Baca Juga
"Revenue 1999 bahkan melampaui revenue sebelum krisis 1997. Banyak memiliki recovery time yang sangat cepat. Relatif tidak seperti industri lain yang turun sangat tajam," ujar Donny dalam diskusi virtual, Jakarta, Senin (8/3).
Advertisement
Sementara itu, pada krisis keuangan di 2008 dan 2015 ekonomi mendadak berjalan lambat. Penjualan mobil di seluruh Indonesia dilaporkan menurun, namun demikian penggunaan jalan tol tidak berpengaruh signifikan.
"Ketika ada economic slowdown perbandingan penjualan mobil di mana Indonesia turun waktu itu Jasa Marga tetap tumbuh 2019," jelas Donny.
Tahun ini, Donny menambahkan, kondisi yang sama tetap terjadi. Memang terdapat penurunan revenue sekitar belasan persen. Namun hal ini diyakini akan cepat pulih apalagi pemerintah gencar mengkampanyekan vaksin Virus Corona.
"Tahun 2020 akibat pandemi slow down. Kita lihat dari penjualan mobil, pendapatan kita juga berkurang belasan persen. Jadi meskipun pandemi menghantam cukup besar dalam benyak industri dimana kuartal I dan II tapi dengan recovery rate angka penurunan hanya belasan persen," jelasnya.
"Ini menunjukkan industri ini sangat resilient industry terhadap gejolak ekonomi. Kita harapkan dengan ada vaksin mobilitas masyarakat akan mendekati normal. Kenapa, karena anak sekolah masih libur dan aktivitas siang hari masih belum seperti biasanya," tandasnya.
Â
Â
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Â
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jasa Marga Siapkan Tol Trans Jawa Melantai di Bursa Efek dalam 2 Tahun
PT Jasa Marga (Persero) berencana melakukan initial public offering (IPO) anak usaha yang mengelola jalan Tol Trans Jawa. IPO akan dilakukan setelah melakukan spin off atau pemisahan anak usaha sebanyak 14 ruas.
Direktur Keuangan Jasa Marga Donny Arsal mengatakan rencana ini paling cepat baru akan dimulai pada satu hingga dua tahun ke depan. Dengan disertai dengan meredanya pandemi Virus Corona.
"Jadi IPO-nya, 1 hingga 2 tahun ke depan. Mudah-mudahan Covid mereda, revenue kita balik normal, karena valuasi berdasarkan revenue dan cash flow dari subholding nantinya," ujarnya dalam diskusi online, Jakarta, Senin (8/3).
Donny menjelaskan, proses saat ini adalah menunggu waktu yang tepat dari sisi valuasi. "Jadi 14 konsesi yang berhubungan Trans Jawa dari barat Jawa, ke timur Jawa. Akan kita spin off ke dalam sub holding," jelasnya.
Adapun hal itu dilakukan agar saat perusahaan ditawarkan ke publik akan memberikan manfaat yang optimal bagi pembeli sahamnya. Baik jangka panjang, menengah dan pendek.
"Kita setelah itu melakukan optimalisasi dengan melakukan inprovement dari sisi efisiensi, meningkatkan kinerja, sehingga saat dijual kepada publik nantinya akan memberikan hasil yang optimum dari sisi valuasi,"
Hingga kini Jasa Marga masih menghitung total valuasinya. Apalagi masih ada pandemi Virus Corona yang memberi dampak pada penggunaan jalan tol akibat pembatasan aktivitas.
"Kita lagi hitung ulang (valuasi) dengan kondisi Covid dan lain-lain, mestinya angkanya cukup signifikan karena ada 14 ruas yang di spin off ke dalam Trans Jawa Sub Holding," tandas Donny.
Â
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.comÂ
Advertisement
Sederet Manfaat SWF Bagi Jasa Marga, Ada Dana Segar Bangun Tol Baru
Direktur Keuangan PT Jasa Marga Donny Arsal membeberkan deretan manfaat yang bakal didapatkan Jasa Marga dengan hadirnya Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) di Indonesia.
Paling utama, hadirnya SWF ini dapat meningkatkan likuiditas bagi Jasa Marga. Dana segar yang masuk dapat mendukung kegiatan operasional perusahaan.
"Jadi SWF ini merupakan alternatif untuk program asset recycling program, jadi nggak full divesment dimana kita masih menggunakan dananya untuk berinvestasi dalam tol yang baru," ujar Donny dalam acara Zoomba Forum Wartawan BUMN, Senin (8/3/2021).
Jasa Marga sendiri sudah pernah melakukan asset recycling dan equity fund raising, seperti melalui direct investment pada tahun 2017 dengan mendivestasi sebagian ruas tol Semarang-Solo dan JORR.
"Dengan adanya SWF ini merupakan alternatif baru dimana ketersediaan dana yang akan masuk ke dalam investasi jalan tol bisa kita manfaatkan, sehingga diharapkan dana ini bisa mensupport kegiatan asset recycling Jasa Marga," jelas Donny.
Manfaat lainnya, pendanaan yang didapatkan dapat memperbaiki struktur permodalan perusahaan. Asset recycling yang dilakukan juga akan meningkatkan kinerja perusahaan.
"Karena penjualannya dilakukan di atas nilai buku sehingga ada keuntungan yang bisa kita bukukan," ujarnya.
Â