Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus berupaya meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan untuk mengatasi persoalan lingkungan. Salah satunya dengan mengembangkan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) di Indonesia.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah menargetkan 2 juta mobil listrik siap mengaspal pada 2030 mendatang. Sedangkan, untuk sepeda motor listrik diproyeksikan mencapai 13 juta unit.
Baca Juga
"Proyeksi kendaraan baterai listriknya seperti apa?. Kita menargetkan 2 juta mobil (listrik) di 2030, dengan 13 juta sepeda motor listrik," terangnya dalam acara diskusi panel virtual, Kamis (20/5).
Advertisement
Kendati demikian, Dadan mengakui dibutuhkan pasokan listrik yang besar untuk mendukung ambisi tersebut. Yakni mencapai 113 juta kwh baterai listrik.
"Jadi, yang dibutuhkan 113 juta kwh kapasitas baterai. Tapi kalau ini basisnya lithium kita membutuhkan 758 ribu ton lithium. Ini adalah untuk kebutuhan baterai mobil listrik dan motor sepeda motor listrik berdasarkan grand staregi energi nasional," tekannya.
Untuk itu, pemerintah terus mematangkan sejumlah regulasi untuk mendukung percepatan pembangunan pabrik dan produksi baterai listrik di dalam negeri. Dengan terbentuknya payung hukum yang ada diharapkan mampu menarik minat investor.
"Beberapa regulasi sudah terus siapkan yang kaitannya baterai, seperti Permen ESDM terkait harga penjualan mineral logam, Permen pengendalian ekspor nikel, termasuk batasan minimum pengolahan dan pemurnian nikel. Sehingga, ini dimaksudkan untuk mendorong terciptanya ekosistem untuk produksi baterai di dalam negeri," tukasnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Investasi Mobil Listrik Hyundai Dongkrak Korsel Jadi Investor Nomor 3 Terbesar di Indonesia
Korea Selatan (Korsel) untuk pertama kalinya menempati peringkat tiga besar dalam daftar negara asal Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia. Realisasi investasi Korsel mencapai USD 900 juta atau berkisar Rp 13 triliun (kurs Rp 14.479), dengan total 1.220 proyek pada kuartal I 2021.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengatakan sebelumnya Korsel hanya menempati posisi kelima atau keenam dalam daftar negara PMA di Indonesia.
Masuknya Korsel ke peringkat ketiga, salah satunya didorong oleh investasi Hyundai untuk pembangunan pabrik mobil listrik.
"Korsel ini salah satunya karena pembangunan pabrik Hyundai, yang pada 2022 pada Maret-April itu mobil listrik sudah bisa kita produksi," ungkap Bahlil dalam konferensi pers pada Senin (26/4/2021).
Total investasi Hyundai yang mengalir di Indonesia untuk pembangunan pabrik tersebut sebesar USD 1,5 miliar atau sekira Rp 21 triliun. Menurut Bahlil, saat ini realisasi sudah mencapai Rp 15 trilliun -Rp 14 triliun.
"Ini menunjukkan kinerja perusahaan Korsel dengan beberapa perusahan lain pun berjalan baik," katanya.
Adapun BKPM mencatat PMA di Indonesia pada kuartal I 2021 mencapai Rp 111,7 triliun, sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp 108 triliun. Sehingga total realisasi investasi yang mengalir di Indonesia sebesar Rp 219,7 triliun.
Advertisement