Indonesia dan Singapura Sepakati 6 Rencana Kerja Sama Bilateral, Apa Saja?

Implementasi dari rencana kerja Indonesia-Singapura diharapkan bisa meningkatkan investasi dan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

oleh Tira Santia diperbarui 14 Jul 2021, 23:11 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2021, 23:11 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memimpin Pertemuan Tingkat Menteri Enam Kelompok Kerja Bilateral Singapura – Indonesia bersama Menteri Perdagangandan Industri Singapura Gan Kim Yong, di Singapura.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memimpin Pertemuan Tingkat Menteri Enam Kelompok Kerja Bilateral Singapura – Indonesia bersama Menteri Perdagangandan Industri Singapura Gan Kim Yong, di Singapura.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia dan Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura, menyelesaikan pembahasan 6 kelompok kerja yang akan menjadi materi pertemuan Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Lee Hsien Loong.

Pembahasa berlangsung di Singapura pada Rabu (14/7/2021). Leader’s retreat yang sempat tertunda tahun lalu diharapkan bisa dilaksanakan tahun ini.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memimpin Pertemuan Tingkat Menteri Enam Kelompok Kerja Bilateral Singapura – Indonesia bersama Menteri Perdagangandan Industri Singapura Gan Kim Yong, di Singapura.

Fokus dalam pertemuan ini terkait perkembangan kerja sama di Kawasan Batam-Bintan-Karimun (BBK) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) lainnya, investasi, transportasi, pariwisata, tenaga kerja, dan agribisnis.

Kedua Menteri berharap enam bidang kerja sama bisa menjadi motor pertumbuhan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

Implementasi dari rencana kerja yang telah disepakati diharapkan bisa meningkatkan investasi dan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Menteri Gan menerangkan, peningkatan investasi untuk membuka lapangan kerja akan menjadi modal bagi pemulihan ekonomi pasca pandemi.

Menko Airlangga pun menyambut baik peluang peningkatan investasi, mulai dari energi hijau, e-commerce, data center, hingga carbon trading.

Kedua Menteri juga membahas pentingnya green economy sebagai upaya untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.

Salah satu peluang kerja sama antara Indonesia dan Singapura adalah pengembangan green economy.

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 41 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang merupakan aturan pelaksanaan dari UU Cipta Kerja.

PP tersebut bertujuan meningkatkan kemudahan pelayanan, kelancaran dan pengawasan arus lalu lintas barang dalam pemasukan barang ke atau pengeluaran barang dari Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

Menko Airlangga menerangkan, untuk Kawasan BBK, dipersiapkan menjadi hub logistik internasional untuk mendukung integrasi dan persaingan industri, perdagangan, maritim dan pariwisata.

”Untuk mendukung teknologi digital agar semakin berkembang di Kawasan BBK, Pemerintah Indonesia telah meresmikan Nongsa Digital Park pada Maret 2018.

Lokasi ini merupakan proyek utama yang dipergunakan sebagai hub digital antara Indonesia dan Singapura.

Nongsa Digital Park juga sudah ditetapkan sebagai KEK melalui PP No. 68 Tahun 2021. Saat ini, Nongsa Digital Park memiliki sekitar 160 perusahaan dengan 1000 pekerja yang berasal dari perusahaan lokal maupun perusahaan asing.

Perusahaan Telkom asal Uni Emirat Arab, Etisalat dan Telkom berencana menggelontorkandana investasi hingga USD 100 juta untuk membangun data center di Nongsa Digital Park.

Selain Nongsa Digital Park, Pemerintah Indonesia juga sudah menetapkan zona Batam AeroTechnic (BAT) di Batam sebagai KEK melalui PP No. 67 Tahun 2021.

Pertemuan juga membahas isu ketenagakerjaan dan upaya untuk meningkatkan kapasitas tenaga kerja melalui kolaborasi antara kedua negara.

 

Saksikan Video Ini

29 Perjanjian

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di Singapura. Dok Kemenkoperekonomian
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bertemu dengan PM Singapura Lee Hsien Loong. Dok Kemenkoperekonomian

Indonesia dan Singapura telah menandatangani 29 Perjanjian Kerja Sama (MoU) terkait peningkatan kapasitas tenaga kerja melalui pembahasan manajemen rantai pasokan, keahlian ekonomi digital, teknologi finansial, inovasi sosial, analisa data, pariwisata dan hospitality, kepemimpinan, kebudayaan dan obat-obatan.

Sementara pembahasan terkait agribisnis, fokus pada komitmen kedua negara untuk mengembangkan kerja sama dalam sub-kelompok kerja pertanian, hasil laut dan perjanjian sanitari dan fitosanitari (sanitary and phytosanitary) berdasarkan World Trade Organization(WTO).

Berdasarkan target Singapura “30 by 30” yaitu memenuhi sendiri kebutuhan gizi 30 persen pada2030, Indonesia dan Singapura berkomitmen bekerja sama untuk proyek pengembanganagribisnis di Kawasan BBK dengan tujuan ekspor produk pertanian ke Singapura.

Investor Singapura nantinya akan mengembangkan sistem pertanian pintar (smart farmingsystem) untuk memproduksi buah-buahan, sayuran dan produk lainnya yang sesuai dengankebutuhan pasar Singapura.

“Dalam proyek ini, Indonesia akan menyediakan sumber dayalahan, tenaga kerja dan teknologi sehingga proyek ini dapat segera terlaksana,” ujar Menko Airlangga.

Menteri Gan Kim Yong juga menyampaikan, meskipun pandemi berdampak sangat berat bagi sektor pariwisata kedua negara, situasi ini dapat dimanfaatkan untuk membangun dan meningkatkan infrastruktur serta kapasitas sumber daya manusia di bidang pariwisata.

Menteri Gan juga mengimbau pentingnya safe cruise control agar negara-negara di kawasan regional dapat menyamakan standar prosedur dan kesehatan untuk wisata cruise mengingat Indonesia juga merupakan destinasi favorit.

Kedua negara juga membahas kemungkinan pembentukan travel bubble sebagai pilot project. Kedua Menteri sepakat untuk membentuk micro travel bubble antara Singapura dengan kawasan di dalam pulau Bintan, seperti pembentukan micro travel bubble ini dapat berjalan dengan baik, untuk selanjutnya dapat ditingkatkan ke dalam area yang lebih besar.

Melalui micro travel bubble ini, wisatawandapat saling berkunjung secara aman dan nyaman, dan bermanfaat sebagai upayamenumbuhkan kembali wisata dan ekonomi.

Pembahasan lanjutan mengenai pelaksanaanmicro travel bubble ini masih akan dilakukan, agar dalam pelaksanaannya nanti tidak akanberdampak buruk bagi kesehatan. Pertemuan tahunan Menteri Perekonomian ini diakhiri oleh penandatanganan Joint Report tothe Leaders.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya